Anak Kelas 6 SD Pacaran dengan Mahasiswa S1

       Pernah suatu hari, saya memasuki perpustakaan sekolah. Di dalam saya lihat tampak ada kepsek dan Bu Halimah. Saya masuk kemudian salim ke kepsek. Tidak sengaja saya lihat kepsek melihat foto siswi di galeri hp. Nah, saya kenal siapa siswi ini begitu. Saya bilang ke kepsek "itu murid sekolah sini pak". Jelas awalnya saya kaget kok siswi tersebut ada di hp kepsek seperti itu. Di saat yang bersamaan, Bu Halimah berkata bahwa itu hp milik muridnya pak Edi. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa pak Edi merampas hpnya pada saat jam KBM di kelas. Kemudian menyerahkannya ke kepsek. 
        Bu Halimah kemudian cerita ke saya bahwa dia hanya memeriksa wa dan galeri siswi ini saja. Dari sini diketahui bahwa siswi ini chatnya  dengan mahasiswa-mahasiswa. Kemudian bahasa si siswi ini terdengar jorok dan di atas 18+, bisa dibilang seperti itu. Lebih lanjut, Bu Halimah tidak mempersalahkan isi galerinya. Yang dipermasalahkan adalah isi wa-nya yang banyak akrab dengan anak-anak mahasiswa. Tidak hanya akrab, tetapi si siswi ini juga menjalani hubungan asmara (pacaran) dengan salah satu mahasiswa. Saya pun tadinya tidak tahu kalau siswi ini pacaran dengan mahasiswa. Bu Halimah hanya bilang ke saya kalau siswi ini chattingannya dengan anak-anak mahasiswa. Selain itu bahasanya juga tidak pantas dan cenderung ke 18+. Tahu soal desas-desus atau rumor siswi ini chattingan dengan mahasiswa. Maka saya coba untuk menyelidikinya. Saya senang bertugas seperti ini layaknya detektif seperti itu. 
      Siswi tersebut merupakan siswi dari kelas 6B. Dulu di kelas 6B ada grup bahasa Inggris. Tetapi grup tersebut sempat vakum setelah nomer saya ganti. Begitu selesai ganti kartu, nomer lama saya langsung keluar sendiri dari grup bahasa Inggris 6B tersebut. Nah, karena saya mau melakukan penyelidikan, maka saya hidupkan kembali grup tersebut. Pertama-tama untuk membuat grup tersebut, saya perlu tahu nomer - nomer siapa saja (wali murid) yang hendak dimasukkan ke dalam grup. Saya cari lah di grup bahasa Inggris kelas 5C dulu (sekarang 6B). Ada banyak sekali nomer-nomer tak dikenal. Saya telusuri akhirnya ketemu. Saya menelusuri dengan cara klik chat. Begitu diklik, muncul tugas-tugas daring yang pernah dikirim oleh wali murid dulu saat pandemi covid 19. Dari sini diketahuilah nama-nama pengirim tugas itu. Umumnya wali murid yang mengumpulkan tugas chat pribadi saya kemudian menyertakan nama anak dan absennya sudah. Namun, Disni perlu diketahui bahwa anggota grup tidak semuanya wali murid, melainkan siswanya itu sendiri. Singkat cerita, saya simpan satu persatu nomer member di grup kelas 5C (sekarang 6B). Setelah itu saya masukkan ke dalam grup bahasa Inggris yang baru. Saya hanya simpan kurang lebih 15 kontak, kemudian saya masukkan 15 kontak tersebut ke dalam grup. Sisanya saya minta tolong ke 15 kontak tersebut untuk memasukkan kontak-kontak wali murid yang lain ke dalam grup. 
       Setelah grup terbentuk, ada dua siswi yang chat saya supaya nomer dia disave begitu. Salah satu diantaranya adalah siswi yang hpnya dirampas tadi. Saya tidak sebut namanya. Dia minta saya untuk save nomer dia tanpa dia sertakan terlebih dahulu nama dia siapa. Disini dia merasa tidak perlu memberitahu namanya karena dia yakin saya akan lihat bionya. Dan ternyata benar, nama dia ada di bio. Saya tidak sebut nama aslinya. Sebut saja nama dia inisial A begitu. Dan untuk nama siswi kedua yang minta nomernya disave adalah inisial E. E ini bukan termasuk dalam daftar penyelidikan saya.  Nah, tujuan awal saya berhasil disini. Tugas saya tinggal nunggu saja apakah benar kata Bu Halimah itu. Di waktu ini, saya masih belum tahu bahwa si A ini berpacaran dengan mahasiswa, masih belum tahu saya. Tahunya saya dia banyak chat dengan mahasiswa begitu. 

