Sebuah Innuendo: Pacaran Adalah Sebuah Prestasi
"Pacaran diartikan sebagai sebuah prestasi karena memang pelaku pacaran bangga dengan itu.Tentu orang yang meraih prestasi bangga dengan prestasinya. Begitu pun dengan orang pacaran, mereka bangga dengan apa yang dikerjakannya." (Penulis)
Di Indonesia, pacaran merupakan sebuah kebanggaan yang haram untuk ditutup-tutupi. Mereka (pelaku pacaran) tanpa ragu maupun khawatir membagi kemesraan bersama pacarnya di sosial media. Sehingga publik tahu bahwa dia tengah berpacaran. Di kolom komentar, netizen pun turut bangga dengan memberi komentar positif. Diantaranya; "seneng deh lihat pasangan ini akur, Ya Allah kalian ini lama-lama bikin aku baper, semoga langgeng terus ya kak, ditunggu undangan nikahnya kak, apalah daya aku yang jomblo ini melihat kalian, aduh aku iri banget deh dengan kalian ihhhhh" dst. Dari sekian banyak komentar, isi komentarnya positif dan mendukung semua. Tidak ada komentar yang provokatif begitu. Mengapa? Karena pacaran adalah sebuah prestasi. Dan prestasi bukan hal yang harus dicibir atau dicaci, melainkan harus diapresiasi.
Semakin diapresiasi dan diapresiasi, membuat pelaku pacaran terus memposting kebersamaan bersama pacar tanpa kenal henti. Pelaku pacaran sangat bahagia dan bangga sekali, begitu melihat komentar yang positif sana-sini. Hatinya pun melambung tinggi setelah dipuji-puji. Ini merupakan bukti, bahwa eksistensi pacaran harus diapresiasi. Harus diapresiasi karena sejatinya pacaran adalah sebuah prestasi.
Bukan hanya pelaku pacaran, orangtua dari pelaku pacaran pun turut bangga dengan prestasi yang diraih oleh anaknya. Saking bangganya, beliau berdua mengizinkan anak perempuannya dibawa kesana kemari oleh laki-laki kemarin sore. Ini bukanlah sebuah aib yang harus ditutupi, tetapi ini adalah prestasi yang harus mendapatkan dukungan dan apresiasi. Kalau perlu, semua makhluk hidup sejagad raya wajib tahu kalau anaknya sedang berpacaran. Iya benar, karena pacaran adalah sebuah prestasi yang perlu publik tahu. Tak hanya mengizinkan untuk keluar bersama pacarnya, orangtua pun mengizinkan anaknya berdua dengan pacarnya di rumah. Ayahnya izin sholat Isya berjamaah ke masjid, ibunya menonton tv di ruang tamu, anaknya sedang mengkukir prestasi di depan teras rumah bersama pacarnya. Begitu ayahnya pulang dari masjid, anak perempuan dan pacarnya mencium tangan sang ayah. "Alhamdulillah anak sholeh sholehahnya ayah, sehat-sehat selalu kalian berdua, ayah doakan kalian nanti berjodoh dan sampai ke pelaminan, jangan lupa lanjutkan prestasi ini ya. Ayah bangga sekali dengan kalian." dalam hati ayahnya.
Di dunia maya, pacar laki-laki menulis nama pacarnya di bio sosial medianya, di WA misalnya. Pacar perempuannya pun tak ingin kalah, dia juga menulis nama pacarnya di info atau bio sosial medianya. Hal itu mereka lakukan semata-mata agar publik tahu bahwa dia punya pacar. Tak hanya bio, foto pacarnya pun juga dijadikan sebagai foto profil sosial medianya. Orang tuanya melihatnya tidak marah, ngapain marah? Justru orang tua bangga sekali, mengingat perjuangan putranya dalam mendapatkan hati pacar impiannya tidaklah mudah. Putranya banyak berkorban, baik waktu, tenaga, dst. Dia melupakan tugas-tugas di sekolahnya, melupakan ibadahnya, melupakan tanggung jawab di rumah, kebersihan diri, demi mendapatkan hati wanita pujaannya. Tatkala dia berhasil mendapatkan hati sang wanita yang dicintainya, dia mengucapkan syukur Alhamdulillah. Kemudian langkah selanjutnya dia mengajak sang wanita untuk mengukir prestasi bersamanya, yakni berpacaran. Lalu wanita tersebut bersedia untuk jadi pacarnya. Saat itu juga dia selebrasi sembari sujud syukur, dia letakkan dahinya di atas lantai lama sekali. "Alhamdulillah Alhamdulillah", lisannya bergumam. Prestasi telah berhasil diraihnya dan dia bersyukur dengan itu. Bangga, jelas sekali bangga. Wong meraih prestasi kok tidak bangga kan aneh sekali itu.
