Lucunya Dengar Komentator Bola Indonesia

       Tadi malam saya menonton pertandingan sepakbola antara kesebelasan Madura United bersua Persebaya Surabaya di layar kaca tv. Sudah lama saya tidak menonton bola Indonesia sejak adanya covid 19. Ada yang berbeda dari menonton bola Indonesia sebelum dan saat covid 19 terjadi. Perbedaan terletak pada cara komentatornya mengomentari jalannya pertandingan. Berbeda sekali sejak sebelum covid 19. Atau mungkin saking lamanya saya tidak nonton bola Indonesia? Terus begitu nonton langsung terasa berbeda? Padahal yang membawakan acara sama yaitu bung Vallen dan Binder. Tapi yang satu ini terasa amat berbeda.
         Saya dipanggil kakek ke rumah beliau untuk nonton bola. Tapi jatuhnya seperti nonton lawak. Tidak henti-hentinya saya senyum sendiri. Pemain nyundul bola, jauh dari gol sudah jebret katanya. Terus komentatornya saling berebut komentar kan lucu. Ngegas seperti orang balapan motor begitu. Kalau komentator di liga Inggris enak, ada jedanya dan penonton tidak terganggu. Begitu komentator Indonesia komentar, waduh jedanya tidak ada. Si A belum selesai komentar, si B komentar juga. Jadi bingung mau dengar yang mana. Dulu saya lihat bung Vallen komentar seperti itu, saya merasa biasa saja. Entah kenapa tadi merasa berbeda saja, merasa nonton lawak. Saya pribadi juga merasa ada yang ganjal begitu. Mungkin komentatornya terlalu bersemangat atau mungkin pertandingan kesebelasan yang bertanding luar biasa. 
       Komentator bola tidak semangat juga kurang bagus, terlalu semangat juga terdengar kurang bagus, biasa saja lah. Biasa saja tapi tempo dan jeda dalam berkomentar perlu diperhatikan. Karena kalau tidak, jatuhnya bukan nonton bola tetapi lawak. Kalau dulu sebelum covid 19, komentatornya selalu itu-itu saja, tetapi saya merasa biasa saja. Dan merasa tidak kaget, ketawa sendiri, dst. Mau dia ngegas, ngelawak, saya biasa saja. Tapi heran saja, tadi itu amat berbeda, lebay menurut saya. Semua dibahas oleh bung Vallen, padahal gak ada kaitannya dengan pertandingan bola yang berlangsung di tv. Peluang Anya Geraldine apa itu katanya. Menurut saya ada penggunaan kalimat yang terlalu hiperbola dari bung Valen begitu. Saya juga tidak tahu ya, dulu saya nonton dan yang jadi komentatornya bung Valen dengan ciri khasnya, saya merasa biasa saja tidak terganggu sedikit pun. Namun tadi itu loh ada perbedaan yang saya rasakan dari cara beliau mengomentari jalannya pertandingan. 
         Sebagai penonton saya hanya bisa menonton saja. Tetapi jujur komentatornya membuat saya kaget dan ketawa. Mengganggu sekali bagi saya. Tetapi poinnya bukan disitu. Apa pun itu, mereka komentator bola ini sudah berpengalaman pastinya. Amat sangat berbeda saja cara penyampaian komentarnya tadi sehingga membuat saya tidak enjoy menonton pertandingan bolanya. Yang ada saya malah ketawa-ketawa sendiri. Pembaca boleh mengunjungi tautan ini (https://youtu.be/zZliaufLiWM). 
       Nah, uraian di atas itu hanya pendapat saya saja. Belum tentu yang lain merasakan hal yang sama dengan saya. Karena sifatnya pendapat, benar salahnya pun juga relatif. Tetapi dalam hal ini, negara mengatur pendapat masing-masing individu dalam UUD 1945 pasal 28E ayat 3. Bunyinya adalah Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Jadi setiap orang berhak mengeluarkan pendapatnya masing-masing begitu selama tidak berlawanan dengan hukum atau UUD yang berlaku. 
