Kemenangan Yang Berarti
Hari Senin malam, saya mengajak Randika, tetangga saya untuk joging esok pagi hari, mengingat esok hari libur. Sejujurnya saya tidak memiliki teman untuk diajak joging semenjak kakek saya dioperasi. Biasanya di pagi hari saya selalu joging dengan kakek saya di sebuah perumahan bernama Bernady Land. Nah, alasan saya mengajak Randika joging karena saya melihat dia tengah joging saat saya pulang mengantarkan ibu saya dari pasar. Enak begitu kalau saya ajak dia joging bersama saya.
Singkat cerita, saya masih bertanya-tanya mau puasa apa Randika itu. Tidak hanya itu, saya juga melihat di salah satu status teman saya, agar supaya kita siap-siap puasa Rajab. Disitu disampaikan keutamaan dan niat puasa Rajab, pahalanya dan lain sebagainya. Nah, dari sini saya mengambil kesimpulan bahwa Randika mau puasa Rajab. Saya lihat di kalender saya. Dan ternyata satu Rajab jatuh pada hari Kamis, bukan hari Rabu. Saya lihat lagi siapa tahu tahun pada kalender tersebut salah. Dan ternyata benar, tertulis pada kalender tahun 2022.
Saat saya chat Randika, dia awalnya mau kemudian tiba-tiba sempat menuda karena esok katanya dia mau puasa. Mendengar itu, sontak saya bertanya-tanya puasa apa kok di hari Selasa. Setelah itu, dia menunda puasanya lagi. Katanya puasanya masih hari Rabu, bukan besok Selasa.
Singkat cerita, saya masih bertanya-tanya mau puasa apa Randika itu. Tidak hanya itu, saya juga melihat di salah satu status teman saya, agar supaya kita siap-siap puasa Rajab. Disitu disampaikan keutamaan dan niat puasa Rajab, pahalanya dan lain sebagainya. Nah, dari sini saya mengambil kesimpulan bahwa Randika mau puasa Rajab. Saya lihat di kalender saya. Dan ternyata satu Rajab jatuh pada hari Kamis, bukan hari Rabu. Saya lihat lagi siapa tahu tahun pada kalender tersebut salah. Dan ternyata benar, tertulis pada kalender tahun 2022.
Melihat kalender itu, sikap saya jadi acuh saja. Ya masih lama Kamis puasanya seperti itu. Dan satu lagi, saya tidak ada niatan mau berpuasa saat itu, jujur. Alasan tidak berpuasa karena saya ngajar di sekolah. Tetapi batin saya seolah-olah menolak itu. Maka disini terjadi konflik batin dalam diri saya. Saya tidak tahu mengapa. Rasanya ada tekanan batin yang menolak supaya saya tidak puasa. Tetapi setan datang dengan caranya dan menghasut saya agar saya tidak berpuasa esok hari Kamis. Tetapi saya akhirnya mampu mengalahkan tipu daya setan dan berencana untuk puasa hari Kamis.
Pagi dini hari, saya mengalami kejadian aneh begitu. Saya merasa tidak enak tidur. Bangun tidur jam satu dini hari. Setelah tidur kembali, nyamuk banyak, udara dingin sekali saat itu. Setelah saya bangun, kemudian tidur lagi, ada saja hal yang mencoba membangunkan saya. Contohnya suara burung dan cicak di luar rumah. Kemudian saya kebelet pipis. Tetapi saya hiraukan dan memilih untuk tidur kembali. Sampai klimaksnya, jempol kaki saya membentur balok kayu pada ranjang tidur saya.
Saya tidak ingat apa-apa saat itu selain mengeram kesakitan. Kaki saya terasa keluar darah. Tetapi saat itu saya dalam keadaan setengah sadar. Begitu saya lihat kaki saya tidak berdarah, ya sudah saya tidur lagi. Yang hanya saya ingat sepintas adalah bunyi suara keras setelah jempol kaki saya kesakitan. Jadi rasanya begitu kaki saya sakit, ada bunyi benturan setelahnya. Begitu saya lihat sekilas, anehnya saat itu posisi tidur saya dalam keadaan terlentang. Menurut logika, tidak mungkin ini terjadi. Nah, kalau saya tidurnya dalam posisi berbaring bisa saja jempol kaki saya membentur balok kayu pada ranjang tersebut. Dan dari hasil benturan tersebut mengakibatkan kuku saya patah.
Foto di atas diambil saat saya hendak berangkat ke sekolah. Begitu saya mau memasang kaos kaki, terlihat jelas kuku saya seperti pada gambar. Kalau dicermati, kaki bagian dalam jempol saya keluar darah waktu itu. Sayangnya tidak bisa terlihat jelas pada foto tersebut.
