Cinta Bersembunyi di Pulau Madura

Cinta Bersembunyi di Pulau Madura
Oleh
Galuh Riyan Fareza

       Sepuluh tahun yang lalu, ada seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki tinggal di desa yang indah di pulau Madura. Dua anak tersebut merasa bahagia karena memiliki sebuah tali persahabatan yang erat satu sama lain. Nama anak perempuan itu adalah Intan dan nama anak laki-laki itu adalah Reza. Setiap hari mereka menghabiskan waktu bersama untuk bermain di sebuah padang rumput yang luas dekat desa mereka.

       Suatu hari ketika matahari mulai terbenam, Reza datang untuk menemui Intan di sebuah tempat favorit mereka. Sayangnya, pada saat itu bukan waktu mereka untuk bermain. Reza datang untuk mengatakan selamat tinggal kepada Intan. Namun, ketika Intan ingin bertanya, Reza pergi meninggalkannya begitu saja. Intan bingung dengan Reza. Dia berpikir apa yang sebenarnya terjadi dengan Reza. Sebagai anak-anak, dia takut kehilangan sahabat terbaiknya. Dia tidak bisa membayangkan jika dia bermain tanpa ditemani sahabat terbaiknya. Semua itu baik-baik saja, setelah Ibu Intan menjelaskan bahwa Reza pergi karena sebuah masalah besar yang dialami oleh keluarganya.

       Intan tumbuh menjadi wanita yang cantik dan baik. Bahkan dia menjadi kembang desa dan menjadi wanita idaman di desanya. Dia telah berusia 21 tahun. Walaupun demikian, dia tidak pernah berpacaran dengan laki-laki manapun.

       Suatu hari Intan diminta oleh Ibunya untuk pergi ke pasar di Sumenep, sebuah tempat dekat desanya. Sambil membeli sayuran pesanan ibunya, Intan coba mencari buah durian, buah favoritnya disana. Di pasar Sumenep, kebetulan dia hanya menemukan satu pedagang buah yang menjual durian terakhirnya. Sayangnya, buah durian terakhir tersebut dibeli oleh seorang laki-laki berbadan tinggi. Laki-laki tersebut mengatakan kepada penjual buah tersebut bahwa buah durian itu akan diberikan kepada kekasihnya. Walaupun itu adalah durian terakhir di meja, Intan tetap saja mencoba menghampiri penjual buah tersebut untuk mencari keberuntungan apakah masih ada durian lagi yang tersisa untuknya. Akan tetapi, itu adalah benar-benar durian yang terakhir. 

       Intan merasa sedih, dengan sebuah langkah yang pelan, dia melawati sebuah jalan kecil di pasar yang membawanya bertemu dengan laki-laki yang membeli durian terakhirnya tadi. Laki-laki tersebut memberikan durian kepada Intan seraya bertanya“Apakah kamu masih mengenaliku?" Intan tidak mengatakan  apapun sampai dia melihat wajah laki-laki tersebut di depannya, dengan suara yang lembut, dia berkata "Reza?" Intan menjaga matanya ketika melihat wajah Reza sekaligus tersipu malu. Ini adalah pertemuan pertama mereka sejak mereka berpisah selama sepuluh tahun  lamanya. Intan sangat ingin mencoba untuk bertanya "bagaimana kabarmu?" tapi seolah-olah kalimat tanya tersebut  amat sulit untuk diucapkan. Pada saat yang bersamaan, Intan merasa ada sesuatu di dalam hatinya, tubuhnya tiba-tiba hangat dan wajahnya memerah, tetapi dia tidak sakit. "Intan, apakah kamu baik-baik saja?" Sebuah suara lembut terdengar dari Reza yang membuat Intan terkejut. "Iya, hm saya baik-baik saja kok” jawab Intan. Itu merupakan awal yang bagus bagi mereka sejak sepuluh tahun tidak bertemu.

       Detik berganti menit,menit berganti jam, jam berganti hari, mereka menjadi semakin  lebih dekat. Saat itu merupakan saat yang paling indah untuk menghabiskan waktu bersama di tengah-tengah luasnya padang rumput tempat favorit mereka di masa lalu. Di sebuah pohon yang besar, Reza menceritakan banyak hal kepada Intan, mereka sangat menikmati kebersamaan mereka. Tiba-tiba, ketika mereka tertawa, mata mereka saling memandang satu sama lain, akan tetapi mereka langsung mengalihkan pandangannya lagi dengan cepat. Tatapan mata tersebut akhirnya berhasil membuat Intan merasakan sesuatu yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Seolah-olah banyak kupu-kupu berwarna-warni yang indah beterbangan di hatinya dan burung duta suara mendendangkan lagu cinta untuknya. Perasaan itu sungguh membuatnya bahagia. Dia berusaha untuk berprasangka baik walaupun hatinya bertanya "apakah aku jatuh cinta dengan Reza?"

       Kemarin lusa dan besok lusa hingga minggu dan sekarang adalah bulan sejak mereka bertemu. Perasaan Intan terhadap Reza semakin lama tumbuh semakin kuat. Suatu malam, Intan melihat ribuan bintang di depan teras rumah tetapi hanya ada satu bintang di hatinya yaitu Reza. Pada saat itu, Intan memastikan bahwa dia benar-benar jatuh cinta pada Reza. Oleh karena itu, dia menelpon Reza untuk mengadakan sebuah pertemuan dengannya. Dia ingin mengatakan suatu hal pada Reza. Reza pun mengangkat telepon dan dia menjawab bahwa  setuju dengan pertemuan tersebut.

