Yang Gak Normal Itu Yang Pacaran
Pernah suatu hari di depan kelas 2A, saya melihat Bu Jihan sedang duduk. Tahu hal itu, saya hampiri dia dan ingin melempari dia beberapa pertanyaan seputar pernikahan mengingat dia baru menikah. Kurang lebih pernikahannya telah berjalan dua sampai tiga bulan begitu. Pertanyaan yang saya utarakan kepada dia diantaranya adalah masalah apa yang dihadapi di dalam rumah tangga pasangan yang baru nikah, bagaimana cara menyelesaikannya, bagaimana sikap suami di mata istri agar istri merasa nyaman dalam berumah tangga, dsb. Dari beberapa pertanyaan ini, akan saya jadikan layaknya akar. Dari sini harapannya saya sih dapat pengetahuan baru tentang apa yang ada di dalam pernikahan pasangan baru.
Namun, saya sangat terkejut dengan jawaban Bu Jihan saat itu. Begitu saya tanya seperti pertanyaan di atas tadi, dia hanya jawab "ya gitu". Saya coba ringkas kalimat pertanyaan saya kepada dia. Belum selesai pertanyaan itu diringkas, dia justru balik tanya kepada saya. Dia tanya "apa benar sampean gak pernah pacaran?" Saya diam saja saat itu. Kemudian dia menambahkan pertanyaan lagi "hayo sampean normal kan pak? Sudah waktunya loh bagi sampean." Mendengar itu, diam lagi saya. Sungguh ini menyebalkan sekali ya untuk saya. Karena sudah terlalu sering saya ditanya apakah saya ini normal atau tidak. Bahkan sampai pada hal-hal yang menurut saya sepele. Pernah suatu ketika, teman kuliah saya menunjukkan foto perempuan kepada saya. Dia ingin meminta penilaian dan menanyakannya ke saya "Galuh ini cantik atau tidak menurutmu?". Saya jawab "gak tahu". Dia langsung membalasnya "kamu normal Luh? Jangan-jangan gak normal kamu." Saya hanya diam saja saat itu.
Saya bingung betul, karena menurut saya normal itu tidak bisa diukur hanya dengan kita mau pacaran dan bisa menilai kecantikan foto orang. Kalau saya gak mau pacaran, saya gak normal begitu? Kalau saya tidak mau menilai foto orang, saya juga gak normal ? Ya kan tidak begitu juga. Sebetulnya saya itu juga tidak tahu apa yang dimaksud normal oleh kawan-kawan saya. Normal yang seperti apa dan bagaimana? Tapi kalau arahnya ke kejiwaan dalam menyukai lawan jenis, saya normal-normal saja. Kalau bercermin pada diri saya sendiri, ya saya normal lah. Selain itu, tidak pernah muncul rasa ketertarikan dari dalam diri saya terhadap sesama jenis. Saya hanya tertarik ya dengan wanita. Tapi untuk urusan asmara atau cinta mencintai saat ini, saya sama sekali belum tertarik. Jadi bukan lantas bisa disimpulkan saya tidak normal begitu. Wah jujur saya sakit hati sekali begitu. Bagi saya ini sebuah bentuk penghinaan ya.
Saya kurang begitu paham dengan istilah normal yang dilontarkan oleh mahkluk hidup di lingkungan saya. Yang saya tahu normal itu berkaitan erat dengan kesehatan jiwa seseorang. Orang gila itu gak normal karena kesehatan jiwanya terganggu. Maka muncul yang namanya gangguan jiwa seperti itu. Dia tidak bisa menilai mana baik dan buruk, mana benar dan salah, mana cantik dan tidak. Sholat saja tidak diwajibkan khusus untuk golongan orang ini. Bingung saya, kenapa yang keluar harus kata normal begitu. Teman saya Malik, pernah diajar guru. Dan Malik ini menilai guru ini cantik sekali. Makhluk hidup di sekitar dia memberikan komentar terhadap dia. Dan dia berkata "oh iyo toh aku normal kok". Bingung saya di sini, seseorang bisa menilai seseorang cantik, dikatakan normal. Padahal cantik itu relatif. Menurut dia cantik, menurut saya tidak cantik. Masa iya saya disebut tidak normal?
