Pasgasus: Perkemahan di Desa Pondok Dalem

      Tulisan ini sengaja saya tulis sebagai rekam jejak saya di masa lalu. Bisa dikatakan tujuan menulis ini hanya sekedar untuk bernostalgia akan masa lalu. Yang paling penting, tulisan ini ditulis untuk memberitahu mereka yang ada di masa depan sana. Perlu diketahui, judul tulisan ini adalah Pasgasus: perkemahan di desa pondok dalem. Pasgasus artinya adalah pasukan sangga khusus dalam kepramukaan di madrasah kami MAN 2 Jember. Kami berkemah di desa pondok dalem yang terletak di kecamatan Semboro Kabupaten Jember. Jaraknya dari madrasah kami sekitar 45 km. Kemah ini dilaksanakan pada akhir tahun tepatnya tanggal 21-23 Desember 2013.
      Namanya saja pasgasus, dimana anggotanya adalah pilihan. Jumlah pasgasus dalam angkatan kami adalah 16 orang. Kami dipilih melalui serentetan tes mulai dari teori hingga praktik. Sampai akhirnya didapat jumlah laki-lakinya lima orang sedangkan perempuannya 11 orang. Kakak pembina kami mengadakan kemah di desa pondok dalem, sebuah desa tempat tinggal salah satu kakak pembina kami. Acara tersebut dilaksanakan bersamaan dengan liburan madrasah. Perlu diketahui, acara tersebut dilaksanakan selama tiga hari dua malam (Sabtu- Senin)
      Hari H kami berkumpul ditempat yang ditentukan oleh kakak pembina sebelumnya. Kami berkumpul di dekat masjid Al-Huda. Kami menunggu teman yang lain sembari menunggu angkutan umum menuju ke terminal Tawangalun. Singkat cerita, kami berada di atas angkot. Di tengah-tengah perjalanan menuju terminal, hujan turun dengan derasnya. Saat itu ada salah satu teman yang mabuk darat. 
      Setibanya di terminal, hujan semakin deras, bahkan sampai membanjiri jalanan. Saat itu kalau tidak salah pukul 14:30. 30 menit perjalanan dari Masjid Al Huda tadi. Kami tidak ingin membuang-buang waktu, karena takut hari semakin gelap maka kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dari terminal ke kecamatan Semboro dengan elf atau kol. 
      Di atas kol kami saling bercanda, tetapi hanya saya yang diam. Karena ada satu hal yang saya kecewakan yaitu masalah tempat duduk. Kalau tidak salah, saya duduk di bangku tengah bersama teman-teman saya yang lain. Agak kecewa memang, karena tempat duduk tidak diatur sedemikian rupa mengingat derasnya hujan tadi. Jadi kakak pembina tidak ada waktu untuk mengatur tempat duduk. Tidak dapat dipungkiri memang, karena jarak tempat kami berteduh dengan kolnya cukup jauh. Kami saja lari-lari untuk sampai ke kol. Basah kuyup pun tidak terhindarkan lagi. Saya saat itu duduk di tengah, samping kanan alhamdulilah laki-laki tetapi samping kiri saya perempuan. Harusnya kan tidak boleh seperti itu aturan mainnya. Kalau masih ada jarak saya tidak masalah, tetapi kol ini kecil sedangkan penumpangnya banyak. Jadi kami duduk itu ya istilahnya berdempetan lah. Disitu saya tidak lupa minta maaf ke perempuan tadi. Saya tidak sadar, permintamaafan itu dilakukan secara refleks.
     Di tengah-tengah perjalan kami bercanda dan tertawa riang melihat kanan kiri banjir. Singkat cerita kami tiba di suatu tempat, saya lupa namanya. Tetapi saya ingat kami berhenti di depan konter hp. Setelah itu kami melanjutkan perjalan dengan jalan kaki ke desa pondok dalem. Saya masih ingat waktu kami jalan, ada mobil pick-up melintasi genangan air yang sontak membasahi salah satu teman kami. Saya masih ingat, jalan sambil bercanda dengan main air di jalanan. Foto- foto di sebuah jembatan besar setelah itu. Kemudian orang-orang suruan kakak pembina kami datang menjemput kami dengan sepeda motor. Tetapi ada yang dari kami memutuskan untuk jalan kaki saat itu. Nah orang suruan tersebut adalah pesilat semua. Tiba di desa pondok dalem, kami meminta izin ke bedahan sana. Bedahan adalah istilah orang-orang pendahulu sana agar kami tidak diganggu dan dijaga keselamatannya. Jadi kami datang ke makam pendahulu desa sana untuk mengirim Al-fatihah sekaligus meminta izin. Itu adalah adat yang dipercaya di desa tersebut agar kami selamat dari bahaya dan malapetaka mengingat kami adalah pendatang baru begitu. Nah, jika kami melanggar maka akan ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.
