Study Tour: Kacaunya Saya
Semester lima yang lalu, prodi kami mengadakan acara study tour ke Bali. Segala macam persiapan sudah dipersiapkan dari mulai anggaran dan seterusnya. Kami kesana itu kurang lebih tiga hari dua malam begitu. Simak ceritanya..
Kami berangkat ke Bali bada Maghrib. Sampai di tengah perjalanan tepatnya di gumitir, saya mengalami sakit kepala dan perut. "Ah masa saya mabok nih? Seumur-umur belum pernah begini saya ini wah gak bener ini" dalam hati saya. Kekhawatiran saya ternyata benar, saya mual dan akhirnya mabok. Mengetahui saya mabok, kernet bus menyuruh saya pindah ke depan. Kalau ingat kejadian ini malu karena teman-teman yang lain berkata "Galuh laki-laki kok lemah sih".
Tiba di sebuah pom bensin, sebelum menyeberang ke Bali, kami istirahat sembari sholat isya bagi yang belum melaksanakan. Nah, disitu saya sempatkan beli koyo dan fresh-care untuk membuat badan saya menjadi hangat. Kebetulan di dekat pom bensin, terdapat toko besar semacam Alfamart.
Singkat cerita, kami pun siap-siap menyeberang ke pulau Bali. Sampai di atas kapal, bukannya tambah enakan, malah jadi tambah parah maboknya. Setelah mabok darat, mabok laut. Tidak terhitung berapa kali saya bolak-balik ke kamar mandi untuk muntah.
Di atas kapal ada teman yang mengerok pundak dan punggung saya. Teman memberikan saya dua jaket untuk dipakai. Ada teman yang memberi saya teh, dan menyarankan saya untuk minum obat. Bukan sembuh, tetapi malah tambah parah. Itu wajah saya yang awalnya pucat jadi tambah pucat. Badan yang lemas semakin lemas. Hampir mau mati saya saat itu. Berbicara pun sudah tidak bisa, dipaksa makan roti tidak bisa. Hal itu memaksa saya untuk tidur. Teman mengantarkan saya ke mushola di dalam kapal.
Sampai di mushola dalam kapal, saya sering muntah begitu. Untungnya si dekat musholla ada kamar mandi. Saya bertiga di dalam Musholla ditemani teman saya. Ada yang memijat badan saya. Saya terus bertanya "sudah sampai?". Karena saking tidak kuatnya begitu. Kepala pusing, badan lemas, dan perut sakit. Singkat cerita kami tiba di pelabuhan Gilimanuk.
Sampai di atas bus, saya kembali muntah-muntah. Sepertinya saya sudah tidak kuat untuk melanjutkan perjalanan. Saya ingin sekali ditaruh di rumah sakit begitu untuk diobati atau istirahat. Hal itu memaksa saya untuk meminta izin ke mbak Diana sebagai penanggung jawabnya. Saya ingin izin agar saya dirawat dulu di rumah sakit terdekat. Mbak Diana pun mengizinkan. Disitu saya dirawat di sebuah klinik dekat pelabuhan Gilimanuk. Saya ditemani oleh Suhil, teman saya.
Sampai di dalam kamar, ya biasalah didiagnosa dan seterusnya, kemudian diberi minum obat. Untuk obat yang pertama tidak mempan. Saya terus merasa mual dan mual. Tidak bisa tidur begitu. Baru saja memejamkan mata, perut sakit dan mual. Sampai akhirnya saya diberi minum obat promag dan Alhamdulillah bekerja. Saya tidur tidak lebih dari dua jam namun terasa tidur selama 10 jam. Bangun tidur, Suhil membawakan saya minuman stamina, makanan, dsb. Semalaman saya tidak melihat anak ini. Tidak tahu saya kemana dia. Seingat saya dia berada di luar. Tetapi biar bagaimanapun saya salut kepada dia yang sabar menemani saya. Kalau ingat ingin menangis rasanya. Saya tahu betul itu anak sabar sekali contohnya membuang kresek yang di dalamnya ada mohon maaf, muntah saya. Dan masih banyak yang dia lakukan untuk saya dan tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Tidak bisa dideskripsikan lah kebaikan anak ini. Semoga Allah selalu memberkatinya Aamiin.
Pagi terjadi sebuah obrolan antara saya dan Suhil. Obrolannya tentang apakah lanjut ke Denpasar atau pulang ke Jember. Pihak rumah sakit menyarankan saya untuk pulang ke Jember saat itu. Suhil pun berkata ada baiknya pulang ke Jember dan dia mau menemani saya. Saya jujur kasihan dengan dia setelah mengingat dia video call via wa dengan keluarganya yang ada di Sumenep. Di dalam video call tersebut, Suhil berkata pada ibuknya bahwa dia sudah ada di dalam bus menuju ke Bali. Oleh karena itu saya memutuskan untuk melanjutkan study tour menyusul rombongan ke Denpasar. Kasihan karena jumlah uang study tour tidaklah sedikit. Saat itu Alhamdulillah saya sudah enakan, namun pening di kepala masih belum hilang.