       Bung Valen menyelipkan lawakan dalam komentarnya barangkali agar pertandingan sepak bolah jadi lebih berwarna dan tidak garing, penonton terhibur dan juga tidak sepaneng. Tetapi sebagai komentator kita musti tahu porsi dalam lawakan kita, jangan berlebihan yang jatuhnya nanti over atau try to be funny. Itu juga tidak bagus untuk didengarkan begitu. Saya rasa ini kembali lagi pada selera ya. Berdasarkan pengamatan saya saat itu, memang sangat tampak komentatornya terlalu hiperbola. Saya amati di pertandingan-pertandingan sepak bola berikutnya yang dibawakan oleh bung Valen pun juga sama kasusnya. Menurut saya lucu sekali begitu karena saya kan ingin nonton bola bukan nonton lawakan hiperbola. Entah kenapa saya baru sadar kali ini saja, dulu-dulu kan pertandingan sepak bola beliau yang memandu sebagai komentator, tetapi saya biasa saja tidak merasa terganggu sedikit pun. Jujur kali ini sebagai penonton sekaligus pendengar saya merasa terganggu begitu saat menonton sepak bola di layar kaca. 
        Jujur demi Allah, tulisan ini telah saya tulis pada tanggal 28 Maret 2021 yang lalu usai pertandingan Madura United kontra Persebaya Surabaya. Dengan lata lain, usai nonton sepak bola di rumah kakek, saya pulang kemudian langsung menulis. Jujur gatal sekali tangan saya yang mau menulis saat itu. Namun saya dilema mau post tulisan ini di blog saya lantaran saya berpikir mungkin pembawaan komentator yang terdengar lucu dan alay itu hanya perasaan saya saja. Bisa jadi dikarenakan lamanya pertandingan sepak bola berhenti di Indonesia setelah adanya covid 19. Wajar lah kalau terdengar amat berbeda batin saya. Sudahlah saya biarkan tulisan ini, tadinya mau saya hapus saja. Terkesan saya mengomentari komentator bola yang sudah berpengalaman bertahun-tahun. Saya sadar diri dong saya ini siapa kan begitu? Saya hanya penikmat sepak bola saja. Mau komentator komentar alay dan lain sebagainya tidak ada urusan dengan saya. Pemilik stasiun televisinya saja diam, lah kenapa saya jadi repot kan gitu. Namun saat itu mengganggu sekali untuk saya. Saya tidak tahu bagi orang-orang yang lain bagaimana, mengganggu mereka atau tidak? Jangan-jangan saya seorang diri saja yang merasa terganggu, kakek saya nonton bola santai-santai saja ini saya lihat saat itu. Itu juga yang menjadi alasan kenapa saya tidak langsung post tulisan ini. 
          Kemarin sore, entah kebetulan atau apa saya iseng lihat Instagram. Saya melihat unggahan Instagram dari akun footbal. noise yang isinya sebagai berikut:
        Nah mengetahui itu, saya tertarik untuk baca komennya para netizen, apa benar mereka merasakan keresahan yang sama dengan saya. Sebagian besar ternyata para netizen juga merasakan keresahan yang saya rasakan dengan pembawaan atau cara komentatornya dalam mengomentari pertandingan sepak bola yang berlangsung. Simak beberapa komen netizen berikut:

       Itu beberapa pendapat para netizen yang saya dapatkan. Jika para pembaca penasaran, boleh mengunjungi akun Ig seperti yang saya sebutkan di atas. 
        Setelah melihat komentar seperti unggahan di atas kemarin sore. Malam sekitar jam 22:00 WIB saya nonton sepak bola antara kesebelasan Bali United kontra PSS Sleman di layar kaca. Dan saya perhatikan komentatornya tidak sealay seperti sebelumnya. Artinya tidak terlalu banyak menggunakan majas hiperbola tatkala mengomentari jalannya pertandingan. Alhamdulillah saya sedikit senang dan enjoy menikmati jalannya pertandingan kemarin malam. Hanya saja tempo komentatornya kemarin malam masih terlalu cepat. Terlalu semangat atau apa saya juga tidak tahu karena saya hanya penikmat begitu. Semoga komentator bola di Indonesia makin baik dan lebih mendidik di kesempatan-kesempatan berikutnya. Terima kasih

Postingan populer dari blog ini

Rupanya Ada Yang Mengendus Blog Saya

Tiga Tipe Teman Saat Kau Jatuh di Dasar Jurang

Sejak Kapan Presentasi Dilarang Tanya?