Pacar perempuan menceritakan tentang sosok pacar laki-lakinya ke teman-temannya. Dia cerita "Alhamdulillah aku sudah punya pacar baru. Namanya A. Aku senang sekali berpacaran dengan dia. Soalnya dia sering sekali ngajak aku puasa Senin Kamis bareng, ngajak aku sholat tahajud bareng, ngingetin aku supaya aku jangan lupa sholat lima waktu. Kadang ini ya, kalau hari Minggu kita banyak menghabiskan waktu bersama di panti asuhan, ya kita sodaqoh lah seadanya seperti itu. Silaturahmi ke pesantren setelah itu. Habis itu dia ajak aku jalan-jalan takziah ke makam para syuhada, ihh seneng banget deh aku pokoknya. Terus ya kalau malam Minggu itu aku sering diajak di tempat-tempat yang mengadakan ceramah keagamaan begitu. Ya apalagi ya? Kalau malam Jumat itu biasanya kita baca surah Yasin bareng. Minggu pagi bada sholat subuh, dia ajak aku khotmil Qur'an bareng. Tapi untuk yang satu ini, sayangnya kita berjauhan sih. Tapi tidak apa-apa lah, yang penting hati kita berdekatan begitu." Teman-temannya pun ikut bahagia mendengar cerita dari dia. Dan tak lupa, mereka turut mendoakan dia dan pacarnya semoga menjadi pasangan yang senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, menjadi pasangan yang rukun dan bahagia selalu hingga ajal menjemput.
Pacar laki-laki pun juga menceritakan sosok pacar perempuannya ke teman-teman, keluarga, sanak famili, dan makhluk hidup yang lain di sekitarnya. Dia bercerita panjang kali lebar kali tinggi "Alhamdulillah pacar saya nurut sekali dengan saya. Saya ajak sholat tahajud bareng mau, saya ajak baca Qur'an bareng mau, pokoknya yang berhubungan dengan ibadah dan kebaikan, dia selalu mau saya ajak. Bahagia sekali pokoknya saya dengan dia.Ya walaupun mengerjakan ibadahnya saling berjauhan tidak apa-apa sih bagi saya, yang penting dia nurut gitu aja sudah. Kalau mengahdiri ta'lim atau acara keagamaan kita pergi ke sana bersama, tapi perginya sendri-sendiri tidak boncengan. Hm kita harus jaga jarak dulu katanya, karena masih belum halal begitu. Apa ya, sudah memenuhi standar kompetensi menjadi seorang istri sholehah sekali dia ini. Tidak rugi pokoknya saya berpacaran dengan dia. Sayangnya sih ketika berpacaran, dia tidak mau berpegangan atau bergandengan tangan dengan saya. Habis itu dia selalu menjaga pandangannya tatkala saya ajak berbicara. Selain itu, boncengan berdua pun dia tidak mau. Jadi kalau mau pergi ke suatu tempat, ya kita mengendarai sepeda motor sendiri-sendiri itu tadi dah. Ya jadi selama pacaran kita itu tidak pernah lah pegang-pegang begitu, cium atau peluk, apalagi sampai ke berzina, gak pernah kita melakukan itu. Kita pacaran itu sama-sama menjaga kesucian dan kehormatan diri kita dulu sebelum menikah. Jadi kita pacarannya bersih dan wangi sekali, layaknya pakaian yang telah direndam dan dicuci dengan sabun deterjen. Ya walaupun demikian, kecewa itu ada sih. Sebenarnya pegang-pegang itu menurut saya tidak apa-apa, nah kalau berzina baru tidak boleh. Kan dalilnya berbunyi 'janganlah kalian mendekati zina', bukan janganlah kalian berpegangan tangan dengan lawan jenis yang tidak halal. Jadi menurut saya kalau sudah pacaran ya bebas mau ngapain saja dalam tanda kutip gak zina sudah begitu. Mau pegang tangan, cium kening, berpelukan sah-sah saja asal gak zina kan begitu? Terlepas dari itu semua, saya bersyukur sih menjadi pacarnya dia alhamdulillah wa syukurillah".
