Sebuah Waham: Definisi Cinta Tertinggi Adalah Saat Kita Mampu Melepaskan Seseorang Yang Kita Cintai Bahagia dengan Orang Lain
Pernah dengar istilah waham? Bukan saham ya, tetapi waham. Waham dalam KBBI diartikan sebagai keyakinan atau pikiran yang salah karena bertentangan dengan dunia nyata serta dibangun atas unsur yang tidak berdasarkan logika; sangka; curiga. Nah, definisi pada judul tulisan ini merupakan contoh dari waham. Karena keberadaannya disusun dengan pikiran yang salah dan sama sekali tidak berdasarkan logika. Karena kenyataannya seseorang sulit sekali bahkan tidak bisa melepaskan kekasihnya jatuh ke pelukan orang lain. Contohnya, banyak ditemukan kasus suami bunuh selingkuhan istri, istri botaki kepala selingkuhan suami, suami bacok suaminya mantan istri, dan masih banyak yang lain. Di dalam pacaran, apakah ada kasus yang berujung pembunuhan seperti ini? Barangkali tidak ada, yang ada sepengetahuan penulis adalah bunuh diri dan jadi gila karena putus dengan pacarnya.
Dewasa kini, acap kali kita temui berbagai postingan yang mengandung waham di media sosial. Salah satu contohnya ialah ketika penulis memutar lagu di YouTube, penulis pernah membaca komentar orang-orang. Salah satu komentarnya itu berbunyi "definisi tertinggi dari cinta adalah saat kita mampu melepaskan pasangan kita untuk bahagia dengan orang lain". Pertanyaannya, siapa yang memberitahu dia bahwa definisi tertinggi cinta seperti itu? Dia komen seperti itu karena memang sebelumnya dia pernah ditinggal oleh pasangannya. Tujuan dia berkata seperti itu hanya untuk membuat dirinya lebih baik saja. Ya betul, supaya dia tidak stress memikirkan mantan kekasih yang telah meninggalkannya.
Di paragraf sebelumnya di YouTube, penulis pernah membaca di sebuah postingan Instagram yang mengatakan bahwa definisi tertinggi dari cinta adalah melepaskan pasangan kita bahagia dengan orang lain tadi. Haduh itu kan hanya pembelaan semata dari dia saja. Karena habis ditinggal oleh kekasihnya. Ditanya definisi cinta terendah apa tidak akan tahu dia. Kok bisa-bisanya mendefinisikan cinta tertinggi setan itu.
Di usia 22 tahun, penulis juga pernah belajar tentang hakekat pacaran dengan seorang teman di wa. Penulis tertarik untuk tahu apa itu cinta dan wanita. Dia mengatakan bahwa definisi tertinggi dari cinta adalah saat kita mampu melepaskan pasangan kita bahagia dengan orang lain. Mendengar pernyataan itu, saya awalnya diam. Lambat laun, lihat YouTube dan postingan Ig, kemudian penulis melihat ada postingan tentang definisi tertinggi cinta di sana. Ternyata kok sama dengan pernyataan teman penulis. Artinya pernyataan ini diulang-ulang begitu. Dikutip lah oleh banyak orang yang tentunya ditinggal oleh kekasihnya. Supaya tenang maka definisi tersebut dijadikan sebagai obat bagi mereka.
Definisi tersebut lahir sebab penciptanya mengalami sebuah empiri dimana dia ditinggalkan oleh kekasihnya. Bukan ditinggal lantaran nyawa kekasihnya diambil oleh yang Maha Kuasa, melainkan ditinggal pergi dan kekasihnya lebih memilih pasangan lain daripada dia. Dengan kata lain, hanya empiri yang berbicara disini. Seandainya, latar belakang seseorang yang mendefinisikan definisi tertinggi cinta tersebut tidak pernah ditinggal kekasihnya, maka secara logika implikasi maupun biimplikasi tidak akan pernah lahir definisi tersebut. Definisi tersebut lahir kan sebab adanya empiri. Bagaimana dengan rasio dan intuisi?
Sebelum melangkah lebih jauh, ayo penulis terangkan dulu apa itu empiri, rasio, dan intuisi. Ketiganya merupakan tiga sumber dalam memperoleh pengetahuan. Pembaca akan mempelajarinya saat mengambil mata kuliah filsafat ilmu nanti. Nah, Empiri bisa disebut pengalaman, rasio bisa disebut akal, dan intuisi bisa disebut hati. Empiri nama alirannya empirisme dengan banyak tokohnya, diantaranya adalah John Locke dan David Hume. Ada pun rasio memiliki aliran yang disebut rasionisme. Dengan tokohnya yaitu Rene Descartes yang mengatakan "cogito ergo sum" artinya "berpikir maka ada". Ada pun yang terakhir intuisi dengan nama alirannya intusionisme. Dan tokohnya yang bernama Henry Bergson. Dapat diketahui, definisi tertinggi cinta tadi tidak dilandasi oleh sumber rasio dan intuisi. Definisi tersebut hanya dilandasi oleh empiri/pengalaman. Dapat disimpulkan, orang yang mengeluarkan definisi tertinggi cinta tersebut sebelumnya pernah mengalami kehilangan pacarnya. Kemudian pacarnya tersebut lebih memilih nikah dan bahagia dengan orang lain. Atau mungkin pacarnya memilih pacaran dengan orang lain.
