Kembalilah Duhai Dayita
Kembalilah Duhai Dayita
(Galuh Riyan Fareza)
Di keheningan malam daku mendongak nabastala
Tampak mangata hadir membawa nostalgia
Sungguh pemandangan yang anindita
Namun tak anindya tanpa hadirmu duhai dayita
Daku tanyakan pada ancala
Daku titipkan pesan pada anila
Tentang dimana dikau berada
Nestapa tak kunjung bertemu jua
Daku dewana pada dikau duhai dayita
Setiap detik menit dan jam daku menahan retislaya
Sungguh dikau telah menjadi lokawigna yang nyata
Nestapa tak kunjung bertemu jua
Duhai dayita dimana kah dikau berada
Daku tak mampu membendung air mata
Kan kusebut selalu asmamu dalam doa
Semoga kita dipertemukan dalam satu nirwana
Puisi ini merupakan puisi yang saya ikutsertakan dalam lomba menulis puisi tingkat nasional bulan September lalu. Saya sih tidak mendapat juara. Tetapi saya mendapat penghargaan sebagai 200 penulis puisi terbaik. Saat itu saya berada di urutan 54 dari 2.241 peserta.
Mungkin tidak ada yang percaya kalau saya mampu menulis puisi tersebut dalam waktu satu jam. Bahkan, saya sempat bersitegang dengan admin puisinya lantaran saya hampir telat mengumpulkan naskah puisi tersebut. Batas pengumpulan jam 00:00. Sedangkan saya mengumpulkan kalau tidak salah jam 23:57 melalui gmail. Setelah mengirim naskah puisi melalui gmail, saya diminta untuk konfirmasi dengan admin puisi melalu wa. Saat itu kira-kira jam 00:00. Hampir tidak diterima naskah puisi saya ini. Disitu saya juga berbohong kalau Wi-Fi di rumah saya gangguan. Tapi memang gangguan sebentar saja karena baru saja mati listrik di rumah saya. Wi-Fi baru hidup itu sekitar jam 21:30.
Saya jadi berpikir, puisi yang saya selesaikan dalam waktu kurang lebih satu jam saja bisa mendapatkan penghargaan. Apalagi naskah yang saya tulis dengan persiapan yang matang. Namun, untuk kedua kalinya saya mengikuti kompetisi yang sama dengan naskah puisi yang saya rasa bisa diperhitungkan menjadi juara, ternyata tidak mendapatkan apa-apa. Padahal kalau boleh jujur, saya mengerjakan puisi tersebut sudah lama sekali. Bahkan sudah saya publikasikan di blog saya. Tapi apa yang terjadi? Juara tidak dapat, penghargaan sebagai penulis terbaik juga tidak dapat. Saya tidak tahu kok bisa begitu.
Puisi ini temanya adalah air mata. Jujur saya tidak terbiasa dengan tema seperti ini. Lalu tema puisi yang kedua adalah rindu. Di tema ini saya gagal menjadi juara dan penulis terbaik. Tapi tidak apa lah karena saya mengikuti lomba menulis puisi tersebut hanya sekedar iseng-iseng saja. Yang penting ikut dan merasakan atmosfer perlombaan saja.