Mengambil Iktibar dari Kisah Cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Azzahra binti Muhammad: The Love in Silence

       Dewasa kini, seringkali kita jumpai pasangan muda-mudi yang mengukuhkan cintanya di jalan yang menyimpang dari ajaran agama. Mereka tidak takut dan malu jalan berdua dengan pasangan yang bukan mahramnya. Lalu mereka mengatakan bahwa perbuatan tersebut diatasnamakan cinta sama cinta. Tentu kita tahu, bahwa perbuatan tersebut bukanlah cinta yang baik dan benar sebagaimana yang diajarkan oleh agama. Selain itu,  cinta tersebut tidak suci karena tidak diridhoi oleh Allah SWT. Cinta tersebut jauh berbeda dengan cinta yang dicontohkan oleh Ali dan Fatimah. Untuk itu, dalam tulisan ini, penulis mengajak diri penulis sendiri sekaligus pembaca untuk mengambil Iktibar dari kisah cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Azzahra binti Muhammad. Harapannya semoga kita menjadi insan yang pandai dalam mengimplementasikan cinta yang baik dan benar sesuai dengan Quran dan Sunah. 
       Apakah anda sebelumnya pernah mendengar kisah cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Azzahra binti Muhammad? Kisah cinta yang dikenal dengan istilah cinta dalam diam (Love in Silence). Artinya cinta mereka berdua tertutup rapi hingga tak ada satu pun yang tahu kecuali Allah SWT. Bahkan, dalam suatu riwayat disebutkan bahwa setan pun tidak mampu mengendus perasaan kedua insan manusia ini. Karena itu tadi, baik Ali dan Fatimah mampu menjaga perasaannya dari sikap, perilaku, atau pun dalam hal berkomunikasi. Sehingga tak seorang pun tahu kalau dua insan ini saling mencintai satu sama lain kecuali Allah. 
      Ali mencintai Fatimah sudah sejak lama. Namun, Ali memilih untuk memendamnya dan tidak memberitahu Fatimah tentang perasaannya. Begitu pun juga Fatimah, beliau mencintai Ali juga sejak lama, namun beliau menjaga rapi perasaan itu hingga sampai pada waktu dihalalkan baginya. Yakni dalam ikatan halal pernikahan, bukan pacaran seperti anak zaman sekarang. Disebutkan dalam satu sumber, Ali mulai mencintai Fatimah sejak beliau sigap mengobati luka Rasul setelah perang melawan kaum kafir Quraisy. Mulai sejak itu, Ali memantapkan hatinya untuk melamar Fatimah. Namun siapa sangka, ujian Ali sungguh besar sekali disini. 
       Begitu Ali mengetahui kabar bahwa Fatimah akan dilamar oleh Abu Bakar, disitu mental Ali sudah ciut. Minder, galau, dan insecure menurut istilah anak-anak zaman sekarang. Karena bayangan Ali, Abu Bakar merupakan tokoh penting dalam sejarah Islam. Beliau juga termasuk golongan assabiqunal awwalun (orang-orang yang pertama kali memeluk Islam). Tidak hanya itu, Abu Bakar merupakan sosok yang berasal dari kaum (Bani) terpandang dan terkenal tampan-tampan. Terlebih, Abu Bakar merupakan seorang saudagar yang kaya raya dan memberikan hampir semua hartanya demi Islam. Abu bakar juga banyak membebaskan budak, salah satunya adalah Bilal bin Rabah. Ali membanding-bandingkan dirinya dengan Abu Bakar. Ali sedih karena kalah jauh kalau dibandingkan dengan Abu Bakar. Karena Ali hanya pemuda yang miskin dan merasa tidak begitu berpengaruh dalam kemajuan Islam seperti halnya Abu Bakar. Disitu Ali mencoba mengikhlaskan Fatimah. Namun ternyata Ali dibuat bingung karena lamaran Abu Bakar ditolak oleh Rasul dan Fatimah. Harapan mulai muncul lagi dalam dirinya. Tetapi dirinya juga sedih, kalau Abu Bakar saja ditolak apalagi dirinya. Kan begitu jalan pikirnya. 
         Ujian Ali tidak berhenti sampai disini, setelah lamaran Abu Bakar ditolak, muncul lagi sahabat Rasul yang dikenal dengan Al Faruq. Dia lah Umar bin Khattab, tertarik untuk melamar Fatimah putri kesayangan Rasul itu. Hati Ali kembali tersentak dan terkejut. Ali kembali galau dan sedih dalam kesendirian. Kembali Ali membanding-bandingkan dirinya dengan Umar. Nyali Ali merasa ciut dan meredup mendengar Umar ikut melamar Fatimah. Dan ternyata Ali juga dibuat terkejut karena lamaran Umar ditolak oleh Rasulullah dan Fatimah. Ali semakin bingung disini, berpikir sosok seperti apa yang ingin Fatimah cari. Diam-diam Ali juga galau, kalau manusia sekelas Abu Bakar dan Umar saja ditolak, apalagi dia yang kedudukannya kalah dengan Abu Bakar dan Umar. 
