Sang Pahlawan Cilik di Garis Lampu Merah Bhayangkara

       Ini adalah fenomena yang menyentuh hati saya. Secara tidak langsung mengingatkan saya akan murid-murid saya. Karena usia murid-murid saya tidak jauh berbeda dengan anak-anak yang berjualan di dekat lampu merah Bhayangkara. 
       Suatu hari, saya pergi bersama ibu saya membeli kasur sekitar pukul 12:30 bada dhuhur. Setelah melewati lampu merah Bhayangkara, saya melihat anak-anak jualan aneka snack. Sekilas saya perhatikan mirip makaroni snacknya. Tetapi bukan itu yang membuat saya salut. Yang membuat saya salut adalah kegigihan mereka dalam berjualan. Jujur demi Allah, saat itu terik sekali sinar mataharinya. Di depan lampu merah itu saya ngeluh saking panasnya. Karena panasnya berbeda dari sebelumnya. 
       Sekitar pukul 14:00 saya melewati lampu merah Bhayangkara kembali dan tak terlihat sosok anak-anak yang menjual snack tadi. Tidak tahu, fenomena itu mengingatkan saya kepada murid-murid saya khususnya yang kecil-kecil. Saya rasa usianya tidak jauh berbeda dengan mereka. Di tengah jalan nangis saya. Kalau ditanya kenapa saya juga tidak tahu. Mungkin saya terlalu kasihan dan menaruh empati pada mereka. 
      Sesampainya di rumah saya cerita dengan ibu saya. Saya juga sempat menulis di status wa dan bermain sarkasme untuk menyindir aliansi mahasiswa di kampus saya. Tetapi setelah cerita dan izin kepada ibu saya. Ibu saya tidak memberi izin. Ya sudah saya tidak jadi post status berisi sarkasme tersebut. Ibu saya menyampaikan alasannya panjang lebar. Dan alasan itu saya terima. 
       Saya kasihan betul dengan anak-anak tersebut. Karena di tengah panasnya matahari mereka berjualan dengan gigih. Tidak ada pepohonan di pinggir jalan untuk mereka berteduh. Dan yang paling menampar wajah saya ialah mereka berjalan di atas panasnya aspal tanpa memakai sendal. Saya mikir "apa tidak panas ya?" Nah, itu yang membuat saya tiba-tiba teringat murid saya. Bagaimana jadinya kalau murid saya sebut saja namanya Nailah, Fano, Deswita, Zain, dst berjualan seperti mereka? Tidak bisa terbayangkan oleh saya. Saya sempat memiliki rencana mau membelikan sendal dan topi untuk mereka. Saya izin dulu kepada ibu saya. Ternyata ibu saya tidak menyetujuinya dengan argumen tertentu. Kalau ibu saya bilang A saya akan A juga, B ya B. Saya tidak bisa membantah beliau. 
        Ketika saya mengambil printer sekolah di sebuah tempat servis dekat lampu merah Bhayangkara. Saya kembali melihat anak-anak kecil itu jualan lagi. Di atas panasnya aspal tentunya. Mereka cewe semua ternyata setelah saya perhatikan. Saya tidak tahu apakah mereka ini satu komunitas, tetangga atau saudara. Yang pasti mereka kecil-kecil. Kira-kira berusia 7-9 tahunan. Kasihan sekali loh. Tak kuasa rasanya melihat fenomena ini. Saya punya murid kecil sama seperti mereka juga alasannya. 
        Kemarin jam 13:00 saya pergi ke Antirogo. Ada acara khitanan anak saudara kami begitu. Begitu saya melewati lampu merah Bhayangkara, saya kembali melihat anak-anak kecil sedang berjualan snack kembali. Dari sini saya bisa tahu bahwasanya mereka itu berjualan siang. Dari rentang waktu jam 12:00-14:00. Itu hanya spekulasi dan berdasarkan pengamatan saya saja. Dari sini muncul pertanyaan besar. Kenapa jualannya di tengah panasnya hari? Apa karena kalau pagi anak-anak kecil tersebut sekolah? Kemana orangtuanya? Kalau sampai terjadi apa-apa di jalan dengan anak-anak tersebut, siapa yang mau bertanggung jawab? Menurut saya mereka anak-anak kecil itu adalah anak-anak hebat. Karena itu saya tidak ragu menyebut mereka dalam judul tulisan ini sebagai pahlawan cilik. 
       Dari beberapa uraian di atas, saya menghimbau kepada segenap aliansi mahasiswa, komunitas anak Indonesia, atau semacamnya untuk turun menemui mereka pahlawan cilik tersebut. Sapa mereka, merdekakan hidupnya, dan buat mereka tertawa. Dan jangan lupa beri mereka santunan. Atau kalau perlu temui orang tua mereka dulu. Belikan mereka sandal dan topi sebagai pelindung diri mereka dari panasnya matahari. Mungkin hanya itu permohonan saya. Semoga lewat tulisan ini, rencana yang sempat tidak disetujui oleh ibu saya terwujud di tangan aliansi mahasiswa. Aamiin
         

Postingan populer dari blog ini

Rupanya Ada Yang Mengendus Blog Saya

Tiga Tipe Teman Saat Kau Jatuh di Dasar Jurang

Sejak Kapan Presentasi Dilarang Tanya?