Diskusi Tikus: Sebuah Nasehat

       Suatu hari, ada segerombolan tikus tengah menggelar forum diskusi di loteng.  Adapun yang didiskusikan ialah bagaimana cara untuk menghentikan ganasnya kucing agar tidak memakan salah satu diantara tikus yang sedang berdiskusi tersebut. Forum diskusi pun dimulai dengan dipimpin moderator tikus, sebut saja tikus A. Muncul pertanyaan dari diskusi, "bagaimana cara menghentikan atau menghindari kucing yang akan memangsa kita para bangsa tikus?"
       Diskusi pun berjalan alot, dimana terjadi pro dan kontra antar audiens. Ketegangan pun terjadi. Dan perdebatan tak terelakkan lagi. Karena ini menyangkut kemaslahatan umat tikus bersama. Maka emosi menggebu-gebu wajar terjadi di tengah-tengah forum. Contohnya meja diskusi remuk dihancurkan oleh tikus, Alhamdulillah saat itu tidak ada satu pun tikus yang tertidur. Sampai pada akhirnya, ada tikus B memberikan solusi "baiklah, bagaimana kalau kita siasati saja masalah ini dengan mengalungkan kalung lonceng pada leher kucing? Jadi enak tuh, ketika kucing hendak memangsa kita, kita tahu dari bunyi lonceng tersebut, sehingga kita dapat meloloskan diri dari kucing itu". "Bagus juga ide kamu" kata salah satu tikus dalam forum tersebut. Akhirnya semua tikus menyetujui ide cemerlang tikus B. 
       Moderator kemudian bertanya "lantas siapa diantara kita yang berani mengalungkan kalung lonceng pada leher kucing?" Semua tikus pun terdiam termasuk tikus B tersebut. Tikus C memberi solusi "moderator yang terhormat, bagaimana kalau kita kalungkan kalung lonceng pada saat kucing tertidur saja, kan enak tuh mengurangi resiko". Moderator kembali bertanya "iya siapa diantara kita yang berani melakukan itu?" Semua tikus diam dan tidak ada satu pun di antara mereka yang berani mengalungkan kalung lonceng pada leher kucing. Tikus D memberikan pendapat "bagaimana kalau kita mengalungkan kalung lonceng di leher kucing bebarengan?" Moderator dan semua tikus pun terdiam. 
       Sampai diskusi selesai, tidak ada aksi pengorbanan yang dilakukan para tikus untuk mengalungkan kalung lonceng di leher kucing. Semuanya takut tewas dimakan kucing. Kalaupun tewas, dia kan tewas sebagai pahlawan. Ya akhirnya karena ketakutan tersebut, satu per satu dari mereka tewas dimakan kucing. 
        Dari pelajaran di atas, saya mengajak para pembaca untuk mawas diri. Begitu sering, mungkin di kalangan para pelajar, ketika mengadakan diskusi, ada audiens yang pandai beretorika. Indah sekali kata-katanya, kita pun dibuat terpukau karenanya. Namun ketika ditanya soal "aksi" si pemberi solusi justru terdiam. Pandai menjadi pembual tanpa berani mengambil sebuah tindakan nyata. Ya hanya sekedar ngomong saja begitu dalam diskusi. Ada tidak pembaca temui orang seperti itu? Banyak bukan? Semoga kisah tikus di atas menjadi pelajaran untuk kita semua. 
        
  
       

Postingan populer dari blog ini

Rupanya Ada Yang Mengendus Blog Saya

Tiga Tipe Teman Saat Kau Jatuh di Dasar Jurang

Sejak Kapan Presentasi Dilarang Tanya?