Sulitnya Foto Bergaya di depan Kamera

Sulitnya Foto Bergaya di depan Kamera
(Galuh Riyan Fareza)

       Bagi semua orang, pada umumnya kegiatan berfoto sambil bergaya telah menjadi suatu kebiasaan atau momen yang tidak bisa dilewatkan. Apalagi ketika sedang berada di suatu tempat yang layak dan cocok untuk dijadikan tempat befoto. Contoh kecil seperti di tepi pantai, di daerah pegunungan, dll. Gampanganya adalah tempat yang memanjakan akan keindahan alam. Makanya tidak heran jika banyak orang berburu tempat-tempat yang indah dimana pun tempat indah itu berada. Mereka berfoto dengan gayanya masing-masing layaknya seorang model papan atas di tempat indah tersebut. Ada yang bergaya dengan wajah senyum kemudian menoleh ke arah sebelah kanan. Kemudian ada juga yang bergaya dengan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dan masih banyak lagi gaya lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

       Namun itu semua berbeda dengan saya. Bagi saya, sangat sulit ketika pas berfoto di depan kamera. Mengapa demikian saya tidak tahu. Mungkin jawabannya adalah karena saya tidak terbiasa berfoto di depan kamera. Wajar saja, saya baru punya hp ketika saat awal pertama masuk kuliah. Waktu pas zaman sekolah dulu saya tidak punya hp. Tetapi ada juga teman saya yang sama seperti saya, namun dia pandai sekali begitu bergaya di depan kamera. Kursus dimana kira-kira dia ya?

       Saya heran, kenapa kalau orang lain bergaya di depan kamera enak sekali. Seolah-olah mereka tahu situasi dan kondisi. Sangat berbeda dengan saya yang kaku tidak karuan seperti ini. Memang benar hasil fotonya jadi, sayangnya hasilnya tidak sesuai dengan keinginan hati. Beberapa kali difoto, foto yang disimpan hanya dua saja. Itu pun fotonya tidak bagus seperti yang diharapkan. Bisa dikatakan menang background. Padahal saya sudah paksa diri ini untuk bergaya semaksimal mungkin. Seperti senyum, acungkan tangan, dan lain sebagainya. Namun hasilnya tetap saja tidak seperti apa yang diharapkan.

       Ketika zaman sekolah dulu, saya memang tidak pernah memegang hp. Tetapi bukan berarti saya tidak pernah foto pas zaman sekolah dulu. Saya juga pernah berfoto dengan teman-teman saya.  Walaupun begitu, banyak sekali teman yang komen terhadap saya. "Kamu kok kaku luh?" Kurang lebih seperti itu. Kadang pernah juga, sebelum foto dimulai ada teman saya yang mengajari saya terlebih dulu. Seolah-olah pemanasan sebelum foto begitu. "Luh, nanti gayamu acungkan jempol sebelah kanan dan kiri ya!" Walaupun demikian, tidak masalah juga bagi saya. Memang adanya itu, mau bagaimana lagi? Cari kursusan yang menyediakan jasa tentang cara bergaya saat berfoto di depan kamera kan tidak ada.

       Pada dasarnya, saya memang anaknya pemalu kalau pas difoto. Tidak jarang ketika ada sesi foto kelas, saya tidak hadir atau ikut di dalamnya. Tetapi bukan berarti saya sombong atau tidak mau berfoto dengan teman-teman yang lain. Kalaupun berfoto, saya yakin ujung-ujungnya saya akan dijadikan buah bibir oleh teman-teman. Saya pernah merasakannya dulu ketika masa SMA. Namun, kalau pas disuruh foto untuk persyaratan UN atau untuk foto raport misalnya, ya pasti saya terima lah. Tetapi sama saja, seperti orang busung lapar hasil foto saya. Ketika selesai difoto misalnya, saya juga malu melihat hasil foto diri saya sendiri. Iya saking malunya seperti itu.

       Ketika ada teman mengajak foto, saya selalu menolaknya. Ketika berada di Candi Borobudur misalnya, banyak teman mengajak saya berfoto, tetapi saya menolak tawarannya. Teman saya juga tidak memaksa untungnya. Ketika foto dengan teman kelas PBI 1 dengan memakai seragam kelas di gedung G, saya juga tidak ikut di dalamnya. Tidak mudah bagi saya untuk menerima tawaran teman saya begitu saja. Sebenarnya rasa tidak enak dengan teman itu ada. Tetapi mau bagaimana lagi, saya memang pemalu dan kaku juga orangnya ketika pas sedang difoto.