Beda normal menurut saya dan menurut mereka. Kalau menurut mereka, normal itu: pertama harus pacaran, kedua bisa menilai mana perempuan cantik dan tidak, bisa menyukai lawan jenis, dan semacamnya. Jadi kalau ada makhluk hidup yang suka dengan sesama jenisnya itu mereka katakan tidak normal. Besar kemungkinan dia mengidap gangguan jiwa begitu. Namun, di negara Eropa sana seperti Jerman, Inggris, dst, LGBT dilindungi, berbeda dengan Indonesia. Keberadaannya sudah tidak dilindungi, namun yang menganut paham LGBT tersebut banyak sekali. Begitu bangga dengan slogannya "One Love". Dan pemandangan berbagi kasih antar sesama jenis itu dianggap biasa sudah disana. Kalau di Indonesia kan dianggap sebagai pemandangan yang tidak wajar dan menentang norma. Dan dalam praktiknya masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi, berbeda dengan Eropa yang dilakukan secara terang-terangan. Apa mereka yang LGBT itu tidak normal? Secara kejiwaan mereka normal. Ya kalau tidak normal, sudah lama mereka di RSJ, bukan? Hanya praktiknya/perilakunya/akhlaknya saja yang melenceng dari nilai-nilai dan norma-norma di dalam masyarakat. Nah, di Indonesia mereka yang suka sesama jenis dianggap tidak normal, karena masyarakat umum bisa menilai itu adalah perbuatan yang salah dan bertentangan dengan norma. Secara logika, masyarakat umum bisa menilai mana benar dan salah. Nah, saya jadi tahu dari sini filosofi kata normal yang sering dilontarkan oleh makhluk hidup di lingkungan sekitar saya.
Saya jadi mengira makhluk hidup tersebut mengatakan saya tidak normal hanya karena iseng-iseng saja. Mungkin mereka menganggap saya tidak normal karena saya berbeda dengan orang-orang pada umumnya. Dan barangkali seperti tadi, mereka khawatir saya sukanya hanya dengan sesama jenis saja. Karena itu, mereka iseng berkata kalau saya ini tidak normal. Terus terang saya ini normal. Saya bisa menilai mana wanita cantik dan tidak. Pun juga saya tertariknya ya hanya dengan wanita, bukan laki-laki. Lalu pertanyaannya adalah mengapa makhluk hidup itu mengatakan saya tidak normal ya? Padahal secara kejiwaan saya ini sehat loh. Apa alasannya karena saya tidak mau pacaran saja saya disebut tidak normal? Apa barangkali sikap saya yang dingin dan cenderung menjauhi wanita itu, saya disebut tidak normal? Karena dua alasan itu yang saya catat, kena sekali mengapa saya disebut tidak normal.
Kalau kita mau berpikir kembali, justru yang gak normal itu adalah orang yang pacaran. Tidak normal karena melampaui batas berpikir sebagai manusia. Mereka sakit dan terganggu jiwanya. Dulu saya pernah mondok di Ponpes Darul Ulum Ajung, saya mendapati teman sekamar saya yang sedang asik telponan dengan pacarnya, sebut saja inisialnya H. Karena saya tidak ingin menganggu, saya keluar dari kamar dan beralih ke kamar sebelah. Selang beberapa lama, saya kembali ke kamar saya dan masih melihat H asik telponan begitu. Batin saya kok lama ya telponannya. Akhirnya saya balik lagi ke kamar sebelah. Jam menunjukkan pukul 23:00 malam, waktu tidur untuk saya karena saya juga ngantuk saat itu. Begitu saya masuk kamar, H masih asik telponan. Karena saya kesal melihat H tidak selesai-selesai telponan dengan pacarnya, saya tanya "mas kok belum selesai-selesai telponannya? dari tadi bada isya itu saya lihat gak selesai-selesai." Dia jawab "saya pernah sampe subuh telponannya Galuh". Bayangkan mulai dari bada isya hingga subuh itu berapa jam lamanya? Ngapain gitu loh? Saya perhatikan H ini sungguh tidak normal karena begitu telpon dengan pacarnya yang dibahas tidak penting kemudian H mesem-mesem saja begitu. Ya mirip dengan orang gila alias tidak normal. Ya sejatinya mana ada orang pacaran normal? Ya gak ada lah.