       Selang beberapa lama, saya lihat A post status foto dia dalam bentuk video suara. A post foto yang sama seperti yang saya lihat dulu ketika hpnya dirampas kemudian diperiksa oleh kepsek. Singkat cerita, A post foto laki-laki di depan cermin besar. Sepertinya cermin yang biasa diletakkan di mall besar begitu.  Sayangnya saya tidak mengetahui wajah laki-laki tersebut secara jelas sebab tertutup oleh ponselnya. Waktu berlalu ok sudahlah. 
        Begitu saya ngajar di kelas A, E tiba-tiba bilang ke saya kalau saya lihat status A.  Itu pacarnya A kata E. Dari sini saya kaget, kenapa E tahu ya kalau saya lihat statusnya A. Dan kenapa A juga tahu bahwa saya telah lihat statusnya. Padahal sudah saya privasi loh WA saya. Artinya apa? Ketika saya melihat status A, seharusnya A tidak tahu bahwa statusnya telah dilihat saya. Ini A kok tahu, saya jadi bingung. Saat itu saya merespon E dengan diam saja. Jadi ceritanya itu, saya jalan sambil memeriksa pekerjaan murid saya satu persatu. Tiba di meja E, nah E langsung ngomong seperti itu kepada saya. Dari sini yang saya tahu adalah A memang memiliki pacar mahasiswa. Tetapi saya tidak gegabah. Bisa jadi itu bukan pacarnya A, bisa saja saudaranya begitu. 
         Selang beberapa lama, A kemudian post status lagi. Disitu dia post video. Video itu isinya ya foto. Foto si A dan laki -laki. Kemudian di dalam video tersebut ada tulisan-tulisan yang bisa dikatakan terdengar romantis. Dilengkapi dengan back sound lagu-lagu romantis juga. Saya tahu dua foto yang dipermak sedemikian rupa kemudian dijadikan status itu dikenal dengan aktifitas ngonten bareng atau collab. Saya tahu istilah itu ketika saya melakukan penyelidikan, penelitian, sekaligus dakwah tentang larangan pacaran di grup WhatsApp. Jadi nih ada sepasang lawan jenis chattingan. Chatting dilakukan secara terus menerus. Kemudian kita boleh tuh izin ngonten bareng dia. Nah, si dia kirim foto dia ke kamu. Kemudian kamu diminta untuk edit dan menjadikan foto kamu dan dia sebagai video durasi 30 detik. Nah, aktifitas ini tidak jauh berbeda dengan apa yang telah dilakukan si A. Bisa dikatakan A kala itu sedang ngonten dengan laki-laki tersebut. Atau juga bisa dikatakan si A telah berpacaran dengan laki-laki itu. Bagi anda yang mungkin penasaran dengan istilah ngonten atau collab, anda bisa langsung coba saja ke teman lawan jenis anda. Sudah tinggal bilang ngonten bareng yuk begitu. 
        Selang beberapa lama, saya kembali lihat status A dengan laki-laki lagi. Bisa dikatakan mereka ngonten lagi begitu. Ya isi kontennya cinta-cintaan seperti itu. Tetapi dari sekian banyak status A, tidak semuanya konten dengan laki-laki. Saya pernah lihat A post status dengan caption ingin segera langsung SMP karena tidak cocok dengan kawannya di SD. Dan sisanya status tidak jelas. Mirip dengan di tiktok begitu kalau boleh dikatakan. Ya joget-joget gak jelas riang gembira seperti itu. 
        Selang sekian lama, saya lihat status A boncengan dengan laki-laki. Statusnya bukan dalam bentuk foto, tetapi video. Disitu jelas sekali A terlihat dibonceng oleh laki-laki. Lengkap dengan caption di bawah "Minggu itu jalan-jalan". Disini saya tetap berpikir positif. Mungkin itu kakaknya. Atau mungkin bisa jadi saudaranya. Namun, status A dengan laki-laki itu terjadi berulang-ulang. Boncengan memakai sepeda motor gede saya tidak tahu nama sepeda motornya apa.  Sayangnya saat itu rupa si laki - laki tidak tampak karena tertutup helm. 
       Tanggal 8 November, ibunya A ini chat saya. Chat tersebut berisi pertanyaan apakah di sekolah ada les tambahan menggambar dan apakah pulang  jam tiga sore. Tahu akan isi chat tersebut, saya langsung menemui guru kelas 6B, pak Edi. Namun ternyata beliau sama sekali tidak membenarkan adanya les tambahan menggambar di sekolah. Tahu akan hal tersebut, saya sampaikan lagi ke ibunya A. Disini saya heran, kenapa ibunya A tidak menghubungi langsung pak Edi. Mengapa justru bertanya kepada saya. Saya ceritakan masalah ini ke Bu Titin, karena beliau dulu juga pernah menjadi guru kelasnya A. Dan dari sini saya tahu bahwa ibunya A juga chat Bu Titin. Jadi ada dua guru yang dichat saat itu. Saya dan Bu Titin. Sedangkan guru kelasnya tidak.  
 
