Setujukah Anda Jika Anak Anda Ujian Akhir di Sekolah?

       Satu Minggu yang lalu, ibu saya menghadiri rapat wali murid di sekolah adik saya. Rapat tersebut diadakan pada siang hari pukul 11:00 WIB. Yang menarik dari rapat itu adalah pertanyaan "setujukah anda jika anak anda ujian akhir di sekolah?"
        Dari pertanyaan di atas, ibu saya menjawab tidak setuju. Dari banyaknya wali murid yang hadir, hanya 11 orang yang menjawab tidak setuju, selebihnya menjawab setuju. Karena ibu saya menjawab tidak setuju, ibu saya pulang lebih lambat daripada yang menjawab setuju. Perlu diketahui jumlah murid pada kelas 6 adalah 38 murid. Pembaca bisa menyimpulkan sendiri prosentase antara yang menjawab setuju dan tidak.
        Ibu saya menjawab tidak setuju karena dua alasan. Pertama; adik saya setahun full, sekolah di rumah tanpa tatap muka. Melalui zoom saja tidak pernah, kok tiba-tiba ujian akhir dilaksanakan di sekolah, kan lucu namanya itu. Selama ini adik saya mengerjakan tugas dibantu oleh google, itu pun masih ada yang salah. Nah apalagi tanpa dibantu? Apa tidak plonga-plongo dia di dalam kelas. Ibu saya setuju-setuju saja ujian dilaksanakan di sekolah, dengan catatan sebelumnya pernah diadakan proses KBM tatap muka di sekolah. Nah selama ini kan KBM hanya di rumah. Gurunya tinggal memberi tugas saja. Iya faktanya memang begitu mau gimana lagi coba. 
       Kedua, jikalau memang ujian dilaksanakan di sekolah, maka anak harus memakai masker dan kacamata full face screen. Nah, yang dikhawatirkan ibu adalah apa tidak pengap dan gerah muridnya jika begitu? Saya pribadi juga setuju sama ibu. Saya saja sholat isya di masjid menggunakan masker, itu saya merasakan gerah padahal ada kipas angin. Tidak hanya itu, saya pernah menghadiri seminar proposal di kampus memakai masker, karena gerah saya buka saja. Seminar proposal tersebut memakan waktu sekitar 2 jam lebih. Gatal juga pipi saya haha. Lah ini anak-anak mau ujian di sekolah gimana ceritanya? Tatap muka gak pernah, tahu-tahu ujian akhirnya di sekolah. Nah, mendengar itu ibu saya kasihan dengan anak-anak dan mengira ini adalah sebuah formalitas sekolah. Apa untuk keperluan dokumentasi laporan, syarat akreditasi, saya pribadi juga tidak tahu. Lucu menurut saya sungguh. Karena jatuhnya nanti anak-anak jadi kelinci percobaan kan?
         Saya juga tidak mengerti apa yang ada di benak wali murid yang menjawab setuju. Ini hanya perkiraan saja, mungkin karena terlalu repot atau apa, karenanya beliau semua menyetujui jika anaknya ujian akhir di sekolah. Ya tujuannya adalah mungkin enak tidak makan pikiran dan makan hati. Setiap hari disibukkan dengan pekerjaan rumah tangga dan anak. Mana tugas anak dikasih batas waktu lagi pengumpulannya ya? Saya pribadi juga tidak dapat menyalahkan dan membenarkan siapa. Yang pasti dalam persoalan ini jawabannya hanya ada dua, ujian akhir di sekolah atau di rumah. 
          Kabar terakhir saya dengar di grup wa kelas adik saya, ada perubahan jawaban dari setuju ke tidak setuju. Kabar terakhir yang tidak  setuju adalah 18 wali murid. Selebihnya masih menjawab setuju. Tetapi kata adik saya, berdasarkan pertimbangan dari guru-guru dan wali murid, ujian akhir akan dilaksanakan di rumah, dan tidak di sekolah. Bayangan kami kalau ujian benar-benar diadakan di sekolah wah kacau hasil ujiannya nanti. Namun dibalik itu, kalau memang dilaksakan di rumah ya konsekuensinya tetap sama, jumlah soal diperbanyak seperti sebelumnya. 

Postingan populer dari blog ini

Rupanya Ada Yang Mengendus Blog Saya

Tiga Tipe Teman Saat Kau Jatuh di Dasar Jurang

Sejak Kapan Presentasi Dilarang Tanya?