Indonesia Kapan Masuk Piala Dunia?

Indonesia Kapan Masuk Piala Dunia?
(Galuh Riyan Fareza)


      Hari Kamis tepatnya tanggal 14 Juni 2018, Saya menonton pertandingan piala dunia bersama kakek saya lewat layar televisi. Saat itu kesebelasan yang bertanding adalah Rusia melawan Arab Saudi. Di tengah-tengah menonton pertandingan sepak bola tersebut, kakek bertanya pada saya "Indonesia kapan main?". Saya jawab "Indonesia tidak main di piala dunia karena tidak lolos kek." Kakek saya bertanya lagi "kok bisa? Padahal saya lihat Indonesia bagus mainnya." Saya jawab "tidak tahu saya kek." Saat itu juga kakek saya diam dan fokus ke layar televisi.

       Sangat ironis memang, Indonesia tidak dapat lolos dan berpartisipasi di piala dunia yang digelar empat tahun sekali itu. Mengingat Indonesia adalah negara yang besar dan banyak dihuni oleh talenta-talenta pemain sepak bola yang luar biasa. Tidak hanya itu, Indonesia juga memiliki ribuan supporter yang selalu setia mendukung timnas Indonesia kapanpun dan dimanapun timnas bermain. Saya sangat yakin Indonesia mempunyai potensi besar untuk dapat ikut berpartisipasi di piala dunia suatu hari nanti.

       Saya akui saat ini prestasi cabang olahraga sepak bola indonesia kalah dengan cabang olahraga yang lain seperti bulu tangkis misalnya. Sepak bola Indonesia hanya mampu bicara di piala AFF tingkat Asia Tenggara saja. Itu pun timnas kita sering menjadi langganan juara dua atau runner-up. Indonesia hanya sekali juara dan berhasil mengangkat piala AFF U-19 di era Evan Dimas, dkk. Tetapi jangan sedih, karena timnas muda kita juga pernah menjadi juara di turnamen internasional. Saya yakin sekali suatu hari nanti Indonesia dapat berkompetisi di piala dunia.

        Indonesia dapat masuk piala dunia telah ditunggu-tunggu oleh banyak masyarakat pencinta sepak bola di tanah air. Mereka tidak sabar sekali timnas Indonesia dapat bermain di piala dunia. Hal itu salah satunya dibuktikan dengan adanya film Indonesia yang bertemakan tentang timnas Indonesia yang bermain di piala dunia. Judul film itu adalah Garuda di Dadaku dan Hari ini pasti menang. Itu merupakan potret betapa optimisnya masyarakat Indonesia  tethadap timnas kita untuk dapat bermain di piala dunia.

       Sebagai pecinta sepak bola, saya selalu berpikir apa yang sebenarnya membuat timnas Indonesia gagal tampil di piala dunia. Indonesia selalu kalah di dalam kualifikasi piala dunia. Sangat disayangkan memang timnas Indonesia tidak dapat bermain di piala dunia. Padahal jika timnas kita bermain di piala dunia, sangat mungkin sekali para pemain kita dapat bermain di liga-liga elite atau top eropa seperti la liga, barclays primier league, dll.

       Sejarah mengatakan bahwa Indonesia pernah sekali bermain di piala dunia pada tahun 1938. Pada saat itu, Indonesia belum menyandang nama Indonesia tetapi masih menyandang nama Hindia Belanda. Walaupun demikian, FIFA tetap memutuskan bahwa Indonesia menjadi penerus tim Hindia Belanda. Sejarah juga mengatakan bahwa Indonesia adalah tim Asia pertama yang bermain di piala dunia walaupun memakai nama Hindia Belanda. Tercatat sekitar empat kali Indonesia mengundurkan diri di kualifikasi piala dunia. Hal itu mungkin di latar belakangi oleh tidak stabilnya kondisi politik di Indonesia pada saat itu. Pada tahun 1958, Indonesia sangat berpeluang sekali masuk piala dunia jika tidak menolak bertanding melawan timnas Israel. Hal itu tentu membuat Indonesia didiskualifikasi dan gagal lolos untuk bermain di piala dunia.

       Menurut saya salah satu faktor gagalnya Indonesia tampil di piala dunia adalah kurangnya persiapan. Entah itu persiapan tim, fisik para pemain, maupun mental sebelum dan saat bertanding. Timnas Indonesia akan segera dibentuk jika ada sebuah turnamen penting seperti piala AFF dan kualifikasi piala dunia saja. Itu pun timnas dibentuk dalam waktu yang relatif singkat. Tugas PSSI perlu ditanyakan dalam kasus seperti ini. Sebenarnya saya masih bingung apakah PSSI mengerti sepak bola atau tidak.