Definisi tertinggi cinta ini lemah sekali ya. Cinta adalah saat kita mampu melepaskan, kalau tidak mampu artinya tidak cinta begitu? Kan lucu ini namanya. Padahal kalau kita mau berpikir menggunakan rasio atau intuisi, tak sedikit orang yang mau atau ikhlas merelakan kehilangan seseorang yang dicintainya. Sudah jujur saja, hal itu amat sulit untuk dilakukan. Sewaktu-waktu juga pasti akan teringat bayangan orang yang pernah dicintainya. Lalu mereka yang tidak ikhlas ini mencari obat penenang hati dan pikirannya dengan mencari kata-kata atau kutipan motivasi di dunia asmara. Nah, definisi tertinggi cinta itu tadi merupakan kutipan yang penulis maksud. Ada banyak yang mengutip kata-kata tersebut rupanya. Ya benar, tujuannya kan hanya untuk mengobati luka hati dan menenangkan diri supaya tidak depresi.
Menurut ilmu laduni dari penulis, justru cinta tertinggi itu tidak mengenal yang namanya definisi, pengertian, terminologi, dan semacamnya. Pernah dengar kisah Aristoteles mencari makna cinta sejati dengan gurunya, Plato? Dahulu Aristoteles tanya kepada Plato tentang cinta sejati. Plato meminta Aristoteles pergi ke taman bunga dan memintanya untuk mencari bunga terbaik. Ada pun syarat dari Plato ke Aristoteles yaitu dia hanya diperbolehkan memetik satu buah bunga saja dan terus berjalan maju ke depan. Artinya dia tidak diperbolehkan balik arah atau kembali jalan ke belakang. Apa yang terjadi para pembaca? Sesampainya di ujung taman bunga yang luas, Aristoteles tidak membawa satu buah bunga pun di tangannya. Plato tanya kenapa Aristoteles tidak membawa satu buah bunga pun di tangannya? Bukan kah banyak sekali bunga yang indah nan cantik? Aristoteles menjawab "sebetulnya aku sudah memetik bunga yang terbaik, tapi aku buang, karena aku berpikir pasti masih ada bunga yang lebih cantik dan terbaik dari ini. Sayangnya sampai di ujung taman aku tidak menemukan yang secantik tadi, mau mengambilnya lagi tidak boleh kan. Karena syaratnya harus jalan lurus terus dan tidak boleh jalan balik arah". Plato menanggapi "itulah cinta sejati, Aristoteles. Semakin kamu mencari bunga yang terbaik, kamu tidak akan pernah menemukannya". Perlu direnungkan, karena dalam sekali makna ini. Plato tidak memberikan definisi cinta disini. Cinta adalah bla-bla tidak begitu. Tetapi dia memberi contoh konkret apa itu cinta sejati melalui pengalaman mencari bunga terbaik di taman.
Tentu mereka yang pacaran putus nyambung putus nyambung itu tidak akan pernah bisa merasakan apa itu yang namanya cinta sejati. Lucunya mereka yang pacaran putus itu beralasan kalau hubungan mereka tidak ada kecocokan. Situ mau pacaran atau mau beli sepatu, saya tanya. Dicoba dulu, kalau tidak cocok dibuang begitu? Cari lagi sepatu yang baru. Tidak cocok cari lagi terus seperti itu. Ini kan sudah tidak sejati cintanya seperti kisah Aristoteles mencari makna cinta di atas. Tahu-tahu di akhir congornya mendefinisikan cinta tertinggi? Itu kan hanya bualan dan pembelaan dari mereka yang sakit hati saja. Karena tidak siapa dan tidak ikhlas melihat mantan pacarnya pacaran dengan pacar barunya. Coba kalau dia tidak pernah sakit hati ditinggal mantannya, saya jamin tidak akan ada definisi-definisi cinta tertinggi seperti ini. Boro-boro mendefinisikan cinta tertinggi, arti dari cinta sendiri dia saja tidak tahu.