Nah, begitu bangun tidur saya masih belum terpikirkan masalah kejadian pada dini hari tadi. Baru setelah saya mandi, kaki saya tiba-tiba sakit sekali. Seperti ditusuk-tusuk benda tajam. Terasa sakit mungkin karena air masuk ke dalam pori-pori bagian kuku saya yang terluka itu tadi. Dari sini saya mengingat kejadian pada dini hari pagi tadi. Hal itu sampai membuat saya curhat pada ibu saya. Masih menjadi misteri kenapa kuku saya bisa patah seperti itu. Seperti tidak masuk akal begitu. Saya tanya kepada ibu saya, tanggal satu Rajab itu jatuh pada hari apa. Ibu saya menjawab tidak tahu dan meminta saya untuk lihat kalender. Kemudian setelah itu, ibu saya bilang bahwasanya Bu De Min tetangga saya kemarin berkata bahwa besok Rabu puasa Rajab. Tetapi yang jadi masalah adalah tanggal satu Rajab di kalender saya jatuh pada hari Kamis, bukan Rabu. Menurut saya, kalendernya salah cetak itu.
Dari peristiwa di atas, saya jadi berpikir apa benar saya kemarin dibangunkan malaikat untuk puasa Rajab ya? Mungkin sekali bagi saya. Karena saya pernah mengalami kejadian aneh juga dulu. Dulu, saya aktif sekali sholat Tahajud. Pernah suatu hari saya sengaja untuk meninggalkan sholat tahajud. Ada hal aneh yang mencoba membangunkan saya agar saya bisa sholat Tahajud. Tetapi saya abaikan saja. Sampai klimaksnya, badan saya terasa ditindih batu besar dari atas. Seketika saya bangun dan tersadar. Setelah sadar saya beristighfar dan langsung ambil wudhu untuk sholat Tahajud.
Bahkan sampai sekarang, peristiwa itu masih saya ingat. Ibu saya mendengar kejadian itu berkata, bahwa mungkin saya dibangunkan oleh malaikat. Seseorang yang rajin sholat malam, kemudian mencoba sengaja untuk meninggalkan akan memancing amarah Allah dan memerintahkan malaikat untuk menegur saya. Saya masih ingat kejadian itu. Terasa jelas sekali saya ditindih batu sampai terasa tidak bisa bernafas. Di saat yang bersamaan, mata saya langsung terbuka. Bukan ditindih makhluk halus itu. Jelas berbeda sekali.
Mendengar bahwa tanggal satu Rajab jatuh pada hari Kamis, ibu saya meminta untuk melihat di google. Malangnya, tanggal satu Rajab jatuh pada hari Rabu. Disitu saya semakin percaya bahwa kejadian aneh dini hari tadi adalah ulah Allah yang mencoba membangunkan saya sahur dengan cara-Nya. Disini saya diam sejenak, dan membaca berita tentang keutamaan puasa Rajab. Lalu memantapkan hati saya untuk menunaikan puasa Rajab tanpa sahur. Tentu saya juga membaca niatnya. Saya sudah biasa puasa tanpa sahur. Jadi tidak kaget dan mantap untuk menunaikannya.
Jujur tidak ada sama sekali di benak saya bahwa saya tidak kuat menjalani puasa ini. Padahal kalau dipikir-pikir berat sekali. Tetapi dulu saya lebih berat daripada ini puasanya. Saking beratnya saya pernah berbuka puasa dengan meminum delapan gelas akua. Saya masih ingat itu. Kalau puasa yang satu ini mah saya kan kekurangannya tidak makan malam harinya, ditambah tidak sahur, sudah itu saja. Dan tidak ada rasa khawatir saya nanti bagaimana. Yakin dan serahkan saja semua pada Allah.
Pagi saya jaga di depan sekolah sembari memegang termogun. Hampir empat puluh lima menit saya berdiri di depan gerbang, dan tanpa kursi. Dalam hal ini, saya tidak bermaksud untuk menyanjung diri saya, tidak ada kok. Peristiwa ini saya jadikan pelajaran berarti dan harapannya bisa ditiru oleh anak-anak saya kelak. Kemudian, saya ngajar tiga kelas di kelas 5A, 2A, dan 4B. Untungnya hanya satu sesi. Sehingga jam setengah sepuluh saya selesai mengajar. Tetapi setelah itu saya masih harus mengoreksi pekerjaan anak-anak yang menumpuk di meja saya. Dan tak lama setelah itu, kepala saya tiba-tiba pusing. Sehingga memaksa saya untuk tidur berbaring di dalam ruangan saya. Kebetulan disitu banyak meja. Jadi saya tidur beralaskan meja sudah. Malangnya saya tidak bisa tidur. Jelas sekali badan saya lemas sekali. Hingga memaksa saya untuk cancel jadwal ngajar (les) saya pada jam 14:00. Ya saya pulangnya jam 13:00 saat itu. Sampai di rumah tidur sudah saya.
Ya terasa sekali saya malas gerak saat itu. Badan sudah mulai lemas sekali. Tidur juga tidak bisa karena pusing jatuhnya. Tahu-tahu saya keluar keringat saat tidur. Singkat cerita, memasuki adzan Maghrib, sungguh kemenangan yang amat bagi saya. Bagaimana tidak, saya merasa badan saya tidak ada tulangnya. Memang terlihat betul saya maksa disini. Sayang sekali kalau saya melewatkan puasa ini. Dan semuanya terbayar lunas. Lega rasanya hati ini Alhamdulillah. Semoga pembaca dapat mengambil pelajarannya dari sini.