Rupanya Ada Yang Mengendus Blog Saya

       Seseorang yang memiliki hati bersih, ketika diberi fakta, dia akan berpikir dan merenung. Tetapi, seseorang yang hatinya kotor, ketika diberi fakta, dia akan kesal dan marah. 

      Kapan hari, saya melihat chat dari teman saya yang menurut saya chat itu ditujukan hanya untuk mengintimidasi saya. Nggak hanya mengintimidasi, tetapi nyindir saya. Nyindirnya di grup, nggak berani nyindir secara personal. Awalnya saya lihat sih minta maaf karena kurang ini dan itu. Tetapi semakin lama kok ada bau-bau sindiran dan intimidasi terhadap saya. Dari sini saya semakin yakin, "oh blog saya sudah diendus ini." 
       Saya tergabung ke dalam kelompok projek kepemimpinan. Di dalam kelompok tersebut, kami membuat Instagram. Awalnya saya gak mau follow instagram tersebut. Namun karena saya ketuanya, saya merasa tidak enak kalau tidak follow. Ya tidak apa-apa, yang penting sudah follow, walaupun sebenarnya saya tidak aktif main instagram. Itu teman-teman anggota saya juga sudah saya follow. Di Instagram saya, itu terdapat blog saya. Teman saya tahu ya dari blog itu. Saya juga tahu siapa yang mengendus blog saya pertama kali. Setelah mengendus, blog saya disebar ke temannya yang lain, supaya dapat mengendus juga seperti itu. Prinsip hidup yang bagus ini menurut saya. Suka suka tetap kerja sama. 
      Di dalam blog itu ada judul tulisan berjudul "Aku ini Mau Engkau Apakan Ya Allah?" Pembaca kalau tertarik bisa membacanya. Di dalamnya terdapat sebuah kekesalan yang saya alami terus-menerus. Bagi saya, ini adalah sebuah ujian dan ketetapan Allah untuk saya. Karena itu, saya harus sabar menghadapinya. Judul yang saya buat di tulisan itu sama sekali tidak ada unsur intimidatif terhadap teman saya. Sama sekali tidak ada. Karena teman saya ini hanya bisa baca tetapi nggak pandai memahami isi bacaan secara kontekstual, akhirnya isi tulisan saya yang menurut mereka menyayat perasaan mereka, itu yang dijadikan tombak untuk mengintimidasi dan menyindir saya di grup kemudian. Adapun sindirannya sebagai berikut; 