       Satu hari sebelum pertemuan mereka, Intan menyiapkan sebuah gelang yang pernah dia buat bersama Reza sepuluh tahun silam. Tetapi gelang tersebut masih setengah jadi ketika Reza pergi meninggalkan desa. Jadi Intan melanjutkan dan menyelasaikan sendiri gelang yang pernah mereka buat tersebut. Gelang itu akan menjadi saksi bisu nostalgia mereka sepuluh tahun yang lalu.

       Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, Intan tiba di  padang rumput, padang rumput yang hijau dan elok sejauh mata memandang, dan keindahan itu ditambah dengan adanya bunga berwarna orange di sekitar padang rumput. Udara yang sejuk menambah indahnya suasana. Tidak hanya itu, senja hari juga ikut meramaikan indahnya suasana pada saat itu. Intan berjalan di tengah-tengah padang rumput tetapi tiba-tiba dia menjatuhkan gelangnya. Di depan matahari terbenam, dia melihat Reza dipeluk oleh perempuan lain.
Reza menghampiri Intan dengan wajah bahagia dan ditemani seorang wanita di belakangnya. Intan tetap tenang walaupun air mata sudah jatuh dipipinya. Dia merasa bodoh karena mencintai Reza, padahal dia tahu kalau Reza telah mempunyai pacar. Bahkan Reza dulu juga pernah mengatakan jika dia memiliki pacar ketika membeli buah durian di pasar. Reza bingung tentang apa yang terjadi, sebelum dia bertanya, Intan lari meninggalkannya tanpa mengatakan satu kata apapun.

       Tanpa pikir panjang Intan lari menuju rumahnya dan berkata pada ibunya bahwa dia bersedia untuk dinikahkan dengan laki-laki pilihan ibunya. Ibu Intan bingung dan bertanya kepadanya "kamu yakin?" "Iya saya yakin" Intan menjawab dengan cepat. Keesokan harinya dia pergi meninggalkan desa menuju ke Pamekasan tempat tinggal Kakeknya dan menikah di sana.

       Lima tahun kemudian Intan kembali lagi ke desanya. Dia menghabiskan waktu di padang rumput, tempat favoritnya dengan Reza. Dia melihat indahnya matahari terbenam. Tiba-tiba seseorang berkata "ini masih tetap indah, bukan?"  Setelah sekian lama dia menikah, hatinya berdegup kencang kembali ketika mendengar suara itu.
Warna kuning matahari membuat padang rumput nampak berwarna orange, angin lembut menerpa mereka berdua. Reza berkata "ini sangat indah dari apa yang pernah aku lihat."  "Matahari terbenam?" tanya Intan.   "Bukan, itu adalah kamu".  Reza melanjutkan dengan menceritkan apa yang sebenarnya terjadi ketika pertemuan terakhir mereka. Perempuan yang dipeluknya dulu itu adalah adiknya yang benar-benar ingin bertemu dengan calon istri kakaknya.  "kamu telah menikah dan itu sungguh menyakitkan bagiku, ini sungguh berat untuk menghadapi sebuah kenyataan yang tidak mungkin memilikimu sebagai milikku". “Apa! Kenapa kamu tidak menceritakan kepadaku pada saat itu. Mengapa?, tanya Intan. "Aku telah mencoba untuk menceritakan yang sebenarnya dengan datang ke rumahmu hampir setiap hari berharap ada mukjizat datang kepadaku untuk segera bertemu denganmu dan aku telah menemukan sebuah gelang yang menjelaskan padaku bawa kau mencintaiku. Sayangnya, sekarang berbeda karena kamu mempunyai seorang suami dan tolong dengarkan aku, jangan pernah tinggalkan suamimu karena alasan apapun!” pinta Reza.  "Mengapa aku tidak boleh, aku mencintaimu kamu tahu kan? Ini sungguh berat memang untuk dapat hidup dengan seseorang yang tidak kamu cintai" Intan menjawab dengan nada emosi.  "jangan lakukan itu Intan, biarkan aku sendiri. Hari ini adalah akhir kebersamaan kita di depan matahari terbenam, aku akan memberitahumu sesuatu bahwa aku ingin mengatakannya dari awal. Aku sangat mencintaimu di masa laluku, sekarang, dan masa depanku. Setelah semua ini terjadi, mari kita lupakan cinta kita dan buat cinta ini sirna seperti mtahari terbenam. Takdir tidak mau membiarkan kita bersama" tegas Reza.
Intan terdiam, ketika air matanya jatuh bercucuran di pipinya. Air mata itu mengunggkapkan apa yang ingin dia katakan.

       Akhirnya mereka tinggal di kehidupan mereka masing-masing. Intan hidup dengan penyesalan yang amat dalam setiap hari, disamping mencoba untuk mencintai suaminya walaupun itu semua berat untuk melupakan cinta sejatinya. Setelah pertemuan terakhir mereka, dia tidak pernah mendengar kabar tentang Reza lagi. Di dalam hatinya dia sangat merindukan Reza. Itu sungguh hidup yang teramat buruk untuk dapat hidup dalam dua sisi. Kata-kata terakhir dari Intan adalah  "jika kamu kehilangan seseorang yang sangat spesial di hatimu dan kamu lebih tahu bagaimana rasanya, dan jika kamu tidak merasakannya tentu kamu tidak mungkin bisa membayangkannya.”

Postingan populer dari blog ini

Rupanya Ada Yang Mengendus Blog Saya

Tiga Tipe Teman Saat Kau Jatuh di Dasar Jurang

Sejak Kapan Presentasi Dilarang Tanya?