Saya dan Suhil ke Denpasar naik angkutan umum. Tiba di suatu tempat, kami ganti kendaraan ke taxi. Sepanjang perjalanan macet sekali. Kami pun menerima info bahwa rombongan telah selesai mengunjungi salah satu sekolah di Denpasar dan melanjutkan ke Universitas Warmadewa. Teman kami mengabari kami untuk langsung ke Universitas tersebut.
Kami tiba di universitas Warmadewa lebih awal. Tidak lama setelah itu, rombongan datang. Saya bingung karena mereka semua jalan kaki. Ditanya alasan kenapa busnya tidak masuk, mereka menjawab jalannya tidak cukup untuk busnya. Bingung bukan kepalang saya, karena semua teman-teman kami memakai almamater dan sepatu rapi begitu. Saya dan Suhil tidak memakai almamater kampus dan sepatu. Lah bagaimana semua barang-barang kami ada di dalam bus. Disini jelas terjadi miskomunikasi. Jarak bus dari universitas jauh sekali ya Allah. Dua kali tidak study saya ini.
Dari cerita di atas, saya dan Suhil akhirnya menunggu para rombongan di luar. Disitu kami juga izin mandi ke pemilik warung. Ya ada banyak percakapan dengan beliau. Kami pun tidak lupa untuk makan di warung beliau. Singkat cerita, setelah makan kami jalan mengelilingi jalan yang ada disana. Si Suhil ini ingin beli Pomade katanya.
Sekitar pukul 16:00 WITA kami melanjutkan perjalanan di tempat perbelanjaan. Nah, dosen-dosen saya semua menanyai bagaimana kabar saya saat itu. Dan Alhamdulillah saya jawab baik. Dosen saya pun menyuruh saya agar saya duduk di bagian depan. Singkat cerita, kami pun sampai di tempat perbelanjaan.
Sampai disana tidak lupa kami melaksanakan sholat maghrib. Selebihnya ya kami belanja untuk oleh-oleh ke Jember nanti. Ada peristiwa yang menarik disini dimana saya merasa susah sekali menemukan pakaian yang tepat untuk dibawa pulang ke Jember. Saya lama keliling beli pakaian dan oleh-oleh begitu. Sempat juga terjadi cek-cok antara saya dengan penjual. Saya marah karena pelayanannya tidak ramah terhadap saya. Pada akhirnya saya menemukan pakaian untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Sampai di kasir, harusnya kembaliannya Rp.50.000, saya diberi kembalian Rp.10.000. Apa tidak marah lagi saya?
Teman-teman kami menghubungi kami untuk segera naik ke bus karena sebentar lagi kami menuju ke hotel. Saya belanja itu ditemani oleh tiga teman saya. Nah sedangkan yang lainnya sudah menunggu kami di atas bus. Kalau lama apa tidak ditinggal kami. Itu sedikit memalukan sih bagi saya.
Sampai di hotel saya bertanya pada teman saya "bentar lagi kita makan malam disini ya?" Teman saya menjawab "Galuh kamu tadi kemana saja? Makan malamnya sudah tadi di tempat perbelanjaan itu, kamu belum makan malam ya?" Saya respon "hah? Saya kok baru tahu ya? Saya itu tadi keliling cari pakaian dan oleh-oleh mbak, aduh makan dimana saya ini? Sudah lapar saya mbak". Kata teman saya "gini saja Luh, kamu hubungi Hayu saja ya nanti setelah masuk ke hotel". Nah ceritanya saat itu kami masih ada di loby hotel.
Ketika masuk kamar hotel, saya dipanggil mbak Oryza. "Galuh kamu belum makan malam ya?" Saya jawab "iya mbak kok tahu sampean? Ini rencananya mau beli saya, itu di depan hotel banyak yang jualan" Mbak Oryza jawab "Ayuk kalau mau cari makan bareng, saya juga mau membelikan Asnah makan, dia juga tidak makan malam tadi". Saya respon "oh tidak usah sudah mbak, malu saya, masa saya jalan berdua, kalau titip ke sampean bagaimana mbak?" Mbak Oryza respon " Ya Allah Galuh". Saat itu saya bingung begitu mau menerima atau menolak tawarannya. Tetapi ya bagaimanapun saya harus makan karena harus minum obat dari klinik. Kalau boleh titip, saya mending titip saja hehe. Tetapi jelas tujuan saya setelah sampai kamar itu memang mau beli makan, dan kebetulan mbak Oryza juga mau membelikan makan Asnah. Ya sudah beli makan bareng dengan dia saya mengingat jaraknya dekat. Disitu mbak Oryza sebagai bendahara kelas juga mengembalikan uang yang saya gunakan untuk berobat dan naik kendaraan menuju ke Denpasar. Nah iya, mbak Oryza ini pacarnya Suhil yang baik tadi
Singkat cerita, setelah makan, saya minum obat dan tidur di jam yang relatif masih pagi begitu, jam 21:00 WITA. Teman-teman saya yang lain pada asik ngobrol di luar. Dan ada juga yang menonton tv begitu.
