Ada Bajak Laut di Depan Toilet Umum: Mandi dan Buang Air Wajib Bayar

       Kamar mandi umum adalah pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah untuk memudahkan masyarakat Indonesia. Khususnya masyarakat yang sedang menempuh perjalanan jauh. Dengan adanya kamar mandi umum tersebut, harapannya masyarakat tidak perlu repot-repot lagi membuang air kecil di pinggir jalan, numpang ke kamar mandi tetangga, semak-semak, dll. Namun apa yang terjadi jika kamar mandi umum tersebut dimanfaatkan demi kepentingan pribadi? Contohnya sering kita jumpai toilet umum yang dijaga oleh bajak laut. Tentu, hal ini membuat resah warga masyarakat. 
       Sekarang, mudah kita jumpai kamar mandi umum yang dalam pelayanannya mewajibkan pengguna untuk membayar setelah menggunakannya. Kita dapat menjumpainya di masjid, di dalam mall, SPBU, dll. Umumnya, pengguna diminta untuk membayar sebesar dua ribu rupiah. Menurut saya, yang namanya kamar mandi atau toilet umum itu ya gratis, tanpa harus membayar seperti itu. Bukankah sebelumnya pak Erik Thohir pernah menegaskan bahwa kamar mandi umum khususnya di SPBU itu gratis? Tetapi mengapa masih saja banyak ditemukan bajak laut yang membajak kami para pengguna toilet umum? Untuk itu, lewat tulisan ini saya juga mohon kepada aparat maupun anggota kepolisian untuk menuntaskan kasus ini. 
       Fenomena toilet umum yang ada bajak lautnya tersebut bukanlah fenomena baru. Dari dulu juga sudah ada. Tetapi mengapa rasanya pemerintah membiarkan bajak laut tersebut begitu saja. Seperti tidak ada peduli-pedulinya.Tetapi pemerintah kita justru lebih memilih ngurus turis mancanegara. Buktinya pemerintah kita rela mengadakan yang namanya WC duduk dan urinoir. Padahal terus terang itu tidak terlalu dibutuhkan oleh kita orang pribumi. Tolong lah pemerintah, saya mohon kasus ini ditindaklanjuti dan diselesaikan secara mediasi atau cara yang baik-baik (kekeluargaan).
        Masa iya ya Allah,  mau buang air kecil di masjid saja harus bayar dua ribu? Kalau buang air kecil sekali masih mending, nah kalau buang air kecilnya 10 kali? 10 dikali 2 ribu, artinya kita harus merogoh kocek sebesar 20 ribu rupiah selama perjalanan. Itu satu orang, kalau 30.000 orang? Bisa dibayangkan sendiri berapa total pendapatannya sudah. Sehari seribu orang yang menggunakan toilet, satu bulan kan bisa 30.000 orang. Kalau setahun? Gitu saya juga bingung kenapa toilet umumnya mesti bau, kotor, rusak, dll. Lari kemana itu uangnya ya? Tolong pemerintah usut tuntas masalah ini. 
       Tanggal 23 Desember kemarin, saya dan guru-guru pergi ke Yogyakarta. Bus berhenti di SPBU Probolinggo, banyak penumpang turun untuk buang air kecil di toilet. Di sudut SPBU tertulis toilet umum. Tetapi setelah buang air kecil, kita diminta untuk bayar sebesar dua ribu rupiah.  Maksud saya, kalau toilet umum ya untuk umum, dan kita tidak perlu diminta untuk bayar. Padahal sebelumnya sudah ada ketegasan dari pak Erik Thohir terkait dengan masalah toilet umum di SPBU. Itu toilet kan diadakan sebagai bentuk pelayanan SPBU terhadap masa. Untuk kepentingan kelompok, bukan pribadi. Karena itu maka seharusnya tidak ada bajak laut yang meminta masyarakat untuk bayar tatkala masuk ke dalam toilet umum. 
