Ujian Komprehensif: Apa Gunanya Kisi-Kisi?

      Ujian komprehensif adalah syarat untuk mendaftar sidang skripsi. Bagi siapa saja yang ingin mengikuti ujian tersebut harus menempuh beberapa syarat, salah satunya adalah mahasiswa telah menempuh setidaknya 150 SKS. Nah dalam Ujian ini ada tiga kompetensi pokok yaitu kompetensi utama, fakultas, dan jurusan. Ini sungguh membuat mahasiswa pusing karena hampir semua makul mulai dari semester satu sampai tujuh akan diujikan. Untuk mengurangi kepusingan tersebut, pihak fakultas memberikan kisi-kisi bagi mahasiswa yang mengikuti ujian komprehensif. Harapannya adalah dapat membantu sekaligus mempermudah mahasiswa mempelajari materi yang akan diujikan. Namun fakta di lapangan, ternyata penguji memberikan ujian secara lisan dan tidak sesuai dengan kisi-kisi. Lalu pertanyaannya adalah apa gunanya ada kisi-kisi? Saya jadi kasihan dengan mereka yang belajar mengikuti kisi-kisi tersebut sampai tengah malam tetapi yang mereka pelajari meleset semua. 
       Menjelang ujian, kira-kira H-7, penguji 1 dan 2 memberi tahu kami waktu dan tempat ujian. Penguji 1 di Unit Pengembangan Bahasa (UPB) UIN KHAS Jember pukul 09:30 wib dan penguji 2 di rumah beliau pukul 13:00 wib.
       Mendekati hari-hari ujian komprehensif, banyak dari kami yang sibuk dan bertanya-tanya apakah sudah siap ujian nanti. Banyak yang menjawab belum siap saat itu. Karena banyaknya kisi-kisi yang harus dipelajari. Tetapi ada satu teman kami yang niat mempelajarinya semuanya. Dia adalah M Alfan Fathoni. 
       Saat ujian dimulai di UPB, kami masuk ruangan beliau secara berpasangan. Beliau menguji kompetensi utama dan fakultas. Nah, sampai disana saya bingung kenapa pertanyaan pada ujian komprehensif tidak sesuai dengan kisi-kisi. Pertanyaannya adalah seputar judul skripsi kami, PPKN, dan membaca Al-Quran. Dalam benak saya "Alhamdulillah saya tidak mempelajari semua yang ada di kisi-kisi"
       Setelah keluar dari ruangan beliau, saya membuka buku saya kembali untuk mempelajari ujian berikutnya di rumah dosen kami. Banyak temen yang bertanya tentang apa yang ditanyakan saat ujian saat itu. Saya jawab "mudah saja kok santai". 
       Ujian kedua dimulai, lagi-lagi pertanyaannya jauh dari kisi-kisi. Kami diminta untuk menulis surah Al-fatihah, menghapal juz amma, doa qunut, dan membaca bacaan sholat jenazah. Kami tadinya bingung, belum lagi sampai ke rumah beliau basah kuyup karena hujan. Ternyata sampai di dalam kami ngobrol santai perihal skripsi dan pacar. Ya dosen kami yang satu ini lucu begitu. Jadi jika kami belum ada pacar, kami dikasih nilai C. Kadang dijewer begitu. Kalau kita ada pacar, langsung dapat A. Namun yang saya masalahkan adalah kenapa pertanyaan yang diujikan tidak sesuai dengan kisi-kisi. Tidak ada gunanya dong kisi-kisi tersebut. Tapi apa pun itu saya terima saja. Hitung-hitung belajar juga iya kan?
       
       
       
       

Postingan populer dari blog ini

Rupanya Ada Yang Mengendus Blog Saya

Tiga Tipe Teman Saat Kau Jatuh di Dasar Jurang

Sejak Kapan Presentasi Dilarang Tanya?