Teman-temannya memberi komentar dan dukungan positif kemudian. Salah satu dari mereka berkomentar "ya Alhamdulillah kalau kamu bahagia dengan pacar kamu sobat. Saya juga senang mendengarnya. Semoga kamu langgeng dan cepat melenggang ke pelaminan ya Aamiin". Salah satu temannya lagi berkomentar "maaf ya sobat kalau ada kata-kata yang membuat kamu tersinggung. Saya tidak bermaksud untuk menggurui atau berlagak sok alim di depan kamu. Menurut saya, lebih baik putuskan saja hubungan tidak halal itu. Karena Allah tidak akan pernah meridhoi hubungan tersebut sobat. Ini adalah istidraj, yaitu ujian dari Allah agar engkau segera kembali ke jalan yang benar. Kamu boleh mengatakan bahwa kamu tidak berzina, tetapi jangan salah sobat, zina itu banyak macamnya. Yang pertama zina muhsan, ghairu muhsan, dan yang terakhir itu zina al-laman. Dan zina al-laman ini adalah zina yang kerap sekali terjadi di dalam pacaran sobat. Saling berpandangan, itu namanya zina mata sobat. Saling berpegangan tangan, namanya zina tangan, pergi berdua ke tempat acara keagamaan, namanya zina kaki, dst. Ini hadis yang berkata sobat, bukan omong kosong atau bualan dari saya. Hadisnya berbunyi:
كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَا، مُدْرِكٌ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ، فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ، وَالْأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الِاسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلَامُ، وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا، وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ
'Telah ditetapkan bagi anak-anak Adam yang pasti terkena, kedua mata zinanya adalah melihat, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lisan zinanya adalah berkata-kata, tangan zinanya adalah menyentuh, kaki zinanya adalah berjalan, hati zinanya adalah keinginan (hasrat) dan yang membenarkan dan mendustakannya adalah kemaluan.' (HR. Muslim). Dan aktivitas berpacaran itu tidak luput dilakukan secara berdua. Dan kerap dilakukan di tempat sepi. Berdua dengan pasangan tidak halal di dalam Islam dikenal dengan istilah khalwat. Dan berkhalwat dengan pasangan bukan mahram itu haram hukumnya sobat. Karena riskan memancing hawa nafsu yang dapat menjerumuskan kita ke dalam perbuatan yang dilaknat oleh Allah, yakni zina. Sama saja, jarak jauh lewat chat itu kan dilakukan berdua, kamu dan pacarmu. Masa iya kamu pacaran mau buat grup dengan orang lain? Satu grup anggotanya empat, kamu dan pacarmu, kemudian dua temanmu yang belum punya pacar misalnya. Kamu chat dengan mesranya bersama pacarmu. Ya kan ketahuan isinya dengan dua temenmu nanti. Lah kan tidak seperti ini kan cara kamu pacaran? Jauh jaraknya iya, tetapi muncul rasa senang kan dalam hati kamu saat chat pacarmu? Itu zina hati sobat. Kamu vc saling memandang mata, ya zina mata namanya. Tahu-tahu senyum-senyum sendiri seperti orang gila begitu."