       Yang lebih mengesalkan lagi, saat rombongan kami tiba di Masjid Agung Al Aqsha Kelaten. Disitu disediakan kamar mandi umum, tetapi bayar. Jangankan buang air kecil atau mandi, kita cuci muka atau bersih diri saja diminta bayar. Maksud saya, janganlah kita mengambil keuntungan dari masjid tersebut. Ya tidak baik lah begitu. Tahu akan hal itu, akhirnya saya tawaf mengelilingi masjid sembari mencari toilet, karena saat itu di toilet umum yang ada bajak lautnya tersebut ramai sekali. Alhasil, saya menemukan toilet yang gratis di sekitar masjid tersebut. Menurut saya ya gak pantes saja begitu ada masjid besar, indah dan bagus, masuk toilet saja harus bayar ya Allah. 
         Selama perjalanan, sopir dan kernet bus selalu memberi kesempatan kepada penumpang untuk buang air kecil. Karena itu bus selalu memberhentikan kami di sebuah tempat yang menyediakan toilet umum. Itu kesempatan untuk kami buang air kecil atau air besar. Tetapi kami tidak lega, karena di depan toilet ada bajak lautnya. Dia kerjanya cuma diam begitu saja sambil menunggu dan menerima uang. Tidak pernah saya lihat dia menyikat toilet. Cobalah sekali-kali belikan toilet itu pewangi, airnya dikuras, dll. Supaya toilet bersih dan enak dilihat. Kalau yang saya lihat selama perjalan di Yogyakarta, toilet umumnya itu kotor dan bau. Ada juga yang airnya menggenang karena drainasenya rusak mungkin. Bajak lautnya cuma diam gak ada aksi untuk memperbaiki toilet yang rusak tersebut. Jadi kesal saya begitu lihat toilet yang ada bajak lautnya. Mereka menerima uang banyak, tetapi tidak diketahui uang itu digunakan untuk apa. Di salah satu toilet yang saya masuki, bajak lautnya sebelum menerima uang dari saya berkata "biaya kebersihan dua ribu mas". Batin saya, biaya kebersihan apa wong kamar mandinya kotor begitu. 
        Saat kami bersinggah ke rumah makan di kabupaten Ngawi, ada kejadian yang menarik perhatian saya. Di rumah makan tersebut disediakan toilet umum, tetapi kita diminta untuk bayar sebesar tiga ribu rupiah. Saya jujur tidak tahu itu biaya kebersihan atau administrasi. Kalau biaya kebersihan, ya jangan dibiarkan kotor begitu lah toiletnya. Tahu kita harus bayar tiga ribu, teman saya memberikan uang seratus ribu rupiah. Dia ingin tahu apakah uang seratus ribu tersebut diberikan kembaliannya atau tidak. Ternyata tidak dikembalikan dan uang seratus ribu tersebut dikembalikan lagi ke teman saya. Bajak lautnya bilang supaya uang seratus ribu itu dibeli-belikan dulu, nanti kembaliannya bisa untuk bayar toilet. Tetapi kami berdua sengaja tidak membelanjakan uang seratus ribu tersebut dan akhirnya kami tidak jadi membayar ke bajak lautnya. Padahal terus terang, uang kecil di atas meja mulai dari seribuan hingga sepuluh ribuan itu banyak sekali saya lihat. Kenapa uang seratus ribu tersebut bisa tidak ada kembaliannya katanya. Apa karena bajak lautnya malas menghitung kali ya? Ini ilmu buat saya dan kita, manakala kita masuk ke toilet umum yang wajib bayar, maka kita bayar saja pake uang seratus ribu. Besar kemungkinan, kita akhirnya gratis tanpa perlu membayar. 