      Kami tiba di sebuah lapangan dan dengan segera mendirikan tenda. Kami sampai disana itu pukul 16:00 kalau tidak salah. Kami memiliki tiga tenda tetapi hanya dua yang berhasil didirikan. Tidak apa, itu cukup bagi kami. Setelah tenda didirikan, kami berfoto-foto bersama. Di depan ada perbukitan yang besar sekali yang disinyalir istana makhluk halus. Yang mengatakan adalah pesilat tadi. Mereka adalah laskar bela diri di desa itu. Singkat cerita, kami mandi dan sholat ashar dulu. Oh iya, lokasinya Alhamdulillah dekat dengan sungai tetapi saat itu sungai banjir deras. Menjelang Maghrib (Surup), saya bertiga berdiam di depan tenda dengan teman saya sambil makan pisang kukus. Teman saya sebut saja F bermain gitar. Hal itu memicu amarah senior kami sebut B. B ini adalah penduduk asli desa ini. B beralasan karena alat petik itu dapat mengundang keberadaan makhluk halus jika dimainkan di waktu surup. Kami benar-benar tidak tahu dan mohon maaf. Kami tidak ingat berapa lama kami main gitar begitu. Sholat magrib sudah dilaksanakan. Dan benar tidak lama setelah itu salah satu teman saya yang perempuan sebut saja V kesurupan. V kemudian dibawa ke rumah B untuk diobati dan disarankan tidur di rumah B. Rumah B dari tenda jauh sekali kalau tidak salah. Karena ada yang kesurupan, B mendapat saran dari ayahnya yang juga pesilat, untuk membawa anak-anak laskar pesilat mendampingi kami nanti. 
      Sholat isya sudah dilaksanakan. Pulang dari masjid menuju tenda membuat saya berpikir apa iya penyebab V kesurupan adalah petikan gitar F tadi ya. Perlu diketahui, lokasinya gelap sekali dan lumayan jauh dari pemukiman penduduk. Tidak ada cahaya lampu yang memancar di sepanjang jalan selain cahaya senter kami, satu lagi cahaya bulan. Sampai di tenda, senior kami menghidupkan lilin. Saya tidak melihat ada api unggun yang dinyalakan saat itu. Temen-temen saya ada yang iseng begitu karena saat itu dia ngajak kami nobar pertandingan final sea games cabang sepak bola antara Indonesia kontra Thailand. Tetapi kami tidak menontonnya, justru kami ngobrol sambil ditemani cahaya lilin. Malam itu saya tidak ingat ada konsumsi yang dibagikan oleh kakak pembina kami. Singkat cerita, laskar pesilat datang untuk menjaga kami. Mereka membentuk formasi melingkari tenda untuk menjaga kami dari serangan makhluk halus. Malam itu, saya tidak bisa tidur, tidur dapat satu jam, bangun lagi dan bangun lagi. Disitu saya mengintip laskar pesilat masih tetap berada di posisinya duduk begitu. Saya yakin dia tidur tetapi sukmanya menjaga kami. Perbukitan besar tadi disinyalir adalah istana makhluk halus. Saya pun merasakan demikian, tetapi saya tidak melihat ada makhluk halus satu pun malam itu. 
       Keesokan harinya, kami terbangun dan tidak lupa untuk sholat subuh. Wahh kali ini saya merasakan adanya aura jahat di sepanjang jalan. Tetapi saya maju saja berani begitu karena niat saya adalah sholat subuh. Singkat cerita, setelah itu kami olahraga mengelilingi lapangan dan bermain game sembari menunggu konsumsi. Setelah makan pagi dan menyiapkan yang lain seperti jemur sepatu, makan roti, dll. Kami melaksanakan outbond. Acara tersebut dilaksanakan kalau tidak salah pukul 08:30 pagi sampai jam 10:00. 
