Mahasiswa Ember Bocor
Mahasiswa Ember Bocor
(Galuh Riyan Fareza)
Tahu ember kan ya? Iya, alat yang berfungsi untuk menampung atau menadah air itu loh. Ember besar, sedang, dan kecil fungsinya juga sama. Ember yang berwarna merah, hitam, hijau, tetek bengek, fungsinya juga sama yaitu untuk menampung atau menadah air. Ember sangat diperlukan atau bermanfaat sekali terutama di saat atap rumah bocor. Ember tersebut dapat membantu menampung air hujan yang bocor dari atap rumah. Lebih- lebih membantu agar air hujan tersebut tidak jatuh kemana-mana seperti kasur, lantai, meja, dll. Jika air hujan jatuh di lantai misalnya dan diri kita tidak sempat menampungnya dengan ember atau apa pun itu, hal itu bisa membuat diri kita terpeleset dan jatuh ke lantai. Sakit rasanya pasti, bukan sakit rasanya putus cinta sesaknya di dada bla-bla huh.
Namun apa yang akan terjadi jika ember yang digunakan untuk menampung air hujan tersebut ternyata bocor? Kita bermaksud untuk menampung air bocor dari atap rumah tetapi dengan menggunakan ember yang bocor. Air yang sudah berada dalam tampungan ember pasti akan meresap melalui lubang ember yang bocor tersebut. Alhasil air yang tadinya tertampung di dalam ember, bocor dan mengalir kemana-mana. Hal tersebut dapat membuat tempat di rumah kita menjadi basah. Kan percuma kalau begitu, sia-sia belaka apa yang telah kita lakukan. Embernya dari luar nampak bagus dan baik-baik saja, tetapi dari dalam embernya bocor.
Dengan mengacu pada dua paragraf diatas, sekarang mari beranalogi! Anggap saja ember tersebut adalah Mahasiswa dan air hujan itu adalah ilmu Mahasiswa tersebut. Mahasiwa yang telah tamat atau wisuda tetapi mereka lupa akan semua mata kuliah yang telah mereka dapatkan di bangku perkuliahan, maka mahasiswa tersebut tidak ada bedanya dengan sebuah ember bocor. Jangan jauh-jauh, Mahasiswa yang telah menyelesaikan perkuliahan pada semester satu. Kemudian mereka meneruskan ke semester dua dan mereka lupa semua mata kuliah di semester satu, maka mereka tidak ada bedanya dengan ember bocor. Padahal Mahasiswa tersebut telah menerima semua mata kuliah pada semester satu dan sempat mendapatkan IP 3.50. Namun ketika meneruskan di semester dua mereka lupa mata kuliah tertentu yang ada di semester satu, maka Mahasiswa tersebut adalah ember bocor. Tetapi santai saja, kenyataannya di Indonesia Raya ember bocor masih tetap laku dijual di pasaran.
Ember bocor, Mahasiswa yang mengaku Mahasiswa tetapi acuh tak acuh terhadap lingkungan sosial. Mereka lebih mementingkan diri sendiri daripada orang lain disekitarnya. Mereka pandai berbicara di depan publik tetapi actionnya nol. Mereka gila hormat dan gila akan jabatan. Setelah mendapatkan jabatan yang diinginkan, mereka menelantarkan orang lain disekitarnya. Mereka ingin terlihat pandai di mata orang lain. Mereka tidak ingin dikritik, dinasehati, diberi saran, padahal jelas-jelas mereka membuat suatu kesalahan. Tetapi kalau ada orang lain salah di mata mereka, mereka langsung mengkritiknya habis-habisan. Mereka datang ke kampus dengan gayanya, memakai kaca mata, jam tangan, rambut dipomade, penuh dengan wangi-wangian parfum, tetapi sampai dikampus 3D ( datang, duduk, dan diam). Tidak memberikan kontribusi sedikit pun ketika ada sebuah presentasi di dalam kelas.
Ember bocor, Mahasiswa yang datang ke kampus hanya untuk mengisi presensi/absen. Datang ke kampus hanya untuk menggugurkan suatu kewajiban. "Yang penting kuliah" katanya, ember bocor dia yang berkata seperti itu. Dosenya ditipu, minggu kemarin tidak masuk kuliah selama tiga kali, di absen mereka tanda tangan sebanyak empat kali. Datang kuliah sering telat dan lelet, tetapi urusan absen nomer satu. Tidak peduli sebanyak apa ilmu yang diperoleh di kampus. Yang penting sudah masuk kelas, duduk manis, dan mengisi absen selesai. Anak SD bisa kalau hanya seperti itu, bukan?
