Ke Alfamart Memakai Sarung, Berujung Dirasani dan Disindir Oleh Tiga Karyawannya
Hari Jum'at sore kemarin, tepatnya sekitar pukul 16:20, saya dan adik saya pergi ke Alfamart. Kami kesana mau beli pasta gigi dan bayar token listrik. Ada kejadian yang menyita perhatian saya tatkala saya berada di dalam Alfamart. Yaitu kejadian dimana saya disindir dan dirasani oleh tiga karyawan Alfamart.
Saya pergi ke Alfamart itu memakai sarung. Lengkap dengan baju kokoh beserta kopiahnya. Bukan maksud hati ingin tebar pesona atau sok alim. Melainkan sore itu, saya baru selesai mengajar di TPQ. Daripada masih ribet mau ganti pakaian begitu, ya sudah lah tidak perlu ganti pakaian saja dalam hati saya. Toh, saya juga sudah terbiasa pergi kemana-mana pakai sarung.
Tadinya, saya itu tidak ada kepentingan untuk pergi ke Alfamart. Saya itu tadinya mau beli tinta spidol saja di FC. Adik saya ikut karena dia mau beli tas kertas di FC juga. Nah, tahu saya mau keluar ke FC, ibu saya titip ke saya untuk beli pasta gigi dan bayar token listrik itu tadi. Akhirnya saya ke Alfamart dulu sebelum ke FC. Entah kenapa ya, begitu saya sampai di Alfamart, saya disindir dan dirasani oleh ketiga karyawan di sana.
Ketiga karyawan Alfamart menyindir dsn ngerasani saya sebab saya ke sana itu mengenakan sarung lengkap dengan atributnya. Saya pun sampai sekarang masih ingat kalimat sindiran tersebut. Salah satu dari mereka berkata kepada yang lain "ayok cepetan, bentar lagi saya mau ngimami sholat Maghrib. Lihat ini saya sudah memakai sarung dan pakai kopiah." Kalimat tersebut sebetulnya berbahasa Jawa, hanya saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia supaya pembaca mengerti. Dilihat dari kalimatnya, jelas kalimat tersebut merupakan intimidasi dan provokasi terhadap saya. Karena di dalam Alfamart, yang memakai baju kokoh, kopiah, dan sarung itu saya seorang. Jelas hal ini ditujukan kepada saya. Kedua orang karyawan kemudian tertawa begitu saja mendengar sindiran rekannya. Nah, setelah saya menerima sindiran tersebut, saya dirasani kemudian oleh ketiga karyawan tersebut. Hanya saja untuk san-rasannya itu saya tidak mendengarnya dengan jelas. Tapi saya tahu saya dirasani, karena posisi saya itu dekat sekali dengan meja kasir, tempat di mana ketiga karyawan itu berkumpul. Ketiga karyawannya itu laki-laki semua.
Menerima provokasi maupun sindiran tersebut, saya jadi bertanya, apa salah kalau saya ke Alfamart mengenakan sarung? Itu baru sarung, kalau saya mengenakan mukenah bisa diusir mungkin saya ya. Toh, saya juga dari awal tidak punya masalah dengan ketiga karyawan tersebut. Niat mau cari masalah dari rumah pun juga tidak ada. Kenapa saya yang harus menerima sindiran dan dirasani begitu loh? Kadang saya mikir orang itu tidak ada kerjaan. Di luar sana itu masih banyak manusia yang memakai pakaian tetapi telanjang. Yakni mereka yang berpakaian tetapi menunjukkan aurat, lekuk tubuh, terbuka bagian dadanya, pahanya, dst. Mereka pun pernah saya lihat memasuki Alfamart. Kenapa tidak mereka saja yang disindir? Kenapa yang memakai sarung yang disindir? Apa yang salah begitu loh? Toh saya memakai sarung ke Alfamart ini bukan kali pertama. Sudah berkali-kali sampai tak terhitung. Kok baru sekarang saya menerima sindiran dan dirasani.
Saya menerima sindiran dan dirasani ketika saya sedang melihat harga deodorant. Sengaja saya lihat-lihat lah sambil menunggu antrian panjang. Rak deodorant itu dekat sekali dengan tempat berdirinya ketiga karyawan tersebut. Tampak saya dengar juga salah satu diantaranya mengajak rekan sesama karyawan untuk sholat Maghrib. Padahal saat itu masih belum Maghrib. Dirasani dan diketawai lah saya kemudian. Saya bodo amat saat itu. Saya tidak melihat mereka waktu merasani saya. Tapi saya dengar, sayangnya kurang jelas seperti itu. Terus apa yang saya lakukan? Ya tidak ada, kalau meladeni mereka sama saja kualitas saya seperti mereka. No, saya tidak seperti itu. Silahkan rasani, sindir, provokasi saya, tapi jangan keluarga saya, sudah gitu aja.
Tetapi pertanyaan berikutnya muncul, kenapa perlakuan tersebut dikerjakan oleh karyawan Alfamartnya? Kok bukan pembeli lain saja begitu. Saya jadi curiga karyawan tersebut baru pertama kalinya lihat orang memakai sarung masuk Alfamart. Jujur saya tidak ada masalah dengan itu. Saya juga tidak marah kepada ketiga karyawan tersebut, sama sekali tidak. Kalau memang saya marah, dari kemarin saya sudah labrak mereka. Lagipula ngapain marah sama mereka? Hanya saja, saya bingung saja, kenapa yang memakai sarung yang disindir dan dirasani? Dosa kah ke Alfamart memakai sarung? Toh di depan pintu masuk Alfamart tidak ada tulisan larangan memakai sarung. Saya dirasani, diprovokasi, diintimidasi, saya terima. Dan itu sama sekali tidak merubah diri saya. Lain kali, ketika hendak pergi ke Alfamart lagi, ketiga karyawan tersebut juga akan melihat saya memakai sarung kembali. Kenapa? Ya tidak apa-apa, nyaman saja saya pakai sarung begitu.
Kejadian ini tidak saya anggap sebagai masalah. Kalaupun ini dianggap sebagai masalah, saya sudah maafkan lebih dulu. Wong saya sama sekali tidak ada ini merespon ketiga karyawan tersebut. Begitu membayar di kasir pun, yang melayani saya karyawan lain, dan perempuan. Ketiga karyawan tersebut juga diam saja saat saya bayar ke kasir. Ya artinya sudah sepantasnya kita hidup di lingkungan sosial, ada kejadian semacam ini. Kalau tidak ada kejadian semacam ini, hidup rasanya kurang begitu bermakna. Coba bayangkan saja anda hidup tanpa ada konflik. Nggak enak sama sekali, bukan?