Keramat Pondok: Kamu Tidak Mondok? Takut Gudiken

       Pernah suatu malam, rumah saya kedatangan sahabat. Kita ngobrol banyak hal begitu. Ada yang menarik dari sekian banyak obrolan tersebut. Salah satunya adalah sahabat saya mengaku ngin mondok dari dulu, namun takut gudiken. 
       Perlu diketahui, gudiken adalah sejenis penyakit gatal-gatal yang umum dialami oleh santri. Ketika mondok selama satu tahun, saya pun juga mengalami penyakit gatal-gatal tersebut. Namun kata ustadz saya, itu tandanya saya sudah menjadi santri. Banyak argumen muncul dari santri-santri yang lain bahwa kalau sudah merasakan gatal-gatal tandanya sudah menjadi santri. 
        Mendengar omongan bahwa takut mondok karena gudiken ini pernah saya dengar sebelumnya. Dan semua yang mengatakan demikian adalah orang yang sama sekali belum pernah mondok. Saya curiga ini adalah tipu muslihat atau stimulus setan untuk mencegah orang-orang yang memiliki keinginan untuk mondok. Lagipula saya bingung dengan sahabat saya, gudiken saja ditakuti. Apa penyakit tersebut dapat menyebabkan kematian? Tidak kan?
        Melihat pengalaman saya semenjak di pondok, saya akui pernah mengidap penyakit gudiken. Kalau saya lihat, penyebabnya adalah bukan dari saya sendiri. Melainkan ada yang membawa penyakit tersebut ke dalam pondok. Sebagian orang mengatakan bahwa gudiken tersebut sebagai akibat dari kotornya lingkungan pondok contoh kecil air dalam kamar mandinya. Menurut dokter yang pernah menangani saya, penyakit gudiken itu dapat menular. Kalau ada satu yang terkena, maka yang lain riskan terkena juga. Buktinya apa? Setelah saya dirawat di rumah, kemudian kembali ke pondok, ayah saya tertular. 
       Dokter juga menjelaskan bahwa gudiken itu bukan gatal-gatal alergi, melainkan gatal-gatal kutu. Ada kutu di dalam kulit kita. Mendengar itu saya bertanya "dok kalau pagi saya tidak terasa gatal, tetapi malam dok gatalnya, haduh dok gak bisa tidur saya". Dokternya menjawab "iya memang mas, kalau pagi tidur kutunya, aktifnya mereka malam hari". 
       Perlu diketahui saya telah berobat di enam dokter, dan yang terakhir Alhamdulillah atas izin Allah, saya disembuhkan. Dokter memberikan saya salep dimana salep tersebut harus diletakkan di sekujur badan saya, dan saya tidak dibolehkan mandi selama 24 jam. Kenapa harus sekujur badan? Karena kalau tidak, kutunya dapat loncat di area badan yang tidak terkena salep.
       Mendengar alasan sahabat saya yang takut mondok karena gudiken, saya tertawa lepas. Karena dia belum tahu enaknya mondok. Tetapi yang ada di pikiran dia kalau dia mondok dia harus siap-siap gudiken. Dalam benak saya "kenapa santri ya yang terkena gudiken? Kenapa tidak dengan mereka yang kos atau kontrak rumah?" Ya mungkin jawabannya adalah gudiken adalah tantangan tersendiri bagi santri yang tengah mempelajari ilmu-ilmu agama. Nah itu letak keramatnya menjadi santri.
     Karena teman saya beranggapan kalau mondok takut gudiken. Saya menggunakan bekal pengalaman saya selama di pondok untuk menangkis anggapan tersebut. Berdasarkan pengalaman saya, ada teman kamar saya bernama Ardi yang sama-sama baru mondok pertama kali, namun saya lihat dia tidak mengalami penyakit gatal-gatal begitu. Saya berpikir "apa pondok sekeramat ini sih?". Kalau saya pikir-pikir, saya juga sudah menjaga kebersihan saya sebagaimana mestinya. Namun ternyata saya masih saja terkena penyakit gatal-gatal tersebut. Sebagian teman mengatakan penyakit tersebut diakibatkan dari air dalam kamar mandi. Kalau memang karena air alasannya, si Ardi saya tahu itu satu hari mandi lebih dari empat kali, tapi kenapa dia tidak gatal-gatal ya? Saya mandi sehari dua sampai tiga kali bisa terkena gatal-gatal. Apa karena lingkungan dalam kamar saya? Jujur si Ardi itu satu kamar dengan saya. Kenapa hanya saya yang terjangkit penyakit gudiken, kenapa tidak dengan dia? Jadi bingung kan? Kalau benar kata dokter penyakit gudiken ini menular, kenapa Ardi tidak tertular? Itulah keramatnya pondok yang banyak orang tahu tetapi tidak tahu. 
       Jujur ketika awal mondok, tidak pernah terbesit dalam benak saya " pasti gudiken saya ini, nanti saya kalau gudiken bagaimana ya?". Sama sekali tidak pernah terpikirkan pertanyaan semacam itu. Dan saya baru tahu juga dari ustadz kalau santri kebanyakan terkena gudiken semenjak saya mengidap penyakit gudiken. Dan itu tandanya dia sudah sah menjadi santri. Itu ustadz dan teman saya di pondok yang berkata demikian.
       Teman saya bernama Abdul Muis pernah berkata bahwasanya dia mondok semenjak dia duduk di bangku sekolah dasar. Dan dari dia mulai mondok sampai mondok di bangku kuliah, dia masih mengidap penyakit gatal-gatal. Terus terang saya tidak percaya awalnya. Bisa dibayangkan sendiri berapa tahun dia mengidap penyakit gatal-gatal. Kalau saya pribadi, jujur saya mengidap penyakit gatal-gatal selama kurang lebih empat sampai lima bulanan, setelah itu sembuh namun masih terasa gatal-gatal sedikit. Dengan kata lain, gatalnya tidak separah sebelumnya. Teman saya sebagai dampaknya harus tertular dari penyakit saya. Mereka adalah Maki, Dani, dan Rohman. Nah si Rohman ini sampai diopname karena terjangkit penyakit gatal-gatal tersebut. Mereka bertiga itu satu lantai dengan saya, namun beda kamar. Mereka terjangkit gatal-gatal setelah saya sudah merasa enakan begitu. Saya curiga mereka terkena penyakit itu karena tertular dari saya. Seperti yang dokter katakan bahwa penyakit tersebut dapat menular. 
        Bagi pembaca barangkali yang ingin atau punya niatan untuk mondok silahkan itu baik sekali untuk anda. Karena di dalam pondok kita diajarkan hidup mandiri. Kedua, sholat kita terjamin (tidak bolong-bolong). Dan yang paling penting kita mendapat ilmu agama langsung dari Kiai. Dan masih banyak yang lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Jadi dari uraian di atas, mari hilangkan image bahwa mondok pasti gudiken. Tidak selamanya kok anggapan itu benar. Buktinya ada teman-teman satu lantai dengan saya, tidak semua terjangkit penyakit tersebut. Contoh, Rohman satu kamar dengan Fuji, tetapi justru yang terkena adalah Rohman sedangkan tidak bagi Fuji. Maki dan Dani satu kamar dengan Majid dan Andre. Tetapi yang terkena hanya Dani dan Maki. Apa ini namanya kalau bukan keramat?
       
       
         

      
       
      
        
      
        
      

Postingan populer dari blog ini

Rupanya Ada Yang Mengendus Blog Saya

Tiga Tipe Teman Saat Kau Jatuh di Dasar Jurang

Sejak Kapan Presentasi Dilarang Tanya?