Hal yang tidak kalah menarik adalah manakala putus dengan pacarnya. Ini cerita nyata ya, saya itu iseng komen status mbak Luluk (teman kelas saya). Isi statusnya itu lupa saya tentang apa ya. Saya komen "gak malam mingguan mbak?". Dia tiba-tiba marah kepada saya "Galuhhhhh" ditambah emoticon marah. Lah saya tidak tahu kenapa dia tiba-tiba marah. Ternyata dia marah kepada saya karena pertanyaan saya itu menyinggung perasaan dia. Sebab dia baru saja putus dengan pacarnya. Tahu itu saya tanya pada mbak Luluk "rasanya putus itu bagaimana?" Dia jawab makan tak enak tidur pun tak nyenyak, rasanya itu seperti mau mual saja. Dia seperti orang gila katanya. Ya bisa dikatakan gak normal begitu karena kejiwaannya terganggu. Sakit hati iya. Hal itu dia rasakan selama dua Minggu. Saya tanya kenapa bisa sampai putus seperti itu. Dia jawab karena pacarnya ini selingkuh dengan wanita lain, jadi itu yang membuat dia tambah sakit hati dan akhirnya putus. Jujur saya kaget begitu mendengar mbak Luluk putus dengan pacarnya, sebab pacarnya ini adalah temen pondok saya di ponpes Darul Ulum, inisalnya M bukan H tadi. Nah, saya kamar 3, M ini kamar 1 begitu. Dekat sekali dengan saya, bahkan saya sering mampir di kamar M.
Kalau kita coba merenung kembali, mana ada orang pacaran yang normal? Kan tidak ada. Coba perhatikan saja kalau anda tidak percaya. Dari hal terkecil hingga terbesar gada yang normal semua. Dari mau memulai pacaran hingga mengakhiri pacaran gada normal-normalnya perhatikan saja coba. Teman saya, mbak Luluk berkata "pacaran itu membosankan, emosi, bertengkar baikan lagi, bertengkar setelah itu baikan lagi". Seperti orang gila saja batin saya. Mana ada orang normal yang hanya mau bertengkar, habis itu baikan, putus, balikkan lagi, bertengkar dan begitu seterusnya? Membebani pikiran sekali ya kalau begitu. Ini kalau tidak percaya saya sertakan chat mbak Luluk. Chat ini sudah lama sekali begitu.
Sebetulnya, isi chat di atas semuanya adalah nasehat untuk saya saja. Mbak Luluk menasehati saya supaya lebih baik jangan pacaran. Dia memberitahu saya bahwa pacaran isinya bla-bla dan seperti itu. Dia mencoba untuk membagi pengalaman kelamnya selama pacaran kepada saya, supaya saya lebih hati-hati dan tidak bernasib sama seperti dia. Saat dia masih pacaran, saya perhatikan dia ini tidak normal. Namun setelah putus, dia kembali normal dan berbeda. Terlihat dari cara dia chat saya, berisi dan kena sekali isi chatnya. Jadi tidak hanya sekedar asal ngetik saja begitu. Jujur ya, mbak Luluk ini sadar betul pacaran itu isinya maupun arahnya tidak jelas dan buang-buang waktu saja. Dia ngomong seperti ini setelah putus. Sebelum putus dia masih belum normal soalnya. Dan dia juga berkata bahwa kemarin itu masih pacaran, jadi cintanya tidak seberapa dan berbeda dengan nikah. Kalau nikah cintanya harus utuh dan sepenuhnya kata dia. Dia menambahkan lagi kepada saya, kalau pacaran itu jangan terlalu berharap. Sudah tahu pacaran isinya seperti itu kenapa dia lakukan? Kan berarti gak normal dia. Kenapa gak langsung nikah saja gitu loh.