       Acara outbond dilaksanakan, kami kotor-kotoran begitu mengingat tanahnya becek karena genangan air hujan. Saat itu seru sekali. Kami main gigit uang di pepaya sembari dilumuri oli. Kami merayap di lumpur, dan kami juga lupa selebihnya saya main apalagi hehe,maaf ya para pembaca. Seingat saya disitu banyak sekali permainan dengan tali rafia. Setelah permainan selesai, kami mandi ke sungai, alhamdulilah sungainya sudah surut. Disitu kami bertemu pramukawan lain yang berasal dari kecamatan Semboro. Ya nambah teman lagi dan tidak lupa bertegur sapa. Senang begitu, walaupun belum kenal tetapi kami cepat akrab. Kenangan manis main di sungai itu hehe. Melihat temen-temen tertawa riang begitu. Nangis sendiri kalau ingat kenangan ini. Sederhana memang tetapi cukup membuat saya gembira.
       Setelah mandi sungai untuk membersihkan lumpur di pakaian, kami kembali ke tenda. Sampai ke tenda kami tidak lupa menjemur pakaian kami yang basah. Senior menyuruh kami untuk memakai baju Pramuka lengkap dengan membawa ransel. Disini senior menyita uang, hp, dan makanan kami. Kami hanya diperbolehkan membawa alat-alat Pramuka dan perlengkapan sholat saja seperti tali,tongkat, buku saku, dan semacamnya. Senior memberitahu kami bahwa kami akan melakukan sebuah perjalanan jauh. Di sepanjang perjalan terdapat 5 pos. Masing-masing pos ini letaknya jauh kurang lebih 1-2 km-an. Nah, cerita dari kemah sesungguhnya ada disini. Paragraf sebelumnya hanya hidangan pembuka saja.
       Pukul 11:00, anggota pasgasus baris rapi. Orang yang dilepas pertama adalah saya untuk melakukan perjalanan. Setelah kurang lebih 7 menit baru disusul anggota pasgasus yang kedua. Dengan kata lain, kami melakukan perjalan sendirian begitu tanpa didampingi oleh senior. Sebelum berangkat, wajah kami dipoles dengan bisa dibilang tinta berwarna oranye begitu. Saya berangkat pertama meninggalkan tenda.
       Di tengah perjalan, saya melihat samping kanan adalah sungai dan samping kiri adalah perbukitan. Tanahnya berlumpur dan penuh kapur. Rute perjalanannya agak menanjak saat itu. Sepi sekali hanya saya sendiri jalan lurus melintasi hutan. Tidak terasa saya sampai di pos pertama. Haus sekali tidak ada air ya Allah. Sampai di pos pertama, senior memberi saya tugas untuk mencari tiga binatang yang berbeda di area pos 1. Saya bingung mau cari binatang apa, kalau saya nemunya biawak, apa iya saya bawa biawak begitu. Saya lama mencari binatangnya. Dan akhirnya saya menemukan, pertama adalah cacing, kedua semut dan ketiga saya tidak tahu namanya, hewan terakhir lebih ke spesies belalang lah. Senior memerintahkan kepada saya agar binatang yang saya kumpulkan tidak boleh mati, hilang, diambil, dibuang, diserahkan ke orang lain sampai saya menuju ke pos terakhir. Senior saya hanya mengatakannya sekali saja saat itu. Kemudian saya melanjutkan perjalanan lagi. Anggota pasgasus kedua belum juga sampai ke pos pertama saat itu.
