Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2021

Pak Su: Sosok Tua Penjual Semangka Di Depan Toko Emas

"usiamu sudah senja, kenapa engkau masih bekerja? Badanmu sudah tidak kuat, istirahatlah di rumah saja. Pendengaranmu dan penglihatanmu tidak lagi optimal, istirahatlah di rumah saja. Istrimu telah lama meninggal dunia, dan anakmu telah berumah tangga. Siapa lagi yang mau kau nafkahi? Istirahatlah pak. Pak Su semoga Allah senantiasa menjagamu dan melancarkan rezekimu"       Setiap saya mengantarkan ibu saya ke toko emas, saya selalu melihat sosok orang tua menjual semangka di depan toko emas tersebut. Tubuhnya yang tidak lagi muda, membuat saya iba kepadanya. Karena bagi saya, beliau tidak pantas ada di pinggir jalan demi mencari nafkah. Di usia senjanya, beliau seharusnya istirahat di rumah, bukan malah mengais rezeki. Satu lagi yang membuat saya kasihan adalah, beliau menjual dagangannya di tempat yang kemungkinan orang beli dagangannya tipis sekali. Seharusnya beliau kalau ingin menjual semangkanya itu di dekat pasar, bukan di depan toko emas dan di dekat jembatan. Di ...

Sebuah Usulan: Bagaimana Jadinya Jika Kemerdekaan NKRI Disambut dengan Program Indonesia Tempo Kolonialisme Dulu

       Dalam memperingati hari kemerdekaan NKRI,  kerap sekali diadakan berbagai macam lomba. Ada yang namanya lomba balap karung, makan kerupuk, memasukkan paku dalam botol, lari kelereng, dan lain sebagainya. Hal itu dilaksanakan bukan tanpa tujuan semata. Tentu dibalik semua itu ada tujuannya. Salah satu tujuannya yang saya tahu adalah meramaikan dan memeriahkan hari jadi kemerdekaan NKRI. Namun yang terpenting adalah kegiatan atau lomba tersebut mampu menanamkan nilai-nilai perjuangan, patriotisme, dan nasionalisme. Pertanyaannya, apakah lomba-lomba tersebut dapat memupuk semangat juang? Apakah dapat menanamkan nilai-nilai perjuangan dan nasionalisme? Kalau cuma sekedar ikut lomba begitu ya sama saja. Tidak ada goal yang tersirat kan berarti.        Berdasarkan uraian di atas, saya bertanya-tanya, apakah mereka yang mengikuti serangkaian lomba itu betul-betul dapat meresapi nilai-nilai perjuangan? Saya rasa tidak ada itu, asal berpartisip...

Gitu Saja Kok Repot

       Barusan saya mengantarkan adik sekaligus sepupu mengumpulkan tugas di sekolahnya (SMPN 10 Jember). Begitu selesai dikumpulkan, setelah itu langsung pulang. Persiapan mulai dari bangun tidur sampai pergi ke sekolah, membutuhkan waktu hampir satu jam. Begitu mengumpulkan tugas, tidak sampai memakan waktu satu menit. Tugasnya diserahkan ke gurunya, setalah itu pulang sudah. Untungnya jarak rumah ke sekolah hanya 500 meter saja. Menurut anda ini mempermudah atau mempersulit? Menurut saya mempersulit.         Di tengah-tengah canggihnya teknologi, kenapa guru tidak meminta siswanya mengirim tugasnya via email, wa (umumnya), atau yang lain? Menurut saya itu mempermudah siswa sekali. Saya bertanya-tanya "terus apa gunanya smartphone?" begitu. Buang saja smartphonenya. Kalau ada yang mudah, kenapa minta yang susah. Kasihan siswanya yang jalan kaki itu loh.          Repot sekali menurut saya. Haduh tugasnya loh tidak sa...