Rumitnya Otentikasi bagi Nasabah Pensiunan
Bagi para pensiunan yang hendak mengambil uang pensiunan di bank maka salah satu syaratnya adalah dengan otentikasi. Caranya adalah dengan mengunduh aplikasi taspen otentikasi di playstore. Setelah melakukan otentikasi dan dinyatakan berhasil maka nasabah pensiunan dapat mengambil uang gajiannya. Nah yang jadi persoalan disini adalah dalam prosesnya sering terjadi kontroversi. Kadang melakukan otentikasi secara benar, otentikasi dinyatakan gagal dan sebaliknya. Itu yang memakan waktu lama. Selanjutnya kadang masa otentikasi berlaku selama dua sampai tiga bulan sekali, kadang sebulan sekali. Bingung untuk mereka yang buta teknologi. Menurut saya kalau satu bulan sekali ya sudah sebulan sekali saja.
Ketika masuk pada aplikasi Taspen otentikasi muncul beberapa perintah. Pertama masukkan nomer yang tertera pada kartu ATM. Selanjutnya ada beberapa perintah dimana nasabah pensiunan diminta untuk mengatakan huruf A, menggelengkan kepala, mengedipkan mata, dan menganggukkan kepala pada layar kaca hp. Hanya empat itu saja perintahnya. Setelah melalui tahapan perintah tersebut dan dinyatakan berhasil maka nasabah pensiunan dapat mengambil gajiannya baik di bank maupun ATM. Otentikasi ini bertujuan untuk memastikan dan mencocokkan bahwa nasabah pensiunan adalah benar terbukti keaslian wajahnya.
Bagi saya orang muda, melakukan otentikasi adalah perkara yang sangat amat mudah. Kita hanya tinggal melihat layar dan mengikuti perintah dari aplikasi taspen otentikasi. Kalau diminta untuk mengedipkan mata ya tinggal mengedipkan mata dan seterusnya. Anehnya ini cukup menyusahkan bagi para lansia termasuk kakek saya. Ada yang sekali otentikasi langsung berhasil, ada yang sampai berkali-kali tidak kunjung berhasil. Padahal kakek saya sudah menjalankan perintah dari aplikasi taspen otentikasi secara benar, namun ternyata otentikasi dinyatakan gagal terus. Uniknya ketika kakek saya tidak menjalankan perintah dari aplikasi tersebut secara benar, otentikasi dinyatakan berhasil. Saya bingung, apa server aplikasinya yang eror atau bagaimana. Bayangkan saya menemani kakek selama satu jam lebih untuk otentikasi tersebut. Sengaja saya otentikasi di rumah, karena kalau di bank kakek saya pasti dimarahi satpamnya. Dimarahi karena otentikasinya salah terus. Entah salah dalam prosesnya atau yang lain. Nah, di bank para lansia yang mau otentikasi meminta bantuan satpam bank begitu. Akhirnya untuk menghindari itu, saya menemani kakek otentikasi di rumah saja. Alasannya adalah ramai dan kasihan dengan satpamnya karena kakek saya lama sekali otentikasi.
Otentikasi bisa dilakukan awal bulan pas gajian keluar. Karena itu tidak heran ramai orang yang otentikasi di depan Bank. Biasanya yang membantu proses ini adalah satpam bank karena orang lansia umumnya buta teknologi termasuk kakek saya. Karena ramai tadi, tidak heran menghambat server pada aplikasi sehingga membuat proses otentikasi berjalan lambat mengingat banyak orang yang melakukan otentikasi.
Tujuan adanya teknologi adalah meringankan beban manusia bukan sebaliknya. Saya rasa otentikasi tersebut tidak berjalan secara efektif dan efisien. Kalau saya tidak salah, awal diadakannya otentikasi tersebut pada tahun 2019. Sebelumnya para pensiunan yang hendak mencairkan dana pensiunan hanya tinggal mengambil ke ATM saja, tanpa adanya otentikasi terlebih dahulu. Lucu sekali menurut saya. Ya bagaimanapun itu tetap menjadi ketentuan yang berlaku di bank.
Pada Bulan November tahun 2020 pernah ada kasus dana pensiunan gagal cair meskipun nasabah sudah otentikasi. Dalam otentikasi dinyatakan berhasil, seharusnya nasabah dapat mencairkan dana pensiunan. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Terpaksa hal itu memaksa saya ke customer service. Mbak yang bertugas mengatakan bahwa kartu ATM kakek saya harus diganti dengan yang baru Pada bulan Februari tahun 2021 nanti akan mendapatkan SMS dan kami diminta untuk mengurusinya kembali. Namun ternyata sampai sekarang belum ada SMS atau panggilan masuk dari pegawai Bank. Ada banyak nasabah yang mengalami kasus serupa. Padahal otentikasi dinyatakan berhasil namun dana pensiunan tidak dapat dicairkan.
Nah yang membuat kontroversi lainnya adalah ada lansia yang kemampuan mendengarnya terbatas. Contohnya adalah tetangga saya bernama Bapak Kasno. Beliau usianya sudah hampir menuju 100 tahun. Jadi ketika otentikasi beliau selalu kesulitan karena kemampuan mendengarnya yang sudah terbatas termasuk kakek saya. Banyak juga lansia yang dalam proses otentikasi memakan waktu lama karena gagal paham terus. Disuruh geleng kepala malah ngangguk kepala dan sebaliknya. Disuruh mengucapkan huruf A, mungkin karena rahangnya sudah tidak kuat maka tidak mampu mengucapkan huruf A. Pernah saya menemui yang seperti itu. Anehnya setelah sekian lama otentikasi dinyatakan gagal, kegagalan berikutnya justru membuahkan keberhasilan. Jadi satpam yang membantunya harus ekstra sabar. Menanggapi hal itu, apa salahnya sih kalau otentikasi wajah diganti dengan otentikasi finger print? Karena menurut saya itu lebih mudah dilakukan.
Banyak loh lansia pensiunan yang dalam prosesnya saja mengalami kesulitan. Pernah kakek saya dibentak satpam karena tidak mendengarkan instruksi satpam dengan baik ketika otentikasi. Kakek saya pun tidak luput dari ejekan orang-orang yang hendak mencairkan dana pensiunan. Sejak saat itu kakek tidak saya bolehkan otentikasi di bank. Otentikasi di rumah saja. Tidak apa memakan waktu lama. Biasanya kakek saya itu mencairkan dana pagi sekali sekitar pukul 05:00 WIB. Namun karena adanya otentikasi ini, kakek mencairkan dana pada siang hari terus. Bingung betul saya karena saya rasa kakek telah menjalankan otentikasi secara benar, tetap saja hasilnya nihil. Baru setelah sekian lama, otentikasi dinyatakan berhasil. Sudah seharusnya diganti dengan finger print saja menurut saya. Kalau finger print mudah saya rasa dibandingkan otentikasi wajah. Semoga bermanfaat terima kasih.