       Melanjutkan perjalanan, tidak ada satu pun pemukiman penduduk disana. Saya jalan saja terus menanjak. Sendirian saat itu. Rasa capek dan keringat bercucuran, baju saya itu basah karena keringat. Sampai akhirnya, saya tiba di pos kedua. Dan disana saya diberi tugas mencari daun pepaya. Nah ini membuat saya frustasi. Karena saya lama sekali menemukan daun pepaya. Kalau saya tidak nemu maka saya tidak bisa menuju pos berikutnya. Saya mencari daun pepaya mundur sampai kembali ke pos 1 tidak ada, ada niat mau kembali ke tenda begitu tapi sudah frustasi karena jaraknya jauh. Jujur teman-teman saya kebanyakan tertahan di pos kedua, karena tugasnya tidak lazim begitu. Saya berjalan mundur kembali meninggalkan pos kedua menuju ke pos satu, tidak ada pilihan lagi mau jalan kemana, mau melewati pos dua tidak bisa kan. Ya Allah saya sampai tiba di pos satu lagi saking susahnya cari daun pepaya. Saya berpikir tidak akan ada daun pepaya, bayangan saya kalau cari daun pepaya berarti saya juga cari pohonnya dulu. Tidak mungkin daunnya disembunyikan di jalan. Tetapi akhirnya saya berpikir pasti itu daunnya disembunyikan di suatu tempat. Dengan kata lain saya tidak perlu cari pohon pepayanya juga. Frustasi, akhirnya saya jalan menuju ke pos 2 lagi. Sampai di tengah jalan saya bertemu Unin teman saya. Terjadi percakapan "kamu dapat tugas apa Luh?" Saya jawab "aku disuruh cari daun pepaya, tetapi aku sudah mencarinya di sepanjang jalan tidak ada pohon pepaya nin, kalau kamu apa tugasnya?" Unin jawab "aku disuruh cari makananya semut, apa ya Luh? Gula sama roti kan ya? Kalau roti saya ada di tenda, masak mau balik ke tenda lagi?" Saya respon "ayok sudah siapa tahu saya menemukan daun pepaya di sana, karena saya pas berangkat ke pos 1 tidak memperhatikan apakah disekeliling saya ada pohon pepaya, adanya sungai sama pohon yang lain gitu, capek saya nin bolak balik gini" saya jalan bareng berdua sama Unin ini menuju pos pertama dan ke tenda lagi. Saya tidak ingat kenapa jelasnya begitu, ketika sudah dekat dengan tenda kami memutuskan untuk kembali menuju pos dua karena waktu terbatas, selain itu teman-teman kami yang lain sudah tidak ada di tenda. Seingat saya unin juga gagal menyelesaikan tugasnya. Saya dan unin jalan bareng berdua menuju pos kedua. Sampai disana saya bilang saya tidak Nemu dan akhirnya kami berdua dihukum mencari bahan-bahan alam untuk dijadikan seni seperti kalung, topi, dll. Selain itu wajah kami juga dicoret-coret, disuruh push up, dll. Di pos 2 banyak teman kami berkumpul, ada yang mendapatkan tugas mencari koin, mencari ikan, daun talas, makanan ikan juga. Saya punya cacing tetapi cacing ini adalah amanah dari pos pertama bahwa saya akan tetap menjaganya. Jadi cacing ini tidak saya berikan ke teman saya yang sedang mendapatkan tugas mencari makanan ikan. 
       Singkat cerita, saya berhasil membuat karya seni dari bahan alam yang ada di sekitar, saya membuat sebuah topi dari tumbuhan yang menjalar. Senior meminta tiga binatang yang telah kami kumpulkan di pos pertama, tapi tidak saya berikan. Senior bilang untuk diserahkan di pos selanjutnya. Ada senior yang menjadi kambing hitam disini. Ada binatang teman saya yang diserahkan di pos kedua padahal harusnya binatang itu diserahkan di pos kelima. 