        Namun, ada sesuatu yang menarik disini. Manakala Umar melamar Fatimah, disitu Rasul menasehati Umar. Umar paham betul dengan maksud Rasul. Dan Umar sama sekali tidak sedih ketika lamarannya ditolak. Terbukti setelah mendengar nasehat Rasul, Umar kemudian meminta Ali bin Abi Thalib untuk pergi melamar Fatimah. Karena Umar berpikir bahwa Ali ini cocok dengan Fatimah. Umar tahu arah dan maksud nasehat Rasul tersebut sehingga Umar meminta Ali untuk mencoba melamar putri Rasul tersebut. Menurutnya Ali ini cocok sekali dengan apa yang dinasehati oleh Rasul kepadanya. Namun Ali hanya berkata tak percaya bahwa dirinya lah yang ditunggu oleh Rasulullah dan Fatimah. Karena dia merasa bahwa dia hanya pemuda miskin dan tak mampu membahagiakan Fatimah. Ini hebatnya Umar ya. Begitu lamarannya ditolak, beliau justru meminta Ali untuk datang melamar Fatimah. Sekarang mana ada laki-laki seperti Umar ini? 
        Kekhawatiran Ali tidak berhenti sampai di sini, karena ada lagi sosok kaya raya yang ingin melamar Fatimah. Dia adalah Abdurrahman bin Auf. Disebutkan dalam sebuah sumber, bahwa Abdurrahman bin Auf memberikan mahar berupa 100 unta bermata biru dari Mesir dan 10.000 Dinar. Dengan mahar yang sangat fantastis tersebut, sayangnya lamaran beliau ditolak oleh Rasulullah dan Fatimah. Disini Ali mulai bingung sosok imam seperti apa yang dicari oleh Fatimah. Abu bakar, Umar, dan Abdurrahman bin Auf semuanya ditolak lamarannya. Bagaimana dengan Ali? Dia hanya pemuda miskin. Disini juga Ali harap-harap cemas. Ketiga sosok hebat itu saja ditolak apalagi dirinya. 
        Untuk yang terakhir kali, setelah tiga sahabat lamarannya ditolak, Usman bin Affan datang untuk melamar putri kesayangan Rasul tersebut. Usman bin Affan ini sama kayanya seperti Abdurrahman bin Auf, hanya saja lebih unggul karena lebih dulu masuk Islam. Namun ternyata, lamaran Usman bin Affan ditolak oleh Rasulullah dan Fatimah. Ali disini kembali bingung. Keempat sahabat Rasul tersebut ditolak semua. Padahal kalau dipikir-pikir, keempat sahabat tersebut sangat syarat sekali menjadi imam Fatimah. Lantas, sosok seperti apa yang Fatimah cari. Ali bingung disini. 
       Lalu mantan budak Ali mendekati Ali dan berkata "kenapa tidak engkau coba lamar Fatimah? Mungkin engkau lah yang ditunggu -tunggu oleh Rasulullah" Ali menjawab "tidak, aku ini pemuda miskin, aku tidak pantas bersamanya" mantan budak tersebut berkata "tidak apa-apa kawan, kami berada di belakangmu". Singkat cerita, muncul keinginan besar dari dalam diri Ali untuk melamar Fatimah. Mungkin karena sudah jatuh cintanya, Ali memberanikan diri untuk melamar Fatimah dengan modal pas-pasan. 
       Saat bertemu Rasulullah, Ali duduk disampingnya. Saat itu keadaannya Rasul sedang memberi ilmu agama pada para kaum muslimin. Ali duduk diam tak bergumam karena tak kuasa melihat kharisma dan kewibawaan Rasulullah. Ali duduk disamping Rasul lama sekali sembari gemetaran. Akhirnya Rasul menanyakan maksud Ali "wahai Ali, apa ada yang perlu engkau sampaikan?" Ali menjawab dengan nada gemetar" saya ingin melamar Fatimah ya Rasul". Terjadilah dialog disini, Rasul berkata "apa engkau siap dengan maharnya?" Ali menjawab "saya hanya punya tiga benda untuk dijadikan mahar ya Rasul, benda tersebut yaitu pedang, baju besi, dan unta saya". Rasul menjawab "pedang itu sangat berguna bagimu untuk melawan musuh-musuh Allah. Unta itu juga berguna bagimu untuk mengambil air, berpergian jauh, dll. Engkau jual saja baju besimu dan engkau jadikan uang hasil jual baju besi tersebut sebagai maharnya. Aku terima mahar tersebut"
       Ali melamar Fatimah didampingi oleh Rasul langsung. Saat menyampaikan maksud kedatangan Ali kepada Fatimah. Fatimah hanya diam saja. Rasul berkata bahwa diamnya Fatimah itu berarti dia menerima lamaran Ali. Ali sangat bersyukur sekali mendengar Rasulullah berkata demikian. Rasulullah berkata pada Ali "wahai Ali putra Abi Tholib, bahagialah dirimu karena sebelum aku menikahkan engkau di bumi, Allah telah lebih dulu menikahkanmu di langit". Lalu Rasul bersabda dan didengar oleh banyak orang "sungguh Allah telah memerintahkanku untuk menikahkan Fatimah dengan Ali. Maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan mas kawin seharga 400 dirham (nilai dari baju besi yang dijual Ali) dan Ali ridho akan mahar tersebut". Singkat cerita, akhirnya keduanya menikah dan sah menjadi pasangan yang halal. 
