Serba-Serbi Hari Raya Idul Fitri
Serba-Serbi Hari Raya Idul Fitri
(Galuh Riyan Fareza)
Siapa yang tidak bahagia menyambut datangnya hari raya idul fitri? Hari raya idul fitri merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh seluruh umat islam di dunia. Karena hari tersebut adalah hari kemenangan bagi seluruh umat muslim setelah menjalani ibadah puasa selama satu bulan penuh. Tulisan ini sengaja ditulis untuk menyambut datangnya hari raya idul fitri 1439 H. Walaupun hari raya idul fitri masih kurang satu atau dua hari lagi, tetapi aroma serba-serbi hari raya tersebut sudah mulai tercium hari ini. Bahkan juga sudah tercium beberapa hari yang lalu.
Beberapa hari sebelum datangnya hari raya idul fitri misalkan, banyak masyarakat yang bekerja atau tinggal di daerah perkotaan pulang ke kampung halaman mereka masing-masing (mudik). Ada yang menggunakan transportasi darat, laut, dan udara. Kemacetan sudah menjadi hal yang lumrah dan tidak bisa dihindarkan pada saat itu. Mereka ingin merayakan momen hari raya idul fitri di kampung halaman bersama sanak keluarga. Hal tersebut membuat kondisi dan suasana perkotaan menjadi sepi dari hiruh pikuk kendaraan dan aktivitas manusia. Itu bukan hal yang biasa lagi bagi masyarakat yang bekerja di daerah perkotaan besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Tetapi hal tersebut telah menjadi suatu kewajiban dan kebiasaan tersendiri bagi mereka untuk pulang ke kampung halaman merayakan hari raya idul fitri bersama sanak keluarga.
Malam sebelum esok hari raya idul fitri, gema takbir seantero dunia mulai berkumandang. Melantunkan asma Allah yang indah"Allahu Akbar." Di Indonesia sendiri juga tidak kalah meriah, takbir atau yang lebih dikenal dengan sebutan takbiran dilakukan dengan cara yang khas seperti takbir keliling, pawai obor, dan ada juga yang bertakbir di masjid. Alat musik pengiring takbiran juga dimainkan seperti petrol, drum, dll. Berbagai jenis petasan juga ramai dinyalakan pada malam tersebut. Tidak hanya takbiran saja, pada saat itu juga kita bisa melihat banyak rumah yang mulai dibersihkan, ditata dengan baik, dan ada juga bagian rumah yang dicat. Setidaknya hal itu dapat mempercantik rumah dalam menyambut hari raya idul fitri.
Ketika hari raya idul fitri tiba, banyak umat muslim berbondong-bondong pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat idul fitri. Bahkan ada juga yang melaksanakan shalat idul fitri di lapangan atau di gedung olahraga karena saking ramainya umat muslim yang melaksanakan shalat. Laki-laki memakai baju muslim baru, peci baru, sarung baru, dan sandalnya pun juga baru. Kalau yang perempuan memakai mukenah baru, sajadah baru, jilbab baru, dan sandal baru. Pokoknya semua yang baru-baru serba ada disini. Maklum lah shalat idul fitri di masjid kan satu tahun satu kali. Jadi kalau tidak ada yang baru rasanya kurang pas dan sah begitu shalatnya. Disini kita juga bisa melihat orang yang tidak pernah shalat di masjid akan shalat di masjid. Bahkan yang tidak pernah shalat pun mungkin ada yang melaksanakan shalat di masjid pada saat itu. Akibatnya masjid kelebihan jamaah, sehingga beberapa jamaah harus rela dan sabar untuk shalat di luar masjid. Tetapi santai, karena disini jamaah telah disediakan alas untuk shalat oleh para pengurus masjid.
Setelah melaksanakan shalat idul fitri di masjid, para jamaah kembali ke rumahnya masing-masing. Mereka mulai menyiapkan atau mengeluarkan kue-kue dan minuman lebaran. Ada banyak aneka kue disini seperti kue leter, wafer, astor biasanya, dll. Kalau minuman biasanya seperti aqua, ale-ale, dll. Tak lupa pula, ampau juga telah disiapkan untuk dibagikan pada anak-anak kecil disekitar rumah.
Setelah semua persiapan di rumah dirasa beres, semua orang keluar rumah untuk melakukan halal bihalal atau bersalam-salaman sesama umat muslim yang lain. Serba-serbi pakaian baru banyak terlihat disini. Dari ujung rambut sampai ujung sandal, semuanya tampak berbeda dan serba baru. Cara bersalamannya pun juga bermacam-macam. Ada yang bersalaman sambil chibika-chibiki. Ada yang bersalaman sambil berpelukan dan menangis. Ada juga yang bersalaman hanya menyentuh sedikit bagian telapak tangan. Bahkan ada juga yang tidak ingin berjabat tangan. Nah, pada momen bersalaman inilah yang saya tidak suka asal pembaca tahu. Karena banyak sekali yang asal bersalaman, yang penting salaman istilahnya. Bersalaman tetapi wajahnya tidak senyum ada. Tetapi saya tetap tidak marah, anggap saja angin lewat. Ada juga orang ketika bersalaman dengan saya bertanya "calonnya mana?" Jujur saya tidak bisa menjawab ketika diberi pertanyaan seperti itu.
Mungkin hanya itu seputar serba-serbi hari raya idul fitri dari saya. Mungkin pembaca menemukan serba-serbi yang lain. Itu bisa ditaruh di kolom komentar dan akan saya edit kembali tulisan ini. Galuh Riyan Fareza beserta keluarga mengucapkan "selamat hari raya idul fitri 1439 H, mohon maaf lahir dan batin." Sekian terimakasih.