       Saya menuju pos ketiga, teman saya Aan brengsek sekali memutar petunjuk arah. Jadi di tengah perjalanan ada pertigaaan dan batu disusun sebagai penunjuk arah. Disitu kami belok kanan, yang harusnya lurus saja sih karena batu-batu yang disusun mengarah ke arah kanan. Batu-batu susun tersebut sudah kami pelajari di buku saku. Saya dan beberapa teman saya akhirnya belok kanan. Ada satu teman saya yang berkata kalau kita jalan lurus saja. Susah demi Allah, tidak ada alat komunikasi saat itu. Banyak yang belok kanan, akhirnya saya memutuskan untuk belok kanan, sampai disana ternyata ada sungai besar. Saya berpikir masak iya saya harus menyebrang sungai ini. Tidak ada jalan lagi sudah, buntu begitu karena belok kanan tadi membawa kami ke jalan yang salah. Tetapi saya berpikir, di ujung sungai sana ada jalan begitu tetapi tidak ada jembatan penghubung untuk sampai ke jalan sana. Bingung saya akhirnya putar arah saja balik lagi, tidak mungkin lah menyeberang sungai, karena membahayakan. Sampai di pertigaan sana tadi, beberapa senior menjemput kami. Kami harus bergegas menuju pos ketiga karena telah ditunggu lama. Bener dugaan saya, ada yang mengganti penunjuk arah tersebut. Kalau saya sendirian tadi, mungkin saya menyeberang sungai sudah yakin seyakin-yakinnya. Untung rame teman, jadi nasehat bermunculan begitu dari kawan saya. Oh iya, kami melewati dam peninggalan Belanda dan sampai di tengah jalan menuju pos ketiga, kami disuruh hormat ke makam pahlawan. Saat itu saya masih ingat saya yang mimpin untuk hormat.
       Pos tiga adalah di tempat pabrik peninggalan Belanda. Sesampainya disana kami dalam jumlah yang pas 16 orang tidak termasuk senior. Senior masih sama saja, meminta binatang yang telah kami kumpulkan di pos pertama. Singkat cerita, kami berfoto-foto dulu dan hasilnya seperti pada gambar di blog ini. Foto tersebut diambil di sebuah pabrik peninggalan Belanda. Saya lupa kalau tidak salah adalah pabrik karet tetapi saat itu dialihfungsikan menjadi pabrik kerupuk. Senior kami memberi kami tugas kembali yakni meminta tiga biodata penduduk dan mencatatnya di kertas. Kali ini lokasi pabrik dekat dengan pemukiman penduduk. 
       Mendapat tugas tersebut saya langsung menghampiri rumah penduduk. Nah disitu kami bertanya-tanya. Ada peristiwa menarik begitu, karena beberapa orang disana tidak bisa membaca dan menulis. Mereka tanda tangan saja ngasal. Ya Allah saya benar-benar kasihan. Setelah tugas selesai, kami menuju ke pos 4. Sebelum ke pos 4 kami disuruh menuju ke masjid untuk sholat Dhuhur. Tetapi sebelum itu kami menjelajah sebentar melihat bendungan Belanda dan pabrik karet 1901.
       Sampai di masjid, kami membersihkan wajah kami dari lumpur dan polesan tinta. Tintanya itu susah dibersihkan haha. Kira-kira saya sampai masjid pukul 13:30-an. Setelah sholat dhuhur, kami istirahat di masjid sembari menunggu datangnya ashar. Setelah sholat ashar, hujan deras turun, kami berkumpul di pos 4 yang letaknya tidak jauh dari masjid. Di sebuah sumur ditambah kolam renang peninggalan Belanda. Di pos 4 kami tidak menerima tugas apa-apa. Saya pun lupa juga. Nah, senior hanya mengambil tiga binatang yang kami kumpulkan di pos pertama. Saya tidak sadar,disitu saya menyerahkan binatang saya karena senior bilang "agar tidak hilang atau kena hujan dan yang lain, binatangnya dititipkan saya saja". Jadi refleks saya memberikan binatang tersebut. Hujan semakin deras memaksa kami untuk naik ke atas perbukitan menuju pos 5. Hujan deras sekali saat itu, sampai kami basah kuyup.
       Sampai di pos 5, ada beberapa pelajaran dari senior sekaligus nasehat. Di pos 5 itu adalah sebuah rumah besar dan terdapat atap besar bagi kita semua berteduh. Kami menyampaikan uneg-uneg kami setelah itu. Perjalanan yang cukup menguras tenaga. Tetapi saya lupa apakah sampai di pos 5 kami diberi makan begitu. Akhirnya, waktu yang ditunggu datang, senior dari pos pertama meminta binatang yang telah kami kumpulkan. Tetapi hanya ada dua anggota pasgasus yang sanggup membawanya sampai di pos 5. Kami dimarahin habis-habisan saat itu. Tetapi akhirnya senior memaafkan kami. 