Keesokan harinya, saya dikejutkan dengan kejadian mengkhawatirkan dimana ponsel saya hilang. Saya tahu ponsel saya hilang setelah melaksanakan sholat subuh. Disitu saya sedih sekali kenapa nasib sial terus menimpa saya. Saya cari kemana-mana tidak kunjung ditemukan. Sampai saya mencoba mengumumkan di grup kelas juga tidak ada yang menemukan. Sempat terpikir saya mau menghubungi pihak hotel, tetapi saya urungkan. Karena apa? Di dalam dan di luar kamar tidak ada kamera cctv.
Saya terus mencari ponsel saya karena penting sekali. Sampai rombongan siap-siap sarapan di hotel pun saya masih belum menemukan. Saat itu jam 08:00 WITA kami harus keluar dari hotel. Sedangkan saya sendiri belum menemukan ponsel saya. Sampai akhirnya teman saya yang berada di depan kamar saya bertanya "seperti ini hp kamu Luh?". Saya jawab "lah iya dapat dari mana kamu?". Jawabnya "dari Suhil, itu dia ada di dalam". Saya langsung menemui Suhil dan bertanya kepadanya "Hil kok gak bilang-bilang kamu bawa hp saya?". Jawab Suhil "oh iya Luh maaf ya Luh, kemarin saya sudah minta izin Luh, kamu mengiyakan sambil ngigo". Jawab saya "wah gak bener kamu hil, se-chargernya juga kamu bawa, ya bingung saya dari tadi, ngapain kamu bawa hp saya, kamu kan punya hp?". Dia jawab " mau minta hotspot Luh". "Sialan kamu"dalam hati saya. Ya karena dalam hp tersebut terdapat privasi saya begitu.
Tidak lama setelah itu kami sarapan di hotel. Sudah sepi karena yang lain sudah banyak yang sarapan. Singkat cerita, teman kami menghubungi kami bahwa kami semua ditunggu bus di bawah. Begitu masuk dalam bus teman saya berkata "Galuh lagi Galuh lagi, kapan Luh kamu gak ilang-ilang?". Diam saja saya saat itu. Kami meninggalkan hotel dan menuju ke pementasan Barongan, salah satu pertunjukan yang terkenal dan biasa digelarkan di Bali. Setelah selesai menonton pementasan, kami ke pantai Pandawa.
Sampai di pantai Pandawa kegiatan yang kami lakukan adalah foto-foto begitu. Jalan menelusuri indahnya pantai sembari menengok ombak melambai. Singkat cerita, kami makan siang kemudian menuju ke pusat perbelanjaan bernama Krisna.
Setelah dari Krisna kami melanjutkan perjalanan ke Bedugul. Namun sayang ditutup begitu. Akhirnya malam, kami makan malam. Ada peristiwa menarik ketika makan malam, yaitu sepatu saya jebol begitu. Karena itu saya jalan seperti orang pincang, mau dititing sepatunya tidak enak kan. Dan setelah makan malam itu, kami pulang ke Jember.
Singkat cerita, kami sampai di Pelabuhan Gilimanuk. Saya iseng manggil Suhil "hil nostalgia yuk?!" Dia diam saja sialan. Ya melihat pelabuhan Gilimanuk mengingatkan saya akan kejadian mengerikan sebelumnya. Tetapi saya gembira begitu. Gembira karena berhasil melewati masa menyedihkan itu.
Ketika berada di atas kapal, saya sudah tidak mabuk lagi. Di atas kapal, saya menulis pengalaman seru ini di buku saya. Panjang sekali saya menulisnya bahkan lebih detail dari tulisan ini. Sayangnya buku tersebut hilang. Apes berapa kali sudah? Nah, ketika kapal hendak menepi ke dermaga, ombak besar datang sehingga memaksa kapal untuk tidak menepi sejenak ke dermaga. Kalau saya ingat menakutkan sekali saat itu.
Singkat cerita, kami sampai ke Jember dengan selamat. Kami sampai di Jember itu pukul 04:00 WIB. Setiba di depan IAIN Jember, saya pulang paling akhir. Ayah saya lama sekali jemput saya. Namun kalau tidak salah, ada yang pulang paling akhir selain saya. Seingat saya di depan IAIN itu ada empat orang, yaitu saya, Ainan, Suhil, dan Ready.