Berharganya WC
Bagi banyak orang keberadaan WC bisa dibilang sangat berharga. Karena dengan keberadaannya kita bisa bab kapanpun. Dan itu sungguh membantu jikalau kita kebelet bab tengah malam.
Di kampung saya, mayoritas penduduknya tidak mempunyai WC, bahkan sampai sekarang. Mereka lebih suka bab di sok-sok atau di sungai. Saya pun dulu juga demikian. Namun kalau kebelet babnya tengah malam dan keadaan sok-sok kering tidak ada air, maka opsi berikutnya adalah sungai. Nah, kalau sungai banjir, opsi selanjutnya kemana? Di kamar mandi masjid tidak ada WC, hal itu sungguh menyulitkan bukan?
Saya baru memiliki wc awal tahun 2016. Jadi sebelum itu, ketika saya ingin bab ya opsinya ke sok-sok (aliran air yang kecil) atau ke sungai. Hal ini sungguh merepotkan kami dikala kami ingin bab tengah malam. Di sok-sok aliran airnya tidak mesti deras, karena sebagian air digunakan untuk saluran irigasi sawah, disalurkan ke kolam pancing, dsb. Kalau dapet apesnya, sok-soknya kering tidak ada air. Belum lagi, sok-sok juga kotor karena tidak sedikit orang yang membuang sampah rumah tangga di tempat tersebut. Airnya juga tidak sejernih waktu saya masih SD dulu.
Opsi berikutnya, bab ke sungai. Di sungai saya akui arusnya deras sekali. Tapi kalau malam-malam ke sungai sendirian lumayan ngeri juga. Terlebih saya pribadi bisa melihat sosok makhluk tak kasat mata. Bukan hanya hantu yang menjadi masalah, ular dan maling pun juga tidak luput menjadi barang yang ditakuti. Kadang kalau takut pergi ke sungai, ngajak bapak tidak enak, opsi berikutnya saya cari batu kerikil kemudian dipegang dan tidur sudah. Dengan kata lain, saya menahan bab sembari memegang batu kerikil tersebut. Kenapa mesti batu kerikil? Karena mitosnya begitu. Kalau kebelet bab, tapi ingin menahannya ya peganglah batu kerikil satu saja. Dipegang dan dibawa tidur sampai besok pagi. Keesokan harinya batunya berubah menjadi emas hehe bercanda. Kalau boleh jujur, batu kerikil saya di loker meja belajar itu banyak sekali, mungkin sekitar 30-an.
Namun terkadang memegang batu kerikil bukanlah opsi yang tepat. Kadang sudah pegang batu kerikil, tetep saja kebelet bab. Ini biasanya korban rujak haha. Jadi mau tidak mau harus bab ke sok-sok atau ke sungai. Kalau di sok-sok repot juga, saya bab di bagian atas, yang tengah marah, bab di tengah, yang bagian bawah marah. Dia marah karena nanti kan kotoran kita akan terbawa arus dan mengenainya. Perlu diketahui bahwa di sok-sok, kita hanya bisa bab sendirian. Sok-sok itu lebarnya sekitar 1 meteran. Jadi bab bareng itu susah. Kalau dapet apesnya kita mau bab ke sok-sok di bagian atas, terus ada orang, ya kita mengalah dan cari tempat yang lain di bagian atas lagi. Dulu jam berapa pun sok-sok itu tidak pernah sepi. Ada saja yang bab setiap waktu. Sekarang di tahun 2020 ini, sok-sok kami jarang mendapat aliran air karena banyaknya perumahan warga. Selain itu warna airnya juga kotor penuh sampah rumah tangga. Air sok-sok akan deras jikalau hujan deras dan sungai banjir. Itu pun airnya keruh berwarna coklat. Ini berbeda dengan sok-sok yang ada di Pare Kediri. Di kampung kami, sekarang langka melihat orang bab di sok-sok. Semua lebih memilih ke sungai. Itu karena air sok-sok yang kian kemari kian kotor.
Nah bedanya sok-sok dan sungai, kalau di sok-sok itu ada sekat atau penutupnya. Jadi orang lain tidak bisa lihat kita sedang bab. Kalau di sungai, bokong atau pantat kita akan terlihat oleh siapa saja begitu. Tapi orang kampung saya tidak kenal malu, walaupun beda lawan jenis biasa saja. Ketika ada segerombolan petani jalan menyebrangi sungai, mereka yang bab biasa saja tidak marah. Walaupun petaninya lewat di depannya begitu. Jujur salut saya dengan orang di kampung saya.
Tahun 2020 ini, banyak penduduk kampung kami yang memiliki WC. Tetapi anehnya mereka lebih memilih bab di sungai daripada WC. Alasannya macam-macam. Ada yang mengatakan WC itu hanya digunakan untuk malam hari, selain itu mereka bab di sungai. Ada juga yang mengatakan, kalau bab di WC susah keluar kotorannya karena tidak terbiasa begitu. Ada juga yang mengatakan, lebih enak bab di sungai karena bisa bertegur sapa dengan orang lain sembari melihat hijaunya persawahan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa sekarang keberadaan WC di kampung kami penting sekali. Terlebih ini akan membantu kami saat hendak bab tengah malam atau pagi jam 01:00-04:00 wib. Mengandalkan sok-sok dan sungai sekarang bukan saatnya. Karena sok-sok kotor, kalau sungai lebih ke faktor keselamatan. Sungai banjir? Yakin mau bab di sungai? Selain itu ular menjadi makhluk yang ditakuti saat hendak bab ke sungai. Bersyukur sudah memiliki WC sehingga saya tidak perlu repot-repot lagi untuk bab ke sungai.