Temannya satu lagi memberi komentar "menurutku pacaran itu tidak salah. Tergantung yang melakukannya saja bukan? Tujuan mereka berpacaran itu untuk apa? Senang-senang kah atau untuk memuaskan nafsu semata? Atau bisa takut dibilang jomblo, karena itu mereka memilih berpacaran. Atau bisa juga ingin melupakan mantannya yang dulu. Masing-masing orang beda-beda bos. Dengan kata lain, mereka punya alasan dan paradigma yang berbeda. Kalau aku nih, pacaran itu jelas untuk mengenal dan mencari kecocokan satu sama lain. Kalau cocok langsung gas nikah. Gak cocok ya putus, cari yang lain kan gitu bos. Ya namanya gak cocok masa mau diterusin bos kan babak belur nanti saya. Intinya aku pacaran itu untuk kesiapan menikah bos, bukan main-main. Dan yang perlu diingat, Pacaran itu budaya bos. Dan budaya itu buatan manusia, bukan buatan Tuhan. Mana iya ada Tuhan membuat budaya sandingan? Kan tidak ada itu. Dan antara budaya dan agama itu ada yang namanya independensi bos. Mereka punya wilayahnya sendiri. Bahkan saling terjadi yang namanya dikotomi atau trikotomi bos. Jadi kita tidak bisa asal bilang pacaran itu haram, pacaran bid'ah woh gak bisa. Mana dalilnya? Tunjukkan! Yang dilarang kan mendekati zina bos, bukan pacaran, ayolah yang tertib dikit mikirnya. Jadi dalam agama, pacaran itu tidak dilarang, yang dilarang mendekati zina. Mendekati saja dilarang apalagi melakukan, kan gitu? Saya pacaran itu ya sama-sama mengerti batas bos, yang terpenting kami tidak merendahkan kehormatan kami sebagai manusia saat pacaran, begitu. Pacaran itu nama hubungan asmaranya bos, bukan aktifitasnya kalau di saya ya, gak tahu yang lain. Sekarang coba perhatikan bos, anak presiden, gubernur, dirjen pajak yang terkena kasus penganiyaan barusan, anak jebolan pesantren, MTs, MAN, UIN, IAIN, ya banyak yang pacaran ini bos. Apa mereka buta agama? Tidak bos. Mereka pintar dan melek agama sehingga mereka bisa mengambil benang hitam bahwa pacaran itu boleh dilakukan dalam tanda kutip, tidak berzina seperti itu. Mereka kaum terpelajar dan jelas paham dalam membedakan mana budaya dan agama bosku. Dan itu yang saya ikuti, karena mereka terpelajar tadi. Masa iya orang terpelajar seperti itu melakukan sesuatu tanpa ada dasar? Tentu sebelum mereka berpacaran, mereka analisis dulu menggunakan metode berpikir ilmiah, mereka tinjau ulang lagi dari berbagai sumber yang ada, diskusi dengan pakar/ahli yang cakap dan terpelajar, terakhir lompat ke kesimpulan bahwa pacaran itu sah-sah saja untuk dilakukan. Seandainya mereka tidak pacaran, ya saya tidak mungkin pacaran. Wong saya itu pacaran tadinya ikut-ikut aja bos. Kok ada orang ngerti agama pacaran, ya saya ikuti aja bos. Satu lagi, Pernah dengar komunitas anti pacaran Indonesia? Itu saja ketuanya berpacaran tidak ada masalah bos. Ada sebuah komunitas yang menentang pacaran, tetapi ketuanya malah pacaran, kan lucu ini bos. Sudahlah, jadi pacaran itu sah-sah saja tergantung yang melakukannya saja. Memang benar, zina itu dilarang, tapi masa iya pacaran dilarang? Kalau pacaran dari dulu dilarang, mereka-mereka yang ngerti agama tadi tidak akan pacaran bosku. Mereka saja banyak yang berpacaran, kok saya tidak kan sayang bos. Iri terus aku nanti bos lihat orang lain berpacaran. Mereka yang pintar saja berpacaran, kasarannya kan mereka membolehkan pacaran. Lihat dulu siapa mereka, lah merekanya manusia paham agama dan pintar loh bos, masa iya saya harus ikut yang gak ngerti agama dan bodoh? Ya kan saya mengikuti yang pintar tadi bos. Masalah zina al laman itu kan hadis yang ngomong bos, bukan Al Qur'an. Sedangkan hadis sendiri ada yang dhoif begitu. Selain itu, saya masih baru-baru ini dengar hadis tersebut. Semisal anak-anak yang tadi saya sebut itu tidak ada yang pacaran, saya ya tidak ikut pacaran bos. Lagipula bos, pacaran sekarang itu adalah prestasi yang wajib dibanggakan. Dapat hati seorang wanita itu susah sekali loh bos, saya kasih tahu kamu. Dan pacaran ini selalu menjadi jalan bagi generasi-generasi berikutnya. Gak bisa rasanya mau nikah tanpa pacaran gitu bos, aneh saja seperti itu. "