       Kesan pertama yang timbul dalam diri saya setelah tahu ada chat semacam itu ya lucu saja. Setelah minta maaf, langsung nyindir. Mana maafnya? Salah satu di antara mereka bahkan dulu pernah ngirim sebuah prosedur minta maaf yang baik kepada saya. Lah sama dirinya sendiri saja tidak diimplementasikan dengan benar, malah mau ngajari saya, kan lucu ini namanya. Lagipula, saya itu tidak ada ngomong di belakang. Saya gak ngomong, saya nulis. Apa yang ada yaitu yang saya tulis. Kalau mereka merasa kegosongan jenggot, ya artinya mereka gak siap menerima fakta. 
        Saya itu mau diapa-apain tetap sabar. Karena saya yakin ini adalah ujian dari Allah. Perantaranya mereka teman saya begitu. Walaupun mereka jahat, nggak pernah menghargai saya, nggak responsif, menginjak saya, dst, saya tetap akan berbuat baik kepada mereka. Kenapa? Ajaran Rasulullah seperti itu mau gimana lagi coba? Saya nggak berusaha balas kejahatan mereka, karena saya nggak punya hak untuk itu, yang punya hak adalah Allah. Jadi yang harus saya lakukan di sini adalah sabar saja. Merendahkan saya boleh, asal jangan merendahkan kedua orang tua saya. 
     Saya tidak tahu ya balasan apa yang diterima oleh teman yang mendzolimi orang seperti saya. Saya di rumah ini terlibat aktif dalam kepengurusan takkmir, saya juga sering menghidupkan sholawat tarhim di masjid, saya juga adzan dan menjadi imam sholat di masjid, saya juga ngajar di TPQ, kok pas ada orang berani mendzolimi saya seenaknya begitu? Apa gak sadar mereka berurusan langsung dengan siapa begitu. Tetapi di sini, saya tetap mendoakan teman saya yang baik-baik. Nggak pernah saya ada rasa marah walaupun didholimi seperti itu. Ya ngapain marah sama mereka? Memang sudah sepantasnya orang seperti saya ini didholimi agar saya tetap terus mendekat kepada Tuhan saya. Banyak kok contoh orang seperti saya ini, seperti Gusdur misalnya. Gusdur dilengserkan, tetapi masih berani minta maaf ke orang yang sudah melengserkannya dari tahta kepresidenan. Mas Junaidi tetangga saya yang sekarang sudah sukses, dia dulu pernah berkata bahwa musuh dia kebanyakan dari kalangan perempuan. Ada seorang murid SMP yang pernah saya ajar, dia di kelasnya itu tidak disukai oleh banyak teman-temannya. Setelah saya lihat, rupanya anak ini pandai sekali begitu di kelas. Ya begitu memang, ini fakta hidup bahwa mereka yang berdiri di atas ujiannya gak main-main. Saya bawa enjoy saja ujian seperti ini. Saya juga sudah melalui ujian yang lebih berat dari ini. Tetap, saya membawa nama Allah dalam mengiringi saya. Nggak bisa saya jalan sendirian. 
      Nggak hanya di grup wa, di dunia nyata sekali pun, mereka tetap menyindir dan mengintimidasi saya. Tetapi saya tidak marah. Berkali-kali saya tekankan, saya nggak marah dan kesal dengan mereka. Kalau saya marah dan kesal dengan mereka, kualitas diri saya patut dipertanyakan. Justru saya menolong mereka. Seperti tadi misalnya, ada teman saya minta tolong saya ngisi mapel Bahasa Inggris di kelas 4B, saya datang lebih awal bahkan di 4B. Saya membantu mereka ya semata-mata karena Allah saja, nggak ada maksud lain saya. Saya coba kirim video sebagai bukti bahwa saya ngisi 4B kepada mereka, tetapi oleh mereka gak dibalas. Saya nggak tahu kenapa. Memang hal itu selalu saya lakukan ketika dulu saya pernah dititipi untuk ngisi kelas yang kosong oleh guru kelas. Coba renungkan, kalau saya dari awal memang marah sama teman-teman saya, nggak akan mungkin saya mau membantu mereka, kan gitu? Kemarin ada teman saya butuh lem, saya chat dia dan niat pinjami dia. Kalau saya marah sama mereka dari awal, nggak akan saya pinjami itu. Tetapi lucunya mereka masih tetap mengintimidasi saya begitu. Dichat hanya balas "y" gitu. Maafnya kemarin, besoknya bikin ulah lagi. Ya gitu memang fakta hidup, kita bikin orang marah misalnya, lalu kita mendekat dan ngobrol dengan mereka, mereka justru yang ada malah marah dan lebih benci sama kita. 
      Kini teman saya sudah tahu blog saya, ya sudah tidak apa-apa. Baca saja siapa tahu menemukan inspirasi di sini. Kalau mau komen silahkan. Tetapi yang terlihat mengintimidasi saya sejauh ini hanya dua orang teman saja, tiga lainnya masih belum. Barangkali dipendam atau bagaimana saya tidak tahu. Kalau saya ya, terus terang suka menulis. Tujuannya sebagai pelajaran untuk saya dan pembaca yang lain. Karena tulisan ini kan dibaca oleh seluruh pengguna internet sedunia. Saya harap ada pelajaran yang dapat dipetik lah. Bahwa kata Gusdur “Sebenar apapun tingkahmu, sebaik apapun perilaku hidupmu, kebencian dari manusia itu pasti ada. Jadi jangan terlalu diambil pusing. Terus saja jalan.” Terima kasih 

Postingan populer dari blog ini

Tiga Tipe Teman Saat Kau Jatuh di Dasar Jurang

Sejak Kapan Presentasi Dilarang Tanya?