Pacaran sebetulnya kan bentuk tidak cinta kepada dirinya (pelaku pacaran) sendiri. Dia rela kehormatannya dirusak pasangan kemarin sore yang tidak jelas halal atau tidaknya nanti. Mereka yang pacaran berulang kali, sakit hati berulang kali, dan stress berulangkali merupakan bentuk bahwa dia tidak mengerti arti cinta itu sendiri. Sakit hati parah sekali, kemudian pacaran lagi karena pesimis sudah. Bagaimana caranya supaya tidak putus pacarannya ya? Akhirnya kehormatannya rela diberikan kepada orang lain yang belum halal. Dicium mau, dipeluk mau, diajak zina mau, dan sebagainya. Down dan pesimis lagi setelah ditinggal pergi pacar brengseknya, kemudian pacaran lagi sebagai bentuk representasi bahwa dia mampu melupakan mantannya. Dia rela mantannya bahagia dengan pacar barunya. Dan mereka menyebut ini dengan definisi cinta tertinggi? Plato dan Aristoteles pasti tertawa di alam sana.
Pernah dengar cerita Nabi Sulaiman yang memberikan keadilan pada dua ibu dengan bijaknya? Alkisah ada dua ibu dengan masing-masing anak kecilnya. Sebut saja disini ibu A dan B. Kedua anak tersebut diletakkan di sebuah gubuk, dan ditinggal pergi bertani oleh ibunya. Singkat cerita, salah satu anak, sebut saja anak B dimakan oleh serigala. Sekembalinya dua ibu ke gubuk, mereka tampak shock. Akhirnya terjadi konflik dan bersitegang disini antara keduanya. Mereka sama-sama mengaku bahwa anak yang tersisa di gubuk adalah anak mereka. Ibu A berkata itu anaknya dan ibu B pun mengatakan kalau itu anaknya. Konflik ini tidak menemukan jalan keluar. Akhirnya dua ibu tersebut meminta keadilan Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman berkata "begini saja sudah biar sama-sama adil, pelayan beri aku pisau, aku mau belah dua anak ini saja. Apakah kalian setuju". Ibu A tidak setuju sedangkan ibu B setuju. Ibu A berkata "sudah lah pak, saya ikhlaskan anak ini menjadi anak ibu B, saya tidak tega kalau dia harus dibelah dua. Sudah tidak apa-apa, saya terima asal anak ini jangan dibelah dua". Dari sini, Nabi Sulaiman memberikan anak tersebut ke ibu A, karena memang itu anak dia. Nabi Sulaiman "hai kamu Ibu B, sejahat-jahatnya ibu kepada anak, dia tidak akan tega membiarkan anak kesayangannya dibelah dua begitu saja. Ibu macam apa kau ini? Sekarang engkau akan menerima hukuman dariku."
Dari peristiwa di atas, kita dapat belajar bahwa seseorang yang cinta entah itu pada anaknya maupun pasangannya tidak akan begitu saja rela melepaskannya. Seburuk apa pun sifatnya, kalau kita mencintainya, susah begitu mau melepaskannya. Apalagi rela melepaskannya ke pelukan orang lain. Nah, ini baru yang namanya cinta. Kalau definisi tertinggi cinta di atas kan hanya bualan belaka saja. Hal itu ditujukan kepada dirinya sendiri yang bertujuan untuk membuat dia lebih tenang dan lukanya terobati. Mana ada orang cinta rela melepaskannya bahagia dengan orang lain? Cinta macam apa itu? Mereka sebut ini yang namanya definisi cinta tertinggi?
Pasti ada rasa tidak rela dalam dirinya untuk melepaskan kekasihnya itu. Kalau dia mudah melepaskan kekasihnya bahagia dengan orang lain begitu saja, ada tiga kemungkinan disini. Pertama dia memang dari awal tidak pernah cinta, kedua dia sudah berpengalaman melepaskan kekasihnya pergi bahagia dengan orang lain, dan yang terakhir adalah dia sudah terlanjur amat benci dengan kekasihnya, misalkan kekasihnya selingkuh dengan orang lain atau pelaku kriminal begitu. Tapi sejatinya, mereka yang sudah jatuh cinta, akan amat susah melepaskan kekasihnya bahagia dengan orang lain. Kalau ada yang bisa melepaskan kekasihnya bahagia dengan orang lain, dia adalah pribadi orang yang sabar dan tegar. Bukan lantas menjadikan ini berarti definisi cinta tertinggi. Salah besar itu. Karena itu, saya katakan definisi itu lahir sebagai bentuk representasi bahwa sejatinya tidak ada seseorang yang rela begitu saja melepaskan kekasihnya bahagia dengan orang lain. Oleh karenanya mereka yang patah hati ditinggal pergi pacarnya mengatakan ini definisi cinta tertinggi. Ya itu tujuannya kan supaya membuat hatinya dan pikirannya baikan saja, tidak gila dan depresi begitu.