Mimpi Bertemu Gusdur

       Ketika pulang KKMT dari SMAN Jenggawah, hujan deras turun. Hal itu memaksa saya untuk berteduh. Di kiri jalan, saya melihat ada rumah berpagar. Di depan rumah tersebut ada pohon mangga yang rindang. Tidak hanya itu, atap rumah tersebut cukup untuk melindungi saya dari hujan. Tanpa berpikir panjang, saya menuntun sepeda motor saya masuk ke halaman rumah itu. 
       Tatkala saya mulai memasuki halaman rumah, saya melihat pintu rumah terbuka. Tampak dari dalam kejauhan, saya melihat orang tua melambaikan tangan kepada saya. Beliau rupanya menyuruh saya masuk ke dalam rumah. Namun karena saya sadar diri bukan siapa-siapa, saya menolak tawaran tersebut secara halus dengan memberi isyarat "tidak" melalui tangan kanan saya.
        Orang tua tersebut terus melambaikan tangan ke saya tanpa mengatakan satu kata pun seperti "mari masuk tidak perlu malu-malu!". Melihat orang tua tersebut yang terus menyuruh saya masuk, saya merasa malu begitu. Saya sudah hampir menghidupkan motor untuk berteduh di tempat yang lain. Namun tadi, saya tidak melihat tempat berteduh selain rumah tersebut. 
       Melihat orang tua yang selalu melambaikan tangan menyuruh saya masuk. Saya sedikit kesal dan terganggu karena saya telah menolak secara halus. Tetapi beliau terus melambaikan tangan ke saya dari dalam rumah. Beliau pun tidak marah, melainkan terus senyum kepada saya. Dan uniknya lagi, beliau duduk di atas lantai begitu. Saya bertanya-tanya, kenapa beliau tidak menghampiri saya? Beliau anteng duduk di atas lantai. Kemudian, apakah ada sesuatu yang penting kok saya merasa dipaksa masuk ke dalam rumah.
       Akhirnya, saya masuk ke dalam rumah. Melewati ruang tamu dan menghampiri beliau. Sampai ke dalam saya melihat beliau hanya berkaus kutang dan bersarung. Beliau mempersilahkan saya duduk dan makan. Saya kaget begitu ternyata beliau menyuruh saya masuk ke dalam rumah untuk makan.
       Di bawah lantai tersebut, banyak sekali makanan dihidangkan. Ada banyak aneka makanan yang lezat-lezat yang tidak pernah saya temui sebelumnya di warung prasmanan. Uniknya tidak ada satu orang pun selain beliau yang makan di atas lantai itu. Misalnya istrinya atau anaknya begitu ikut makan juga. Tidak ada yang makan selain beliau. Muncul pertanyaan "apakah beliau disini tinggal sendirian ya?" Yang membuat saya geleng-geleng kepala adalah makanannya banyak sekali. Bukan hanya tiga sampai lima piring hidangannya, puluhan piring bayangkan. "Apa beliau sendiri ini yang masak?" dalam benak saya.
       Beliau mempersilahkan saya untuk makan tanpa berkata satu kata pun. Walaupun ini hanya mimpi, mengetahui beliau adalah Gusdur, saya malu begitu untuk ikut makan. Saya hanya duduk saja sembari melihat beliau makan. Dan akhirnya karena sungkan dan malu, saya pamit dan bersalaman kepada beliau. Kemudian apa yang terjadi? Saya menolak jamuan beliau dan melanjutkan perjalanan pulang.
       Tidak lama setelah itu saya terbangun dari tidur. Ya Allah betapa senangnya saya bermimpi bertemu Gusdur. Saya tidak henti-hentinya mengucap syukur Alhamdulillah. Di dalam mimpi saya sadar dan tahu beliau adalah Gusdur. Tetapi saya tidak terlihat senang seperti senangnya saya setelah bangun tidur. "Kenapa saya tolak tawaran beliau ya?" Dalam benak saya. 
      Bangun tidur bukan doa, loncat saya dari tempat tidur dan mengabari ibu saya yang tengah masak. Kira-kira waktu itu pukul 04:30 WIB. "Ma saya mimpi bertemu Gusdur ma, saya diajak makan tetapi saya sungkan, akhirnya tidak saya makan ma, pergi gitu saja" ibu menjawab "oh iya? Iya pantes kan kamu mengidolakan Gusdur" kira-kira seperti itu.
       Saking senangnya, pagi saya tulis status di wa kalau saya bertemu dengan Gusdur. Belum banyak yang lihat status wa saya, teman saya komen "hapus saja statusnya kalau bermimpi bertemu ulama". Melihat respon tersebut, saya kemudian menghapus status wa saya. Tidak apa, saya menghargai saran teman saya.


September 2019

       

Postingan populer dari blog ini

Rupanya Ada Yang Mengendus Blog Saya

Tiga Tipe Teman Saat Kau Jatuh di Dasar Jurang

Sejak Kapan Presentasi Dilarang Tanya?