       Saya bingung, padahal saya telah berfoto sambil bergaya layaknya model. Tetapi saya masih merasa ada yang tidak pas begitu. Memang bergaya ketika difoto, tetapi hasilnya tidak natural seperti itu. Dari hasil fotonya memang bergaya, namun gayanya itu yang penting gaya. Saya terus berpikir bagaimana berfoto dengan gaya yang pas dan hasilnya bagus. Ternyata berfoto itu tidak semudah yang saya kira. Karena ada seni  yang terkandung di dalamnya.

       Ramainya orang juga menjadi salah satu faktor yang membuat saya jadi malu saat difoto. Jadi saat difoto saya pura-pura percaya diri saja. Tetapi kalau teman-teman saya itu mudah dan enak sekali seperti itu. Walaupun mereka dilihat oleh banyak orang, mereka tetap berfoto sambil bergaya. Sangat berbeda sekali dengan saya. Mungkin karena itulah, teman-teman saya tidak pernah mengajak saya lagi untuk ikut berfoto dengan meraka. Sehingga hal itu membuat saya hampir tidak pernah berfoto pas zaman sekolah dulu, bahkan sampai sekarang. Tetapi sangat sering sekali saya memfotokan teman saya lucunya. Iya benar sekali, saya ikut menyukseskan dalam memfoto mereka. Dengan kata lain saya menjadi photographer mereka. Dan itu terjadi pada diri saya ketika saya pergi di tempat wisata juga. Uniknya mereka menjadikan saya photographer langganan karena hasil foto saya yang bagus kata mereka. Setiap ada momen class meeting di sekolah, saya yang selalu menjadi photographer.

       Sekitar jam 18:30 WIB tadi, saya bertanya kepada Savira salah satu teman saya mengenai perihal bagaimana caranya foto bergaya yang bagus saat di depan kamera. Savira memberikan beberapa poin untuk saya agar ketika berfoto hasilnya tampak bagus. Poin pertama adalah kita dituntut harus pandai mencari sisi yang dirasa bagus saat hendak berfoto. Dia memberikan contoh pada saya. Kalau perempuan yang memiliki hidung mancung biasanya menghadap ke depan kamera. Sedangkan kalau perempuan yang memiliki hidung pesek biasanya dia menghadapkan wajahnya miring (ke kanan atau ke kiri). Poin kedua darinya adalah jangan tegang saat akan difoto. Karena jika tegang, maka hasilnya jelek dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Jadi ketika difoto, kita harus luwes agar hasilnya bagus. Poin ketiga adalah penampilan harus rapi. Agar di depan kamera tampak bagus dan memberikan kesan percaya diri pada kita saat akan difoto. Poin keempat adalah kita harus pandai mencari background agar hasil pada foto kita tampak bagus. Poin terakhir adalah kita harus pandai mencari cahaya, jika kita membelakangi cahaya maka hasil foto kita menjadi gelap dan tidak bagus.

       Sebelum memberikan beberapa poin tersebut, Savira mengatakan bahwa semua itu berawal dari namanya kebiasaan. Jika dipikir-pikir memang apa yang dikatakan oleh dia ada benarnya. Guru saya, Ibu Menok juga pernah mengatakan bahwa " semua orang bisa karena terbiasa". Ibu Dewi guru saya juga pernah mengatakan bahwa "sesuatu yang diulang-ulang, maka lama-lama akan menjadi ahli".

       Dari beberapa poin yang diberikan oleh Savira, saya dapat belajar banyak hal bagaimana cara foto bergaya di depan kamera. Supaya nanti hasilnya tampak bagus. Disini, saya dapat menyimpulkan bahwa semua itu memang tergantung kebiasaan. Mau sekaku apapun ketika kita difoto, jika kita terus membiasakan diri berfoto. Kita akan mendapatkan hasil foto yang bagus.

       Menurut saya berfoto bukan sekedar asal foto jepret jadi. Tetapi ada seni dan keahlian juga di dalamnya. Mungkin bagi beberapa orang kegiatan berfoto itu sangat mudah sekali untuk dilakukan. Tetapi bagi saya justru sebaliknya. Alhamdulillah saya mendapatkan ilmu sekaligus pencerahan dari seorang perempuan yang cantik bernama Savira. Kebetulan saya lihat dia sangat pandai sekali ketika foto bergaya di depan kamera. Semoga ilmu tersebut bisa bermanfaat bagi saya. Sehingga kalau difoto nanti, saya menjadi percaya diri di depan kamera dan tentu juga mendapatkan hasil foto yang bagus. Sekarang tinggal menunggu praktiknya saja.

Postingan populer dari blog ini

Rupanya Ada Yang Mengendus Blog Saya

Tiga Tipe Teman Saat Kau Jatuh di Dasar Jurang

Sejak Kapan Presentasi Dilarang Tanya?