       Banyaknya punggawa timnas yang berasal dari club-club liga satu juga menjadi masalah. Kenapa semua pemain yang direkrut untuk bermain di timnas harus berasal dari club liga satu? Kenapa tidak mencoba untuk merekrut pemain di liga dua atau tiga seperti itu? Padahal kualitas para pemain di liga dua dan tiga saya rasa sama bagusnya dengan pemain yang berada di liga satu. 

       Sekarang mari lihat dengan seksama! Semua club yang bekompetisi di liga satu berjumlah 18 club. Menurut saya itu jumlah yang sedikit melihat negara Indonesia adalah sebuah negara besar. Bahkan jumlah club tersebut sama banyaknya dengan club yang berkompetisi di liga utama Thailand. Padahal Thailand merupakan negara yang lebih kecil daripada Indonesia. Di Eropa khususnya di Inggris jumlah club yang berkompetisi di liga utama sebanya 20 club. Kenapa Indonesia tidak bisa lebih banyak dari itu, 50 club misalkan di liga satu. Hal itu sebenarnya dapat membuat pelatih dan manajemen timnas bisa lebih selektif lagi dalam merekrut pemain untuk bergabung di timnas Indonesia. Sepertinya PSSI perlu memperbaiki ulang tentang regulasi di liga-liga Indonesia lagi khususnya liga satu.

       Satu lagi masalah yang lain adalah kurangnya penayangan club-club yang berlaga di liga dua dan tiga. Club yang sering ditayangkan di layar kaca adalah club yang berlaga di liga satu. Hal itu tentu membuat para pemain hebat yang berada di liga dua dan tiga tidak dapat dikenal oleh publik. Bahkan juga tidak dapat dipanggil untuk bergabung di club liga satu dan timnas Indonesia.

        Sekarang kalau berbicara fasilitas, sepak bola kita memiliki fasilitas yang kurang bagus menurut saya. Sehingga dari situ muncul pemain-pemain dengan kualitas biasa. Bahkan untuk dapat bergabung di timnas sangat sulit peluangnya. Fasilitas kita masih kalah dengan fasilitas sepak bola tetangga seperti Thailand dan Malaysia. Di Indonesia masih ada tim yang berlaga di liga satu tetapi tidak memiliki stadion tetap seperti Persija Jakarta, PSIS Semarang, Bhayangkara Fc, dan PS TNI. Itu masalah bagi persepakbolaan di Indonesia. Stadion yang memiliki standard  biasa juga masih banyak.

       PSSI sering sekali menaturalisasi pemain asing untuk dapat bergabung membela timnas Indonesia. Apa manfaatnya? Heran saya padahal negara kita ini dihuni banyak pemain sepak bola berbakat. Sebenarnya kalau niat kita bisa cari pemain berbakat sampai ke pelosok negeri untuk bergabung membela timnas. Dengan begitu harapannya Indonesia dapat lolos piala dunia.

       Luis Milla pelatih timnas Indonesia mengatakan "tidak ada striker dan gelandang tengah yang hebat di timnas kita, itu berbeda sekali dengan sepak bola Spanyol." Saya setuju sekali dengan pendapat tersebut. Sekarang di liga satu pemain depan atau striker kebanyakan adalah pemain asing bukan pemain lokal. Hal itu membuat pelatih kesusahan untuk mencari striker hebat untuk direkrut di timnas Indonesia. Apalagi gaji pemain asing lebih mahal daripada gaji pemain lokal. Dari sini sudah kelihatan kalau ada yang ganjil di sepak bola kita. Kalau tidak ada perubahan dan seperti itu terus, selamanya timnas Indonesia tidak akan dapat berpartisipasi di piala dunia.

      Untuk bisa berpartisipasi di piala dunia, sebenarnya timnas perlu dukungan juga dari PSSI. Ayo mulai sekarang perbaiki kualitas sepak bola di Indonesia agar Indonesia dapat tampil di piala dunia! Menurut saya itu semua tidak ada yang mustahil. Kami rindu dan ingin sekali timnas bermain di piala dunia. Harapan kedepan semoga sepak bola Indonesia menjadi lebih baik dan baik lagi. Saya percaya suatu saat nanti akan tiba saatnya timnas dapat bermain di piala dunia. Tetapi kapan Indonesia masuk piala dunia? Saya tidak tahu juga.

Postingan populer dari blog ini

Rupanya Ada Yang Mengendus Blog Saya

Tiga Tipe Teman Saat Kau Jatuh di Dasar Jurang

Sejak Kapan Presentasi Dilarang Tanya?