       Tiba di malam yang menggetarkan jiwa. Terjadi obrolan antara Ali dan Fatimah. Fatimah berkata kepada Ali, bahwa sebelum menikah dengannya, dia lebih dulu jatuh cinta dengan pemuda. Bagi Fatimah cinta itu adalah cinta pertamanya. Ali berkata "kenapa engkau tidak menikah dengannya saja". Ali disini mulai tampak sedih. Dia berpikir bahwa Fatimah menikah dengannya karena perintah Rasulullah, bukan karena memang Fatimah cinta dengannya. Ali berkata "kamu masih suci Fatimah, aku sama sekali belum menyentuhmu, kalau kamu mau aku siap menceraikanmu sekarang agar kau bisa menikah dengan pemuda tadi". Disini Ali tampak memalingkan wajahnya karena tak kuat menahan air mata. Dan saat itu juga Fatimah tidak kuat menahan tawa. Fatimah mulai memanasi Ali lagi tetapi belum selesai bicara, Ali langsung memotongnya. Tampak jelas mata Ali merah karena habis menangis. Ali sudah siap menceraikan istrinya tersebut. Tetapi sebelum itu Ali ingin tahu siapa nama pemuda cinta pertamanya Fatimah tersebut. Fatimah menjawab sambil tersenyum dan menangis "pemuda itu adalah dirimu wahai Ali pujaan hatiku". Luar biasa sekali, bukan hanya Ali yang diprank oleh Fatimah tetapi malaikat dan juga setan ikut diprank. Kasihan setan itu, sudah hampir senang tapi tidak jadi. 
        Dari cerita pada paragraf sebelumnya, kita tahu bahwa ini lah cinta sejati. Karena Ali siap menceraikan istri tercintanya itu demi bahagia menikah dengan pemuda lain. Ini berbeda dengan definisi cinta tertinggi yang didefinisikan oleh orang-orang saat ini. Karena definisi tersebut lahir setelah rapuhnya hubungan asmara atau putusnya pacaran. Tetapi tidak dengan Ali, karena definisi tersebut lahir di dalam pernikahan yang sehat dan baru, tidak ada konflik dalam rumah tangga, belum menyentuh istrinya sama sekali, masih dalam keadaan suci semua, tidak putus pernikahannya, tetapi dia siap melepas Fatimah karena saking cintanya dirinya pada Fatimah. Nah, ini baru bisa dikatakan sebagai definisi cinta tertinggi. Sekarang mana ada yang seperti itu. Baru pacaran misalnya, kemudian memutuskan pacarnya karena pacarnya lebih cinta kepada orang lain. 
      Setelah menikah, Ali dan Fatimah hidup di tengah kemiskinan. Bahkan dalam sebuah sumber, Rasulullah sedih melihat tangan Fatimah yang begitu kasar karena sering membantu suaminya menumbuk gandum. Mereka dikaruniai lima orang anak. Dua diantaranya yang tidak asing di telinga kita adalah Hasan dan Husain. Fatimah meninggal di usia 29 tahun. Ali menguburkannya sendiri dengan penuh Isak tangis. Ali juga membacakan puisi di makam Fatimah tersebut. 
       Saya harap dari tulisan yang sederhana ini, kita dapat mengambil Iktibar dari kisah cintanya Ali dan Fatimah. Yaitu cinta dalam diam, dalam jauh, dan dalam doa. Cinta yang sama-sama menjaga kemurnian dari cinta itu sendiri, bukan justru menodainya dengan cara menjatuhkan kehormatan pasangannya. Seperti pegangan tangan di luar nikah misalnya. Penulis hanya bisa berkata bahwasanya jangan pernah khawatir dengan jodoh karena jodoh sudah diatur oleh Allah. Mau nikah berapa kali kalau bukan jodohnya ya tidak akan pernah bersama. 
        Dalam hal ini yang perlu diingat adalah bagaimana kita mengimplementasikan cinta yang baik dan benar. Apa perlu disampaikan langsung ke orangnya kalau dia benar-benar cinta? Ditembak langsung dan diajak pacaran begitu? Atau dipendam saja menunggu waktu yang tepat untuk melamar dan langsung menikahinya seperti kisah cintanya Ali dan Fatimah tersebut? Tentu cara mengimplementasikan cinta yang baik dan benar adalah cinta yang dicontohkan oleh Ali dan Fatimah. Semoga kita dapat belajar dan memetik hikmah dari kisah cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Azzahra binti Muhammad. Beliau berdua saja bisa ini menikah tanpa perlu pacaran masa kita tidak? Nanti saja pacaran itu setelah nikah. Pacaran dengan pasangan halalnya saja. 
       
       
         
       
       

Postingan populer dari blog ini

Rupanya Ada Yang Mengendus Blog Saya

Tiga Tipe Teman Saat Kau Jatuh di Dasar Jurang

Sejak Kapan Presentasi Dilarang Tanya?