Ada banyak sekali contoh yang menggambarkan orang-orang yang pacaran tidak normal. Gila lah kasarannya. Saya pernah dakwah di grup wa tentang ajakan dan larangan menjauhi pacaran. Saya mendapat cerita dari pengalaman seorang anak wanita berusia 14 tahun, namanya Nessa asal Tangerang. Dia ini dulu didekati kakak kelasnya, laki-laki ini maksa sekali ingin pacaran dengan dia. Dia coba rayu dan bujuk wanita ini. Si laki-laki ini terus menyatakan kalau dia ini cinta sama si wanita. Tapi si wanita tidak mau. Laki-laki ini terus membujuk si wanita bahkan sampai menangis. Akhirnya, karena si wanita ini kasihan, dia mau jadi pacarnya laki-laki ini. Begitu pacaran berjalan selama satu bulan, laki-laki ini diketahui selingkuh dengan banyak wanita. Ada lima wanita menurut pengakuan dari si wanita. Gila tidak? Menurut saya gila. Sudah ngejar-ngejar si wanita, begitu didapat malah disiakan. Gitu cinta katanya? Kemudian si wanita ini mau diajak pacaran karena kasihan? Awal mendengar kata kasihan angkat tangan saya. Karena ini benar-benar gila begitu.
Ada lagi, saat dakwah itu saya sering sekali mengubah identitas saya menjadi pria dan wanita. Kalau wanita nama saya Galuh, kalau pria nama saya Deon. Saat saya menyamar jadi pria, sering saya temui perempuan yang tiba-tiba minta pap. Dari situ saya juga baru tahu kalau pap itu artinya foto. Akhirnya saya berilah foto laki-laki lain. Begitu foto terkirim, ada beberapa perempuan yang tiba-tiba mencoba merayu dan ingin mengajak pacaran. Harus sat-set katanya. Batin saya gila ya. Padahal ini kan lewat sosial media, dan dia juga belum tahu kalau saya ini sebenarnya menyamar, tiba-tiba langsung ingin ngajak pacaran? It is the craziest thing I have ever seen. Baru kenal, lihat foto, langsung ngajak pacaran wow.
Beda lagi saat saya menyamar jadi perempuan. Jadi saya ceritanya menyamarkan diri jadi perempuan dan berkenalan dengan perempuan. Sengaja saya beri foto perempuan supaya dia yakin kalau saya perempuan. Bahkan saya juga pernah disuruh ngirim vn untuk membuktikan bahwa saya ini benar-benar perempuan. Setelah foto dikirim, dia bilang saya cantik. Ya walaupun sebenarnya itu bukan foto saya. Saya ngambil foto itu dari photo profile para members grup wa, jadi saya ss saja seperti itu, khawatir kalau saya ngambil di internet ketahuan kalau itu bukan foto asli saya. Kemudian dia bilang "aku harus kirim foto aku juga" . Saya balas "tidak perlu sudah, di pp kamu sudah ada, lagian masih lebih cantik aku daripada kamu". Nah, terus dia chat "dihh emang mantan kamu ada berapa?" Saya jawab "aku gak punya mantan karena aku gak pernah dan gak akan mau pacaran". Dia jawab "lah berarti aku lebih cantik daripada kamu karena mantanku banyak". Perempuan ini SD kelas 5 dan mantan dia itu 26 ya. Jadi bisa dikatakan dia ini pacaran sebanyak 26 kali. Tetapi yang saya tidak suka dari pemikiran dia ini adalah cara dia menentukan cantik tidaknya seseorang kok iya ditentukan dari berapa banyak mantannya. Ya gila dan gak waras itu namanya. Ya memang gak waras mau diapain.
Kemarin saya mendampingi anak didik saya rekreasi di Malang. Saya dan rombongan berangkat dari sekolah hari Minggu kemarin pukul 02:45 dini hari. Begitu rombongan berangkat dan melewati alun-alun Jember, banyak sekali ditemukan sisa-sisa manusia yang menikmati malam mingguan. Kemudian saya juga melihat anak muda berpacaran sedang duduk di bench. Yang perempuan pakai kerudung saya lihat. Ya Allah ngapain coba berduaan sampai mendekati pukul 3 pagi seperti itu. Apa tidak ngantuk mereka ya? Gila sekali, Istirahat di rumah kan enak ya begitu. Saya hanya bisa berpikir positif, mungkin mereka sudah nikah atau bisa jadi sedang ngabuburit sembari nunggu waktu sholat subuh. Siapa tahu dia mau sholat subuh di masjid Jami', iya kan?
