Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2022

Fenomena Lucu: Soal PTS PAI yang Tak Serasi

       Entah apa yang ada di benak guru PAI, sampai membuat soal yang memakan kertas banyak. 10 lembar kertas bayangkan. Saat rapat kemarin kemana saja beliau? Padahal saat rapat sudah dijelaskan bahwa format soal untuk kelas rendah adalah isian (titik-titik) dan berjumlah 20 soal sedangkan kelas atas isian 25 soal. Tetapi ini ada soal PAI pilihan ganda dan berjumlah 50 soal terdiri dari 8 hingga10 lembar. Kacau guru PAI yang satu ini.         Guru PAI tersebut memegang tujuh kelas. Masing-masing kelas terdiri dari 28-35 siswa. 35 siswa itu yang kelas 6. Dikali saja sudah berapa lembar kertas yang terbuang sia-sia. Sayang sekali, kertas-kertas itu juga nantinya bermanfaat untuk mencetak sesuatu yang lain, tidak hanya untuk soal PAI itu saja.  Padahal kalau memang mau diedit soal itu menjadi sedikit lembarannya bisa. Tetapi sudah terlambat karena soal sudah tercetak. Pak Guntoro datang menemui saya sambil mengeluh soal PAI paling banyak sendir...

Sang Pahlawan Cilik di Garis Lampu Merah Bhayangkara

       Ini adalah fenomena yang menyentuh hati saya. Secara tidak langsung mengingatkan saya akan murid-murid saya. Karena usia murid-murid saya tidak jauh berbeda dengan anak-anak yang berjualan di dekat lampu merah Bhayangkara.         Suatu hari, saya pergi bersama ibu saya membeli kasur sekitar pukul 12:30 bada dhuhur. Setelah melewati lampu merah Bhayangkara, saya melihat anak-anak jualan aneka snack. Sekilas saya perhatikan mirip makaroni snacknya. Tetapi bukan itu yang membuat saya salut. Yang membuat saya salut adalah kegigihan mereka dalam berjualan. Jujur demi Allah, saat itu terik sekali sinar mataharinya. Di depan lampu merah itu saya ngeluh saking panasnya. Karena panasnya berbeda dari sebelumnya.         Sekitar pukul 14:00 saya melewati lampu merah Bhayangkara kembali dan tak terlihat sosok anak-anak yang menjual snack tadi. Tidak tahu, fenomena itu mengingatkan saya kepada murid-murid saya khususnya ya...

Penjual Tak Jujur: Senyumin Saja

       Sepulang sekolah tadi sore, saya lapar sekali. Saya berencana untuk membeli makanan di warung depan. Saya sengaja beli lauk pauknya saja karena saya masih memiliki persediaan nasi di tupperware saya.         Begitu saya tiba di warung, penjual langsung bertanya "pegawai RS Paru ya?" Saya jawab "bukan, saya ngajar di depan sekolah sini". Lanjut, saya minta beli lauk pauknya saja. Penjualnya tanya "pecelan?" Saya jawab "iya sudah". Trik licik dari penjual disini adalah dia tidak menanyakan saya mau beli lauk pauk berapa. Dua ribu, tiga ribu, atau lima ribu? Penjual langsung memasukkan lauk pauk di dalam kertas minyak begitu saja.         Mengetahui akan hal itu saya tersenyum saja. Saya bilang saya beli lauk pauknya tiga ribu. Iya jawab penjualnya. Kalau saya tidak bilang begitu, khawatirnya nanti akan dicekik saya. Lima ribu langsung begitu. Ini adalah trik licik penjual. Seharusnya sebelum melayani saya, ditany...