      Setelah dari pos 5, kami menuju ke atas bukit untuk menancapkan sang saka merah putih sekaligus bendera Pramuka. Ada banyak drama disini. Kami sudah sampai di pucuk, senior lupa jalan pulang, padahal kami sudah melakukan perjalanan jauh sekali. Temen-temen saya banyak yang nangis khususnya perempuan. Hal itu memicu sebuah perkelahian antara sesama senior. Sebut B adalah senior kami yang tahu akan lokasi, namun dia sendiri tidak tahu jalan pulang. Sampai atas memang indah pemandangannya, banyak dikelilingi perbukitan tinggi. Setelah perkelahian itu, banyak dari kami yang melerai begitu. Demi Allah jauh sekali perjalanan dari pos 5 ke pucuk bukit itu. Ya sudah akhirnya kami balik arah saja biar tidak ruwet. 
       Sampai di tengah perjalanan, temen saya V, kesurupan lagi. Apa gak bingung kami semua? Senior kami menggotong V dengan jauhnya perjalanan. Sampai di gubuk, V diobati. Demi Allah, kecapean dia menurut saya. Akhirnya B meminta bantuan untuk membawa V ke rumahnya lagi. "Ayo sudah rek kembali ke tenda, hujan semakin deras hari semakin gelap"
       Melewati sepanjang perjalanan, indah sekali. Tetapi kami basah kuyup semua. Area terjal membuat banyak dari kami yang terpleset. Sampai di sebuah pemukiman, B mengaku salah karena dia tadi pura-pura berkelahi, sebenarnya dia tahu arah jalan. Disitu saya kesel sudah, bolak balik itu capek loh. Sesampainya di tenda, hujan deras sampai menggenangi alas tenda. Hal itu memaksa kami untuk tidak dapat bermalam di tenda melainkan bermalam di rumah B.
       Jam 18:00 setelah merapikan tenda, kami bergegas menuju rumah B dengan jalan kaki. Jauh juga ternyata lokasinya. Sampai di rumah B, kami istirahat dan melaksanakan sholat, setelah itu makan bersama. Masya Allah enaknya, kami makan puas sekali. Setelah itu, kami saling pijat-pijat satu sama lain hehe sakit sekali badan kami. Singkat cerita kami tidur, yang laki-laki tidur di dalam Musholla dan yang perempuan di rumahnya B.
      Keesokan harinya, kami terbangun dan mandi di rumah warga sebelum menunaikan sholat subuh. Jadi ceritanya kami numpang mandi begitu. Setelah itu kami makan bersama lagi dan melaksanakan upacara penutupan. 
      Saat upacara penutupan, saya memakai pakaian mamel (agak basah) semua karena tak satu pun pakaian yang kering begitu. Saya memakai sarung dan kaos dengan asdok di leher. Setelah upacara selesai, kami bersalaman. Disitu kaki kami diinjak dan pipi kami ditampar oleh banyaknya senior tadi. "Selamat ya selamat" kata senior kami. 
       Setelah itu kami bergegas menuju rumah B. Baju yang kami jemur tak satu pun yang kering karena tidak ada panas matahari. Akhirnya jam 10:00, senior kami memutuskan untuk pamit pada keluarga B pulang ke rumah masing-masing. Kami banyak berpisah dengan teman kami di tengah perjalanan, karena ada sebagian teman yang rumahnya di sekitar kecamatan Semboro, seperti Tanggul, Bangsalsari, dan Umbulsari, sedangkan saya sendiri di Patrang hehe.
       Kami jalan menuju jalan besar, sampai disana kami masih menunggu kol lewat. Setelah menemukan kendaraan, kami berangkat menuju terminal. Kenapa ya setelah pulang itu rasanya ingin nangis lagi, dan ingin berkumpul lagi dengan teman-teman tadi. Singkat cerita saya tiba ke rumah pukul 13:00 lebih. 
       Itu sekilas pengalaman saya di akhir tahun 2013. Banyak cerita pastinya yang terlewati, karenanya saya mohon maaf. 
       
       
 
      

Postingan populer dari blog ini

Rupanya Ada Yang Mengendus Blog Saya

Tiga Tipe Teman Saat Kau Jatuh di Dasar Jurang

Sejak Kapan Presentasi Dilarang Tanya?