Beberapa bulan yang lalu sempat viral artis tiktok memergoki pacarnya yang tengah asik berduaan dengan pria lain di dalam kamar. Berita ini banyak ditemukan di jagat maya loh. Buka YouTube, muncul berita ini, buka google muncul berita ini juga. Saat itu Tribunnews yang mengangkat kasus ini menjadi berita. Menurut saya ngapain dijadikan judul berita? Gak penting iya kan? Dua-duanya sama-sama gak waras soalnya. Yang laki-laki ngerekam, sambil cari simpati di dunia maya. Seperti itu kok ya direkam sih? Harusnya kan ditutupi saja karena menyangkut privasi begitu. Yang perempuan tambah tidak waras lagi. Tahu pintu diketuk berkali-kali, kok tidak dibuka-buka. Ngapain sih di dalam? Bangun proyek? Setalah pintu dibuka, pacarnya ini menemukan seorang laki-laki di dalam kamar yang tidak mengenakan baju. Mungkin pikiran laki-laki ini kemana-mana. Akhirnya terjadi cekcok antara si laki-laki ini dengan pacarnya. Pacarnya sudah ketahuan salah sebab bawa laki-laki lain dalam kamar, malah terus membela diri kalau dirinya gak salah. Ya lucu aja lihat dua orang yang sama-sama gak waras cekcok begitu. Saya sampai ketawa loh. Setalah kejadian ini, si laki-laki ini malah menuliskan pengalamannya di media sosialnya. Saya tambah tertawa. Goblok jangan diborong sendiri gitu lah batin saya.
Maksud saya untuk apa post-post seperti itu. Gak ada orang yang peduli juga dengan masalahnya. Lebih-lebih bawa nama Allah segala. Lucu sekali menurut saya gaya bahasa tulisannya. Lebih baik ditutup rapat saja masalah itu, tidak perlu diumbar di publik. Masih pacaran saja loh, belum nikah juga. Ini normal katanya? Ya gak normal lah jelas.
Ada lagi itu yang lucu. Di YouTube saya pernah lihat seorang pacar bisa melacak keberadaan pacarnya melalui ponselnya. Seperti anjing peliharaan saja dilacak-lacak begitu. Ngapain? Ya gak tenang pasti hidupnya itu. Kepikiran pacarnya terus ya kan? Setelah dilacak, ternyata ditemukan check in hotel dengan pria lain. Begitu dipergoki karena selingkuh, pacarnya yang perempuan ini tidak terima. Setelah diputusi, malah nangis mohon-mohon pacarnya yang selingkuh tadi ini. Sudah selingkuh, diputusi gak mau, lah gimana ceritanya? Gila menurut saya pacaran ini. Orang yang pacaran gila semua itu, gak normal lah.
Selain itu, adalagi konten YouTube tentang percakapan dengan makhluk hidup perihal pacaran. Sempat booming juga ini waktu viral-viralnya citayem fashion itu. Ditanya ya kan pacaran udah berapa lama, ngapain saja selama pacaran. Ya dijawab ini loh. Artinya buka-buka aib kan itu. Dia pernah berhubungan intim dengan pacarnya, ya dijawab secara terang-terangan. Ga ada malu mereka, karena gak normal ya mau bagaimana begitu. Pembaca boleh lah lihat-lihat sendiri di YouTube. Panjang kalau diceritakan di sini semua.
Ada lagi yang rame yaitu pacaran virtual. Saya tidak tahu juga kenapa bisa dinamakan virtual ya. Artinya mereka itu pacaran tanpa ketemuan langsung atau bisa dikatakan pacaran jarak jauh. Ya pacarannya hanya melalui hp saja. Tidak tahu rupa aslinya bagaimana, hanya terkesima dengan foto, dan akhirnya mengajak pacaran secara virtual. Menurut saya ini hal gila dan tidak perlu dilakukan oleh orang waras ya. Ini kan hanya permainan mereka saja. Supaya nanti kalau ditanya mereka punya jawaban "tapi aku kan pacarannya virtual, kan gak dosa kalau gitu?". Saya pernah soalnya menemukan jawaban itu saat saya dakwah di grup wa. Mau pacaran virtual atau langsung, yang namanya pacaran tetaplah dosa, kecuali pacaran dengan pasangan halalnya nanti. Masih ada tanda tanya dalam benak saya, kok bisa ya cinta hanya lewat chat seperti itu.
