Kekalahan Timnas di Final AFF Suzuki Cup 2020 adalah Buah dari Buruknya Media Indonesia
Bukan hanya kualitas pemain timnas dan kepengurusan PSSI saja, tetapi media sepak bola Indonesia juga patut disoroti. Karena media tersebut juga ikut andil dalam menyukseskan prestasi timnas sepak bola Indonesia. Bagi penulis, media Indonesia terlalu over dalam menyampaikan berita timnas di ajang Suzuki Cup 2020, terutama menjelang pertandingan Indonesia kontra Vietnam. Media tersebut tidak sadar bahwa mereka juga punya andil dalam mempengaruhi kondisi psikis para pemain timnas.
Sebelum pertandingan Indonesia kontra Vietnam pun, media Indonesia juga over. Tetapi tidak separah ketika menghadapi Vietnam. Penulis tidak tahu, di mana-mana baik di Televisi, media sosial, google, Youtube dan lain sebagainya, selalunya berita tentang timnas dilebih-lebihkan. Amat terlihat dilebihkan tatkala melihat headlinenya begitu. Misalnya "Kalah dari Indonesia, pelatih Kamboja bilang begini", "pemain Laos sebut level timnas Indonesia setara dengan Kamboja", dll. Begitu dilihat kontennya, ya tidak menarik. Menurut saya kalau mencari rezeki mencari lah yang benar. Apalagi di YouTube itu terlalu lebay menurut saya. Apa-apa yang berhubungan dengan timnas mesti dipost dengan headline yang menurut saya terlalu dilebihkan, pembaca bisa coba lihat sendiri.
Karena apa? headline yang berlebihan itu juga memancing komentar orang-orang yang lebih cenderung ke komentar yang emosional. Menurut saya, sudahlah buat berita buat berita saja sesuai apa yang ada, dan tidak perlu dilebih-lebihkan. Sampaikan lah yang baik-baik terkait persiapan timnas jelang menghadapi lawan dan hasil dari pertandingan itu sudah selesai. Ini tidak, media Indonesia malah menyampaikan "pelatih Vietnam sebut Indonesia tidak pantas masuk semifinal". Adalagi beritanya tentang Saffe Sali itu. Sudahlah itu kan komentar orang, terserah bebas dia mau komen apa, lah kenapa media kita jadi repot?
Puncak media Indonesia overproud itu setelah timnas berhasil menggilas Malaysia dengan skor 4 1. Ramai sekali berita-berita yang memberitakan kemenangan itu. Bahkan tidak sedikit orang-orang Indonesia yang juga ikut bangga. Tahu-tahu jadi dalang provokator di media sosial. Entah lah apa ada dendam lama atau apa saya juga tidak tahu.
Pembaca bisa lihat sendiri beritanya di kanal YouTube atau di media sosial yang lain. Melihat berita di atas, saya jadi bingung. Begitu saya klik dan ternyata yel-yel itu digemakan di stadion Manahan Solo, bukan di Singapore's International Stadium. Artinya si pembuat berita itu mengada-ada. Coba perhatikan sampai ratusan dan 1 juta orang yang menonton berita tidak jelas itu. Jatuhnya adalah bukan ke kerukunan melainkan ke ujar kebencian. Itu adalah salah satu contoh dari sekian banyak contoh.
Begitu jumpa Singapore di semifinal juga demikian. Saya heran kenapa berita-berita di media Indonesia terlalu berlebih-lebihan. Apa-apa saja bisa dijadikan berita. Bahkan hal yang menurut saya tidak penting juga dijadikan berita. Contoh beritanya adalah salah satu supporter Singapore memprovokasi pemain Indonesia yang duduk di tribun. Berita ini diadakan kan tujuannya untuk memancing reaksi supporter Indonesia saja. Sehingga ramai warganet yang melihat dan komentar pedas pada video itu.
Menjelang jumpa Thailand di final, timnas Indonesia mulai banjir pujian. Tidak hanya timnas tetapi juga pelatih ikut kebanjiran pujian. Publik mulai memasang rambu hijau bahwasanya Indonesia akan membawa pulang piala AFF Suzuki cup tahun 2020. Publik begitu percaya diri sekali saat itu setelah mengalahkan Singapore di babak semifinal secara dramatis. Nah, dari sini muncul banyak pujian itu tadi. Bahkan tidak sedikit yang mengiming-imingi bonus. Contohnya presiden Arema yang akan menjanjikan bonus kepada timnas jika meraih gelar juara di pagelaran AFF Suzuki cup tahun ini. Ketua umum PSSI mau mampir ke loker room timnas Indonesia, mau bagi-bagi bonus dan lain sebagainya.
Setelah saya telusuri, tidak hanya banjir pujian di akun bola saja melainkan juga akun pemain timnasnya. Asnawi dkk juga dapat banyak pujian secara langsung di akun instagramnya. Menurut kaca mata saya, ini berlebihan sekali ya. Karena secara tidak sadar hal itu akan memberikan dampak psikologis kepada para punggawa timnas. Ya tidak perlu lah sampai seperti itu. Kalau sudah juara bebas sudah mau bagaimana, intinya jangan berlebihan dulu. Kalau media kita kan tidak seperti itu, apa-apa suka dilebihkan. Bahkan setelah kalah 4 0 dari Thailand di final leg pertama, media Indonesia mengatakan bahwa laga tersebut harus diulang karena ada pemain Thailand yang terkena kasus doping. Padahal fakta sebenarnya tidak ada. Indonesia akan memakai ajian Nyi Roro Kidul di final leg kedua apa itu katanya. Tidak jelas, lebay sekali menurut saya. Bahkan Chanathip (pemain timnas Thailand) memeluk Riky Kambuaya di final, sampai dijadikan berita oleh media kita, untuk apa begitu loh? Setelah final leg kedua, tidak ada lagi berita yang lebay muncul sudah. Saya pribadi juga tidak tahu kenapa.
Kadang berita dari luar negeri, oleh Indonesia diberitakan lagi ke Indonesia. Contohnya media Vietnam yang mengatakan pemain Indonesia bermain brutal dan semacamnya. Nah, dibuat lah semenarik mungkin sekiranya orang Indonesia yang lihat berita itu menjadi heboh sendiri. Saya masih belum mengerti, kok sampai segitunya media kita itu. Pembaca bisa telusuri sendiri. Bahkan di tengah-tengah pagelaran, media kita merumorkan pemain timnas diincar klub luar negeri dan lain sebagainya, poinnya melebih-lebihkan sehingga orang tertarik mau membaca berita itu.
Ada banyak sekali berita tentang timnas yang menurut penilaian saya terlalu lebay sekali. Bahkan tidak layak untuk dijadikan berita. Tidak ada manfaatnya juga orang tahu itu. Yang perlu media sampaikan adalah taktik kesebelasan negara dalam pertandingan, rahasia para pemain tetap bugar meski melakoni babak pertambahan waktu, racikan pelatih A dalam mengahadapi timnas B, formasi cantik timnas jelang laga melawan Thailand, dan semacamnya. Supaya pembaca dapat mengambil manfaatnya sehingga tidak akan pernah terjadi komentar miring terkait berita yang disampaikan oleh media itu.
Tidak semua media kita itu buruk, hanya beberapa saja yang saya ketahui. Dari sini saya berharap semoga media Indonesia lebih baik lagi dalam memberitakan timnas Indonesia. Lebih kreatif lagi dalam memilih diksi sehingga tidak menimbulkan respon berlebihan dari pembaca berita. Terima kasih