Ember bocor, Mahasiswa yang hanya mengejar ijasah atau nilai IP di kampus. Setelah diwisuda dan mendapatkan ijasah sekaligus gelar sarjana, Mahasiswa tersebut tidak pernah mengamalkan ilmunya di masyarakat. Bahkan Mahasiswa tersebut lupa tentang ilmu yang telah didapatkan selama di bangku perkuliahan. Ember bocor, Tak sedikit dari mereka yang suka mencari muka di depan dosennya. Tujuan utamanya adalah agar sang dosen tersebut memberikan nilai A bulat padanya. Mereka sok aktif, sok pintar, mencatat dan membaca ketika dosennya berada di dalam kelas. Setelah dosennya meninggalkan kelas atau mengakhiri perkuliahan, mereka langsung mengambil smartphone mereka dengan gesit. Ada yang selfie, memeriksa WA siapa tahu ada kabar dari pacarnya, dll. Tetapi mereka tidak pernah berfoto dengan orang susah di jalanan, pengemis misalkan. Kemudian diupload di status WA atau media sosial mereka yang lain. Ember bocor mereka yang melakukan hal seperti itu.
Ember bocor, Mahasiswa yang mengerjakan tugas atau PR dengan cara menyontek. Ember bocor, mereka yang mengerjakan soal ujian juga dengan cara menyontek. Duduk di bangku paling belakang dan paling pojok agar tidak diketahui oleh Dosen saat dirinya menyontek. Kemudian hasil pekerjaannya diberikan kepada dosennya. Apakah mereka tidak sadar bahwa perbuatannya tersebut sungguh memalukan. Rasa akan kejujuran sudah sirna pada diri Mahasiswa tersebut, padahal kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana. Lucunya mereka yang mengerjakan ujian dengan cara menyontek merasa bahagia karena mendapatkan hasil atau nilai yang bagus. Kemudian nilai tersebut disombongkan pada temannya yang mengerjakan ujian dengan jujur. Padahal mereka sebenarnya sadar bahwa menyontek itu merupakan perbuatan yang tidak baik. Tetapi mereka tetap saja melakukannya, mereka tidak memikirkan lagi apakah yang dikerjakannya itu baik atau tidak, yang penting kuliah dan lulus selesai. Ember bocor mereka yang mempunyai pemikiran demikian.
Ember bocor, Mahasiswa yang memperoleh beasiswa tetapi dana beasiswa tersebut tidak digunakan untuk keperluan perkuliahan seperti membeli buku, sepatu,dll. Mereka menghamburkan dana beasiswa tersebut untuk keperluan yang tidak penting seperti bermain game online, shoping, dll. Yang bisa mereka lakukan adalah hanya bising di grup ketika dana beasiswa hendak cair. Setelah dana beasiswa cair, grup menjadi sepi. Mereka tidak berpikir, bahwa banyak Mahasiswa di luar sana yang ingin mendapatkan beasiswa yang sama seperti diri mereka. Mereka hanya bisa mengeluh dan mengeluh karena nominal beasiswa yang diperolehnya. Mereka tidak berpikir bahwa jumlah beasiswa tersebut sudah lebih dari kata cukup. Apalagi maaf, beasiswa tersebut adalah beasiswa bidikmisi yang jelas asalnya dari dana uang pajak rakyat. Beasiswa yang memiliki nominal tertinggi di Indonesia Raya. Kemudian mereka tidak menggunakan beasiswa tersebut sebagaimana mestinya. Mereka menghambur-hamburkan dana beasiswa tersebut. Dana beasiswa tersebut tidak pernah mereka sedekahkan kepada orang yang membutuhkan sepersen pun. Membuat LPJ datanya tidak valid, dzalim mereka terhadap rakyat. Kan tidak ada bedanya mereka dengan sebuah ember bocor.
Mahasiswa sejatinya adalah penerus tongkat perjuangan estafet NKRI. Mereka adalah kaum intelektual yang diharapkan dapat membawa NKRI ke arah yang lebih baik suatu saat nanti. Mari menjadi Mahasiwa yang Mahasiswa! Dengan Menyandang gelar Mahasiswa, berarti kita siap untuk merubah nasib NKRI. Jangan menjadi Mahasiswa seperti ember bocor!
Tulisan ini sengaja ditulis karena terinspirasi oleh sebuah ember bocor di rumah penulis. Penulis sama sekali tidak mempunyai maksud untuk mengintimidasi atau menyindir para Mahasiswa Indonesia lewat tulisan ini. Penulis hanya bermaksud untuk menyadarkan mereka Mahasiswa lewat tulisan ini. Jadi kalau semisal ada pembaca yang merasa tersinggung dengan adanya tulisan ini. Penulis mohon maaf sebesar-besarnya. Sekian terimakasih