Baru-baru ini, diketahui ada ratusan pelajar di Ponorogo yang hamil duluan. Saat pelajar-pelajar tersebut dibawa ke pengadilan agama untuk meminta dispensasi nikah di usia dini, saya benar-benar heran melihat tingkah laku mereka. Gak jauh berbeda dengan orang gila seperti itu. Saat berjalan kaki menuju pintu masuk pengadilan agama Ponorogo, tampak tidak ada rasa menyesal atau bersalah dalam diri mereka, justru mereka masih sempat tertawa dan bercanda. Lambai-lambai tangan seperti itu. Mereka pikir apa yang dilakukan mereka itu prestasi mungkin ya?
Saya juga pernah lihat berita di tv tentang pemuda yang berpacaran. Pemuda ini diketahui sering memaksa korban (pacarnya) untuk melakukan hubungan intim. Kalau korban menolak, dia menakut-nakuti korban dengan cara menyebar video hubungan intim mereka berdua di internet. Naas, korban menolak dan akhirnya korban dibunuh oleh pacarnya sendiri. Banyak ditemukan berita serupa. Pacarnya diminta untuk berhubungan intim (zina), begitu korban menolak langsung dibunuh dengan cara yang sadis seperti dibakar, dimutilasi, dibuang, dsb. Bahkan ada yang korban dibunuh, setelah itu jasad korban masih diperkosa. Apakah ini kelakuan orang normal? Tidak lah, kan sudah saya katakan gak ada orang pacaran itu normal. Dari uraian ini, saya bertanya ngapain coba berhubungan intim sambil direkam begitu? Saya gak ngerti soalnya ini. Gila menurut saya. Setelah itu disebar videonya? Kan itu artinya nyebar aib sendiri. Allah susah payah menutup aib kita, lalu kita dengan bangga membuka aib kita sendiri di depan khalayak ramai. Goblok itu namanya. Kedua, ngapain mayat diperkosa? Ya Allah saya semakin tidak mengerti mohon maaf. Ini di luar akal sehat saya. Semua itu hanya bisa dilakukan oleh orang gak normal alias gila. Orang normal mana ada yang mau memperkosa mayat?
Saya katakan ya, orang pacaran itu sudah gila dari awal. Dalam dirinya sebetulnya ada iman. Ada rasa takut dan malu pasti itu. Tapi karena dia gila dan gak normal sebab tidak bisa menggunakan otaknya untuk berpikir layaknya orang berakal sehat, maka dia terjerumus ke jalan yang salah. Saya pernah soalnya dakwah di grup wa, tanya ngapain kamu/kalian pacaran. Mereka jawab gpp yang penting gak berlebihan dan gak berzina. Lihat alasannya saja tolol sekali begitu. "tidak apa-apa pacaran yang penting tidak ini dan itu". Itu kan hanya pembenaran saja dari mereka. Seandainya mereka normal dan memiliki otak yang sehat, maka mereka akan mudah menerima kebenaran. Seperti kata Baginda Rasulullah kepada Abban "Abban, mana sahabatmu Khalid bin Walid. Ia sangat cerdas. Dan Islam tidak mungkin tersembunyi pada orang yang berakal seperti dia ........" Artinya apa? Kebenaran itu tidak akan sembunyi dihadapan orang-orang yang cerdas lagi berilmu. Hanya orang cerdas dan berilmu yang mampu melihat jelas kebenaran. Orang pacaran itu tidak cerdas dan berilmu, maka sulit bagi mereka menemukan atau melihat kebenaran sejati yang datangnya dari Allah. Hati dan akalnya tidak searah. Yang pada akhirnya mereka menciptakan kebenaran sesat milik mereka sendiri. Orang gila diajak belajar ilmu astronomi, ya gagal. Akhirnya mereka punya pendapatnya sendiri-sendiri. Bumi berbetuk trapsium, matahari berbentuk datar, seperti itu.
Banyak sekali cerita atau fakta tentang tidak normalnya orang pacaran yang tidak bisa saya tulis disini. Sebab ini akan memakan banyak waktu juga. Jadi saya tampilkan beberapa fakta saja terkait dengan tidak normalnya orang berpacaran. Karena saking banyaknya itu tadi. Kesimpulannya, orang mau mulai pacaran itu gila (tidak normal), orang sedang pacaran itu juga gila, dan orang setelah putus pacaran itu gila. Terima kasih