Aku Anak Sungai
Masa kecil saya itu sangat bahagia sekali. Bahagia sekali karena hp tidak begitu sepopuler sekarang. Sekarang banyak anak kecil sudah pegang hp. Mereka banyak main game online, sebut saja mobile legend, free fire dan lain-lain. Bila dibandingkan dengan masa kecil saya, kami semua bahagia sekali dengan permainan kami. Ada banyak sekali jenis permainan, saking banyaknya diam saja kita bisa bermain, contohnya bermain permainan jari dengan teman. Dari situ, masa kecil saya amat berkesan sekali. Tapi dari sekian banyak masa kecil yang berkesan, salah satu yang berkesan adalah masa kecil ketika mandi di sungai.
Masa kecil saya tidak bisa dilepaskan dengan sungai. Karena saya akrab sekali dengan sungai. Tidak hanya itu, lokasi tempat bermain kita pun dekat sekali dengan sungai. Alhasil, begitu kita lelah setelah bermain sepak bola, kami langsung mandi ke sungai.
Kami sering sekali mandi di sungai. Bahkan hal ini telah menjadi kebiasaan. Bangun tidur hendak berangkat ke sekolah, kami semua mandi di sungai. Padahal di rumah kami sudah ada kamar mandi. Pulang sekolah, ya mandi sungai. Sore ketika mau berangkat ngaji, ya mandi sungai lagi. Kami bisa mandi sungai sebanyak lima kali dalam sehari. Entah lah kenapa bisa seperti itu. Karena di sungai kami tidak hanya mandi tetapi juga bermain bersama teman-teman yang lain. Contohnya bermain pak dem po, bermain istana-istanaan, tulup, kejar-kejaran, ban-banan, dan masih banyak lagi. Bahkan, kami makan pun juga di sungai. Cari ikan ya di sungai. Ikan yang paling kita sering makan adalah ikan sapu-sapu karena mudah sekali didapatkan.
Mengingat masa kecil main di sungai ini, secara tidak sadar membawa kenangan dan nostalgia saya bersama teman-teman dulu. Mandi bisa ber jam-jam masih menjadi misteri untuk saya. Mata bisa menjadi merah seperti matanya Uchiha Sasuke begitu pernah kami alami. Di usia yang sekarang saya berpikir "kok bisa ya?".
Cari tebu, belut, keong, bekicot, kemudian dibakar di pinggir sungai. Bawa nasi sendiri begitu. Makan di pinggir sungai yang di saat bersamaan hujan juga turun. Saya berani katakan secara jujur makanan yang dibakar itu tidak enak sama sekali saat itu. Tetapi bisa menjadi enak karena kebersamaan bersama teman-teman. Mencari makan bersama-sama kemudian dimakan pun juga bersama.
Banyak sekali manfaat yang bisa saya peroleh ketika mandi sungai. Salah satunya nafas saya menjadi panjang ketika hendak mengaji Al Quran. Badan juga terasa segar dan sehat karena setiap hari berenang di sungai. Yang paling penting adalah kebersamaan bersama teman-teman. Karena apa ya, pulang sekolah kita berkumpul di rumah teman kemudian berangkat bareng ke sungai. Bukan dua, tiga teman. Anak-anak satu RT bahkan mandi di sungai semua. Kini ketika saya melihat anak-anak sekarang mandi di sungai sering ingat masa kecil saya dulu.
Kami itu bukan hanya mandi sungai tetapi juga menjelajah sungai. Ada banyak nama sungai di dekat rumah kami, mulai dari Poring, Water boom, Leter S, Dukur, Binggul, Campoan, Hasil, Sumber, Watu M, Copek, Kidul, Paru-paru, Darussalam, Bromo, dan masih banyak lagi. Bahkan ada sungai yang tidak ada namanya, kami memberi nama untuk sungai itu sendiri. Namanya sungai Baru. Lokasinya ada di dekat rumah kami juga.
Kami mandi sungai ya di dekat rumah saja karena menurut kami sungai disini sudah mendukung sekali. Contohnya tidak ada beling atau kaca, tidak kotor, airnya bersih dan dalam, lokasinya strategis dengan rumah kami, dan lain-lain. Hal yang menjadi pertimbangan lainnya adalah kalau mandi di sungai lain, hal itu akan membahayakan untuk kami. Karena kami bukan orang asli situ. Khawatirnya ada penunggunya atau akrab dikenal sebagai Danyang kalau disini. Karena kami masih percaya dengan makhluk gaib penunggu sungai. Kalau mandi di sungai dekat rumah, aman kita tidak diganggu oleh Danyang. Pulang pun juga selamat.
Manfaat yang lain didapat saat mandi sungai adalah bertambahnya teman. Dari satu RT bisa satu RW, serius. Bahkan ada anak-anak dari luar rumah kami mandi di sungai kami. Sebut saja anak-anak Gebang, Bromo, Tebeg, Stadion, dll. Sehingga teman kami bertambah banyak. Wah ramai sekali anak mandi sungai dulu. Berbeda dengan sekarang. Sekarang anak mau mandi sungai mikir-mikir dulu. Mau mandi dengan siapa? Teman-temanya yang lain asik main hp di rumah.
Ya banyak sekali kenangan saat mandi di sungai begitu. Saya pun menyebut diri saya anak sungai karena gak pernah pulang ke rumah. Ke sungai terus begitu. Bahkan saya sebut sungai itu adalah rumah saya. Di pinggir sungai itu ada pohon sukun, saya kalau tidur-tiduran ya disitu. Ada lagi bebatuan yang kami sebut dengan rongkang, ya tidur di atasnya sudah. Jatuh ya jatuh ke sungai begitu saja. Heran saya, tidak balik-balik ke rumah. Betah sekali berada di sungai. Ironisnya orang tua juga tidak ikut mencari begitu.
Dari sungai ini lah nilai praktek renang di sekolah saya selalu bagus. Dari banyaknya teman sekelas, hanya saya, Ajay, dan Alfan tetangga saya yang nilai praktek renangnya bagus. Bahkan guru olahraga kami memuji kami.
Saya dengan sungai itu dekat sekali ya. Tidak hanya untuk mandi tetapi juga untuk yang lain. Contohnya seperti cuci sepatu, pakaian, dan BAB. Kini sudah menjadi kenangan saja. Saya juga hampir tidak pernah mandi ke sungai. BAB ya di rumah. Hanya saja kalau cuci pakaian ini saya masih suka di sungai.
Kini, ketika saya jenuh di rumah, saya menyempatkan diri untuk menghilangkan kejenuhan ke sungai. Di pinggir sungai itu ada gubuk, saya diam disitu sudah sambil berfilsafat dan merenungkan kehidupan. Hal itu masih saya lakukan sampai sekarang. Biasanya sore hari setelah ashar, saya pergi ke sungai untuk berfilsafat dan merenung itu tadi. Kadang baca-baca buku sudah di pinggir sungai itu. Kalau tidak begitu, ya lihat orang mancing. Itulah sekelumit pengalaman masa kecil saya dulu.