Temannya berkomentar "sudah mas? Jadi begini mas, dalam memahami sebuah ayat tidak cukup kalau dipahami secara teks, tetapi alangkah bijaknya kalau dipahami secara konteks. Al Qur'an itu sumber hukum Islam yang pertama, sedangkan hadis sumber hukum Islam yang kedua, ketiga Ijma, dst. Al Qur'an memiliki makna global mas, maka dari itu perlu yang namanya tafsir, supaya jatuhnya tidak salah tafsir seperti sampean barusan. Belum jelas dalam makna Al Qur'an, cari di hadis, dst. Mencari hukum pacaran di dalam Al Quran, ya tidak ada mas Qur'an berbunyi 'wa la taqrobu pacaran', tidak ada. Itu sama saja seperti sampean mencari hukum makan nanas, mencari hukum mancing di dalam sumur, atau hukum menulis menggunakan tangan kidal di dalam Al-Qur'an. Ya tidak akan nemu dalil yang seperti itu kecuali sampean buat dalilnya sendiri seperti tadi. Kok bisa-bisanya berkata pacaran itu boleh loh. Jangan ketawa mas, saya gak ngelawak ini. Sampean dan anak-anak presiden, gubernur dll, menghalalkan pacaran karena sampean pernah berpacaran. Dan sampean malu mengakui itu sebagai kekhilafan. Itu kekurangan sampean. Nah, balik ke topik awal, jadi penting bagi kita memahami teks, co-teks, dan konteks mas. Kalau kita interpretasi lagi, aktifitas dalam berpacaran itu kan mendekati zina mas. Dan mendekati zina itu dilarang. Secara tidak langsung pacaran itu ya juga dilarang mas. Perlu sampean ketahui, filsafat dan ilmu pengetahuan itu kebenarannya relatif mas. Sedangkan agama (Islam) itu kebenarannya absolut. Itu katanya dosen filsafat saya mas. Jadi sampean mau ikut yang mana? Sampean gak punya pendirian, mereka salah, sampean ikuti. Ya tersesat sampean akhirnya. Kan ada dalilnya yang berbunyi taroktu fiikum am royni lan tadzillu ma ...... wa sunnatan nabiyii, yang itu. Artinya tidak sesat suatu kamu jika mereka berpegang teguh kepada keduanya, yakni Al-Qur'an dan sunah nabinya. Agama kita itu sudah mengatur tata perilaku makhluk hidup di alam ini mas. Kembali pada kitanya, mau mengikuti atau tidak. Sudah ya saya mau pulang dulu. Saya kira nongkrong di sini saya bisa menemukan hal baru, gak tahunya dikasih ngibul aja. Terima kasih, Assalamualaikum "
Teman-teman yang lain mengetawai sekaligus mengghibahi teman yang pamit undur diri barusan. "Sudahlah, jangan didengarkan omongan dia, orang stress itu. Datang kesini gak bawa rokok, tetapi modal bawa korek aja sialan itu. Lagian ya, pacaran sekarang itu loh prestasi. Pacaran itu bukan suatu hal yang harus dicaci loh. Bahkan saya rasa semua orang di Indonesia pacaran semua ya gak? Munafik itu mah kalau bilang tidak. Terus kalau gak pacaran nikahnya bagaimana? Bayangkan coba! Susah kan? Kan butuh yang namanya pacaran untuk mengenal calon istri kita begitu. Sudah gak usah dipikirkan kata-kata dia, anggap angin lalu saja. Daripada berzina kan mending pacaran ya. Saya yakin suatu saat nanti nyesel dia itu karena gak pacaran seperti kita wkwkwk. Efek kelamaan jomblo itu mungkin. Sok-sokan bawa-bawa hadis segala. Dikira kita-kita ini orang bodoh kali ya." Singkat cerita, obrolan mereka pun berhenti sampai disini.
Hingga kini, pacaran tetap menjadi sebuah prestasi yang dijadikan target oleh banyak orang. Bagaimana pun caranya, bisa atau tidak bisa, mungkin atau tidak mungkin, pokoknya harus pacaran seperti itu. Gak pacaran sama saja tidak berprestasi, menurutnya. Tetapi menurut almarhum guru Pramuka saya, satu-satunya hal yang paling pantas dijadikan sebuah prestasi adalah mampu mengerjakan sholat tepat waktu secara berjamaah. Itu prestasi menurut almarhum, karena tidak semua orang mampu mengerjakan itu termasuk almarhum sendiri. Tetapi kalau pacaran? Hampir semua orang bisa melakukannya, bukan? Apa itu pantas disebut prestasi? Apa itu pantas dibanggakan? Semua kembali pada diri kita masing-masing. Terima kasih