Mahasiswa Mengenakan Almamater Kampus di Atas Kereta Api
Beberapa hari yang lalu, sepupu saya yang juga seorang mahasiswa menggerutu di hadapan saya. Dia tiba-tiba bertanya dengan nada sedikit kesal ke saya "kenapa ya mas, mahasiswa mengenakan almamater kampusnya tatkala naik kereta api? Supaya apa itu ya kira-kira?" Saya respon "ya tidak tahu. Pemandangan seperti itu memang kerap sekali saya jumpai di stasiun. Tetapi saya tidak menemukan jawaban kenapa mereka mengenakan almamaternya saat naik kereta api." Sepupu saya lalu berkata "gini mas, saat kita mengenakan almamater kampus. Orang di atas gerbong akan mengetahui bahwa kita adalah mahasiswa. Pandangan orang terhadap status mahasiswa itu kan tinggi sekali. Orang -orang di atas gerbong akan beranggapan bahwa mahasiswa itu adalah kaum terpelajar dan intelektual. Nah, khawatirnya begitu ditanya-tanya, mahasiswa tersebut tidak bisa jawab kan malu mas. Saya tidak melarang mahasiswa untuk memakai almamaternya di atas kereta. Bagus juga itu, mungkin sebagai bentuk kebanggaan tersendiri atas pencapaiannya. Tapi setelah dipikir-pikir lagi untuk apa gitu? Norak sekali kesannya. Hari Sabtu naik kereta dari Jember ke Banyuwangi memakai almamater itu loh untuk apa? Masuk kuliah ya nggak begitu, KKN juga nggak. Nggak tahu mas saya, yang lihat merasa malu saja. Biasanya mahasiswa baru itu yang seperti itu." Saya hanya diam saja saat mendengar dia berkata demikian.
Pemandangan mahasiswa yang memakai almamater kampusnya di atas gerbong kereta api bukanlah pemandangan baru. Artinya pemandangan itu pernah saya jumpai sejak lama, bahkan di bulan ini. Pada tanggal 2 Juli kemarin contohnya, saya temui satu sampai tiga mahasiswa yang mengenakan almamater kampusnya di atas gerbong kereta api. Begitu turun di stasiun akhir, saya juga temui banyak mahasiswa yang mengenakan almamater kampusnya rupanya. Dan almamater yang biasanya dikenakan adalah almamater dari kampus UNEJ. Kampus UIN KHAS dan POLIJE ada, tetapi sesekali saya jumpai di atas kereta. Kalau UNEJ ini lain, setiap saya mau berpergian naik kereta dari Jember ke Banyuwangi, sering saya jumpai mahasiswa UNEJ yang mengenakan almamaternya. Dari Banyuwangi ke Jember pun juga sama.
Terus terang, saya tidak tahu menahu motif di balik itu semua. Yang tahu kan hanya mahasiswa yang mengenakan almamaternya itu tadi. Jujur, saya tidak pernah merasa terganggu dengan pemandangan ini. Ya gara-gara keluhan sepupu saya itu, saya jadi mikir "oh iya kenapa ya?" seperti itu. Kenapa tidak jaket saja yang dipakai? Kenapa harus almamater kampusnya? Apa biar semua orang tahu kalau mereka adalah mahasiswa UNEJ begitu? Tidak tahu lagi saya. Intinya saya tidak mempersalahkan itu. Saya hanya berpikiran positif saja, barangkali ada sesuatu yang mendorong mereka untuk mengenakan almamaternya. Entah mereka mau ngisi seminar, penelitian, atau apa kita kan tidak ada yang tahu. Namun, kalau motif mereka mengenakan almamater kampusnya itu hanya untuk bahan arogansi di depan publik semata, wah kacau ini. Sebab apa ya, mahasiswa yang dilihat itu kan bukan apa yang dikenakan di tubuhnya, melainkan adalah isi otaknya. Terima kasih