       Dari isi chat, jelas A telah mengarang cerita ke orang tuanya. Pasti ada apa-apa dibalik semua ini. Tetapi begitu saya tanya A, dia tidak mengakui bahwa dia telah mengarang cerita. Memang benar, kata Bu Titin A ini pandai sekali memutar cerita. Kalau memang A tidak mengarang cerita, pertanyaannya atas dasar apa orangtuanya chat kemudian menanyakan seperti itu kepada saya. Nah, berarti kan ada apa-apa dibalik semua ini. Karena itu saya perlu telusuri masalah ini lebih lanjut. Berbeda dari sebelumnya, dimana saya cenderung menunggu dalam melakukan penyelidikan ini. Tujuannya supaya tidak ada yang tahu bahwa saya melakukan penyelidikan terhadap A. A pun juga tidak tahu bahwa saya memata-matainya. Namun, saya rubah dari yang tadinya menunggu ke lebih aktif dalam melakukan penyelidikan. 
       Pulang sekolah, saya temui pak Edi. Kami ngobrol panjang lebar tentang A. Boleh dikatakan saling tukar informasi lah begitu. Informasi ini menjadi bahan penting untuk saya menyelidiki A lebih lanjut. Tetapi sampai disini, saya memutuskan tidak perlu menyelediki A lagi. Karena jelas pengakuan dari pak Edi bahwa A ini mainnya suka dengan anak-anak mahasiswa. Bahkan tidak hanya bermain, tetapi juga berpacaran denganmahasiswa. Pak Edi berulang kali menasehati anak didiknya termasuk A. Tetapi nasehat itu ternyata tidak didengar. Awal mendengar bahwa A pacaran dengan mahasiswa, saya tidak percaya. Sama sekali tidak ingin percaya. Waktu saya lihat statusnya saja misalnya, saya menanamkan dalam diri saya kuat-kuat bahwa yang saya lihat itu tidak benar. Mungkin mereka kakak adik atau saudara seperti itu. 
       Jujur kecewa saya mendengar fakta ini. Karena bukan hanya pengakuan dari pak Edi saja. Tetapi juga pengakuan dari murid-murid yang lain. Saya tidak tanya ke murid-murid yang lain soal apakah A berpacaran dengan mahasiswa. Karena saya saat itu dalam proses menyelediki secara diam-diam. Tetapi ini saya dengar langsung dari pak Edi bahwa beliau diberitahu oleh murid-muridnya kalau A memang berpacaran dengan mahasiswa. Sudah kuat dan jelas sekali bukti disini. Tetapi saya kekeh dengan diri saya dan tidak mau percaya fakta bahwa A pacaran dengan mahasiswa. 
       Saat kami ngobrol, hujan deras tiba-tiba turun. Kami ngobrol panjang lebar saat itu. Saya beritahu pak Edi bahwa saya juga melihat status A boncengan dengan laki-laki. Disinyalir itu adalah mahasiswa pacarnya A. Keesokan harinya, saya tidak pernah melihat status A lagi sampai saat ini. Saya curiga pak Edi memberitahu A soal saya lihat statusnya. Karena itu, saya kehilangan jejak A. Disini saya memutar otak kembali untuk menelusuri apakah A benar berpacaran dengan mahasiswa atau tidak. 
        Saya punya murid dari 6B yang les ke saya. Saya manfaatkan dia untuk mencari sumber informasi tentang A. Dia berkata bahwa memang benar A berpacaran dengan mahasiswa. Dia juga menambahkan bahwa guru-guru yang lain juga melihat A boncengan dengan laki-laki. Informasi ini dia dapat dari pak Edi. Menurut teman-temannya dia, A ini memang berpacaran dengan mahasiswa. Saya memang sengaja tidak menanyakan masalah ini langsung kepada A, karena saya yakin A tidak akan jujur kepada saya. Jadi saya mata-matai dia dari belakang. Pengintaian saya sudah cukup disini. Karena sudah jelas bahwa A memang berpacaran dengan mahasiswa. Apa lagi yang mau diintai? Kan sudah gak ada lagi. Bukti-bukti yang sudah saya kumpulkan sudah sangat kuat. Pengintaian ini berlangsung cukup lama, karena saya ambil santai saja begitu. Mengingat saya juga harus fokus dengan kesibukan saya. 
         Ini adalah temuan baru bagi saya bahwa ternyata ada mahasiswa yang berpacaran dengan anak SD kelas 6. Saya tidak tahu pasti apa yang ada di kepala mahasiswa tersebut. Kenapa dia mau memacari siswi kelas 6 SD. Bukannya ini sudah melampaui batas? Saya benar-benar tidak tahu harus bicara apa lagi setelah mengetahui fakta ini. Jujur, saya kasihan sekali dengan A. Karena jalan dia masih panjang sekali begitu. Gadis seusia dia kan masih dalam lingkaran bermain dengan anak-anak sebayanya. Tetapi mahasiswa tersebut gelap akal sehingga tidak punya pikiran ke arah sana. 



           
       
         
              

Postingan populer dari blog ini

Rupanya Ada Yang Mengendus Blog Saya

Tiga Tipe Teman Saat Kau Jatuh di Dasar Jurang

Sejak Kapan Presentasi Dilarang Tanya?