       Masuk toilet umum, kemudian diminta bayar tiga ribu rupiah itu kurangajar sekali. Biasanya toilet umum yang saya temui itu meminta dua ribu rupiah. Ini kok tiga ribu rupiah loh. Tidak manusiawi menurut teman saya. Wong kita buang air kecil hanya sebentar. Paling tidak dua ribu lah atau seribu itu pantas kata teman saya. Tetapi kata saya tidak ada pantas-pantasnya. Mereka bersih-bersih toilet ya juga tidak ini. Buktinya toiletnya kotor, bau, fasilitas seperti sabun sasetan tidak disediakan, WC duduk yang rusak, dll, dibiarkan begitu saja. Jelas mereka ini bajak laut yang tidak resmi. Seragam mereka juga tidak pake. Kalau memang bajak laut ini resmi, mereka akan memakai seragam dan memiliki SK begitu. Dibelakang seragamnya ada tulisan "petugas kebersihan toilet" atau yang lebih menarik adalah "bajak laut". Kita tahu pertamina dan tempat-tempat besar yang lain tidak menyediakan seragam untuk bajak laut itu bukan. Belum pernah saya lihat bajak laut di toilet umum SPBU memakai seragam bertuliskan Pertamina begitu belum pernah. Ya mereka hanya pake kaos saja sudah begitu. Pernah saya lihat ada juga yang bertato. Kerjanya ya hanya duduk santai di depan toilet itu saja. Menerima uang kemudian. 
        Saya sangat menyesalkan adanya bajak laut di depan toilet. Mereka meminta uang semena-mena. Dimana kami pengguna toilet wajib bayar uang seperti itu. Tidak ada tulisan bayar seikhlasnya itu di toilet umum. Semua yang menggunakan wajib bayar. Brengsek kan? Padahal bisa saja kita ke kamar mandi umum untuk buang ingus ya? Masa iya buang ingus bayar? Atau bisa jadi kita menggunakan toilet untuk ganti baju. Kemudian disuruh bayar begitu? Namun saya bersyukur karena di rest area belum pernah saya temukan ada bajak lautnya di depan toilet. Mungkin pembaca menemukan ada bajak lautnya di rest area dipersilahkan untuk komen. 
       Bajak laut tersebut umumnya banyak beraksi di tempat-tempat yang lokasinya di pinggir jalan raya, tempatnya besar, dan ramai dikunjungi orang. Contohnya SPBU, pusat oleh-oleh, masjid, area wisata, rumah makan, dst. Ironisnya stasiun dan rumah sakit itu setiap hari ramai sekali dikunjungi orang, tetapi mengapa toiletnya aman dari bajak laut? Pernah lihat ada bajak laut di toilet stasiun kereta api? Belum pernah bukan? Artinya apa? Pemerintah tidak bisa menyelesaikan masalah ini sendiri. Perlu adanya ketegasan dari instansi terkait. Misalnya RS, tahu kalau di toilet umumnya dibajak oleh bajak laut, maka petugas yang memiliki tanggung jawab di RS perlu turun tangan, lapor ke kepolisian atau dimana begitu . Tetapi saya kira tidak akan ada bajak laut yang berani membajak toilet umum di RS. Terakhir, peran masyarakat juga vital sekali disini. Kalau dipikir-pikir, seharusnya masyarakat bisa melaporkan bajak laut tersebut, tetapi repotnya adalah masyarakat yang menggunakan toilet umum tersebut bukan masyarakat asli melainkan pendatang dari tempat lain. Yang kedua, masyarakat enggan atau merasa melapor itu bukan tanggung jawab mereka. Jadi kesimpulannya adalah kalau hendak berpergian jauh kemudian berhenti ke toilet umum yang ada bajak lautnya, yang ramah-ramah saja kalau bertemu dengan mereka. Karena masalah ini tidak akan pernah bisa diberantas. Seterusnya akan selalu ada dan ada bajak laut di depan toilet khususnya di tempat-tempat yang saya sebutkan di atas. Sekian terima kasih 

Postingan populer dari blog ini

Rupanya Ada Yang Mengendus Blog Saya

Tiga Tipe Teman Saat Kau Jatuh di Dasar Jurang

Sejak Kapan Presentasi Dilarang Tanya?