Kemana Protokol Covid 19 itu?
Tadi sore, saya, adik dan ibu saya pergi belanja baju untuk lebaran di sebuah toko perbelanjaan di kecamatan sumbersari kelurahan Sukorejo. Sepanjang perjalanan saya dikejutkan karena banyak orang yang mengabaikan protokol covid 19. Di jalan raya misalkan, banyak pengendara yang tidak memakai masker lagi. Entah dicuci atau yang lain saya tidak tahu.
Sampai di tempat perbelanjaan tersebut, saya juga dikejutkan dengan diabaikannya protokol kesehatan untuk mengantisipasi penularan covid 19. Masuk di toko tersebut, tidak ada satpam yang cek suhu badan kami dengan termogun. Saya juga tidak melihat ada hand sanitizer yang disediakan oleh pemilik toko. Yang saya lihat hanya tempat cuci tangan saja di luar toko. Itu pun banyak pengunjung yang datang langsung masuk saja tanpa cuci tangan terlebih dahulu. Awalnya saya memaklumi karena tokonya selain kecil, juga terletak di pedesaan. Sehingga pengawasannya tidak seketat toko-toko di perkotaan.
Masuk di dalam toko, saya dikejutkan lagi karena banyak pelayannya yang tidak memakai masker. Hampir semua pelayannya tidak memakai masker. Tetapi lucunya pelayannya semua memakai seragam.
Selain itu pelayannya juga duduk berkerumun dengan pelayan yang lain sambil memeriksa barang yang mau dijual. Mana yang katanya social distancing ? Para Pembelinya tidak menjaga jarak dengan pembeli yang lain tetap tidak ditegur. Lepas masker pun juga tidak ditegur sama sekali. Saya sudah mencobanya dan ternyata tidak ditegur. Biasa saja keadaannya seperti tidak ada covid 19 begitu. Aman-aman saja ini. Tadinya saya berpikir mungkin karena letaknya yang jauh dari perkotaan, karena itu protokol covid 19 terlihat longgar. Setelah pulang dari toko tersebut, ibu saya mengajak saya pergi ke toko yang lain. Kali ini tokonya terletak di pusat kota atau keramaian. Sengaja tidak saya sebut nama toko perbelanjaan yang saya maksud.
Setiba di toko tersebut, saya melihat tukang parkirnya saja tidak memakai masker. Dari empat tukang parkir, yang memakai masker hanya satu orang. Masih bisa diterima lah, mungkin gerah kali makanya dilepas sementara maskernya.
Perlu di ketahui, toko ini memiliki dua cabang begitu, A 1 dan B 2 katakanlah. Ketika masuk di A1, tidak ada tempat untuk cuci tangan, tetapi disediakan hand sanitizer di dalam toko A1 tersebut. Diluar tidak ada loh hand sanitizernya. Ya tidak apa, hand sanitizer kan tidak harus diletakkan di luar kan? Yang terpenting masuk dalam toko, kita sudah menggunakan hand sanitizer dulu begitu.
Kemudian tidak ada juga satpam atau pelayan yang berdiri depan pintu sambil memegang termogun. Lucu sekali menurut saya. Toko besar di pusat kota kok tidak ada cek suhunya. Masa iya kalah dengan bank cabang yang nasabahnya sedikit. Ini toko besar yang letaknya di kota loh, bukan toko-tokoan ini. Ya harusnya ada lah yang namanya cek suhu begitu. Gak tahu lagi saya mau ngomong apa, gokil menurut saya. Ini toko perbelanjaan yang notabene banyak dikunjungi oleh para pengunjung, ramai sekali apalagi mendekati bulan Ramadhan. Karena kalau beli baju lebaran di bulan Ramadhan, takut tidak kuat menahan lapar dan dahaga begitu. Kok bisa tidak ada cek suhu begitu aduhhh.
Di dalam toko A1, sama saja pelayanannya ada yang tidak menggunakan masker. Maskernya ada yang diletakkan di dagu, leher, dan mohon maaf di dadanya saja begitu. Mungkin akan dipakai maskernya kalau ada atasan lewat, saya tidak tahu.
Kemudian, social distancing juga diabaikan begitu. Tidak ada lagi yang namanya kaga jarak satu meter itu tidak ada sudah. Saya juga tidak tahu apakah covid 19 sudah musnah atau tidak. Batin saya, oh sama saja seperti di toko sebelumnya. Gak di desa di kota sama saja, protokol covid 19 sudah diabaikan. Di toko A1 kami tidak menemukan barang yang cocok untuk kami beli, akhirnya kami menuju ke toko B2 yang letaknya tidak jauh dari toko A1, jaraknya hanya 20 meteran lah kedua toko ini.
Sampai di depan toko B2, ada tempat cuci tangan lengkap dengan sabun dan pengeringnya, saya tidak tahu namanya apa. Pokoknya ada driernya gitu saja. Selain itu juga ada pelayan yang berdiri di depan pintu memegang termogun untuk cek suhu para pengunjung. Batin saya, nah ini baru benar.
Sampai di depan toko B2, kami langsung saja masuk untuk cek suhu. Ngapain cuci tangan? Wong sudah menggunakan hand sanitizer tadi di toko A1. Tetapi lucunya ketika hendak masuk dan cek suhu, kami disuruh cuci tangan oleh pelayannya. Ibu saya berkata ke pelayannya kalau kami sudah menggunakan hand sanitizer di toko A1. Tetapi tetap, pelayannya menyuruh kami untuk cuci tangan haha. Apa kurang bersih tangan kami ini? Apa pelayannya ingin terlihat kerja saya juga tidak tahu.
Masuk di dalam toko B2, saya melihat bangku yang ditata sejajar. Satu set bangku berisi empat atau enam tempat duduk. Tetapi tempat duduk tersebut tidak ada yang disilang. Sehingga orang yang duduk disana berdempetan akhirnya. Tidak ada lagi yang namanya social distancing kalau begitu. Kalau di klinik, bank, dan rumah sakit, tempat duduknya masih disilang agar orang kalau duduk berjarak satu meter sesuai protokol covid 19 begitu.
Selanjutnya kasusnya masih sama seperti di toko sebelumnya yaitu banyak pelayan yang tidak menggunakan masker dengan benar dan pembeli yang berkerumun tidak menjaga jarak. Saya bingung kenapa tidak ada yang berani menegur pelayannya untuk menggunakan masker? Mereka ada yang menggunakan masker, tetapi rata-rata tidak benar cara penggunaannya. Tetapi kebanyakan saya perhatikan banyak pelayannya yang tidak memakai masker. Saya tidak tahu, mungkin covid 19 sudah tidak ada menurut pelayannya.
Selain itu, Pembelinya saja jalan ada yang berdekatan/berkerumun tidak ada yang menegur. Kan harusnya jaga jarak? Kemana protokol covid 19 dari menteri kesehatan itu? Seharusnya di pusat-pusat keramaian seperti toko perbelanjaan ini, protokol covid 19 harus tetap dijalankan, bukan diabaikan. Kita siapa? Power rangers? Sakti sekali begitu. Dari pengamatan saya baik toko yang terletak di pedesaan dan perkotaan hasilnya sama yaitu protokol covid 19 sudah diabaikan. Saya tidak tahu di tempat para pembaca bagaimana.