Rapat Tahi: Berasa Jadi Daun Kemangi di Atas Hidangan Lalapan Lele
Hari Sabtu, tanggal 12 Agustus 2023, saya berada di Bandung. Sabtu malam, sekitar jam 20:30, posisinya saya sudah ada di dalam ruangan. Ruangan tersebut dijadikan tempat bagi semua guru untuk mengikuti jalannya acara lepas pisah dengan kepsek SD kami yang lama. Alhamdulillah acara berlangsung khidmat dan lancar. Di tengah-tengah jalannya acara, saya mendapat pesan dari Ustad Santoso, ketua takmir di masjid kami. Isi pesannya sebagai berikut;
Saat menerima pesan itu, saya bingung mau membalas apa. Akhirnya saya hanya read saja. Rencananya mau saya balas nanti saja. 30 menit kemudian, ustad Santoso chat lagi. Saya merasa kesal, akhirnya saya balas "nggih mas". Balasan chat saya tersebut tidak dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan apakah saya mau jadi sekretaris, melainkan merespon ajakan beliau yang meminta saya untuk hadir rapat pada malam Selasa. Kalau pertanyaan kedua yang berisi tentang ajakan untuk menjadi sekretaris, terus terang bingung saya mau jawab apa. Karena saya juga perlu waktu untuk memikirkan jawabannya.
Keesokan harinya, saya mendapat undangan rapat di grup pengurus takmir masjid kami. Rapat tersebut ditujukan untuk: bersilaturahmi, musyawarah Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), rencana menaikkan daya listrik, dan lain-lain. Dan lain-lain ini saya tidak tahu bahas apa. Saya berpikir mungkin itu dimaksudkan untuk membahas penunjukan sekertaris takmir yang baru. Isi undangan rapatnya seperti di bawah ini;
Hari Senin, sekitar pukul 04:00 WIB, saya tiba di rumah saya (Jember). Sengaja saya tidak langsung tidur karena waktunya nanggung sekali begitu. Kurang 30 menit lagi, sholat subuh, ya kan? Pagi jam 07:00 WIB, saya dampingi pak Ervan ngajar kelas satu olahraga. Untungnya, olahraga tersebut dilaksanakan di sekolah. Biasanya pada hari Senin, kelas satu itu olahraganya di luar sekolah. Karena lapangan sekolah digunakan untuk pelaksanaan upacara bendera.
Saya pulang dari sekolah itu jam 14:00 WIB. Hanya punya waktu sekitar satu jam setengah untuk istirahat di rumah. Jam 16:00 WIB, saya mengajar ngaji di TPQ Al-Ikhlas hingga bada Maghrib sekitar jam 18:00 WIB. Jam 18:15 kemudian, saya mengajar anak-anak remaja ngaji di rumah saya hingga jam 19:45. Sengaja saya akhiri jam 19:30, karena saya ada rapat pengurus takmir bada isya.
Ketika saya datang di lokasi rapat, rupanya rapat telah dimulai. Boleh dikatakan, saya datang terlambat. Saya duduk, moderator langsung membuka sesi pertanyaan dan tambahan perihal PHBI. Lucunya, moderator juga memberikan kesempatan bertanya dan tambahan kepada saya. Tidak tahu saya, apa tidak lihat moderator itu kalau saya baru saja datang. Ngeledek saya atau gimana maksudnya itu. Orang baru datang diminta tanya dan memberikan tambahan, kan lucu itu namanya. Ya akhirnya saya tidak tanya dan memberikan tambahan.
Begitu saya datang di rapat tersebut, ternyata yang hadir sedikit, hanya sebelas orang saja. Lima orang dari RT lain, sedangkan sisanya dari RT kami. Menurut saya ini sedikit sekali, mengingat jumlah pengurus takmir banyak sekali. Katanya rapatnya sangat penting. Tetapi kok yang hadir sedikit gitu ya batin saya. Tidak seperti biasanya. Yang saya sesalkan, mereka-mereka yang memiliki peran penting dalam kepungurusan masjid justru tidak hadir. Saya hanya berpikir positif, barangkali beliau-beliau banyak yang sibuk begitu.
Ada pun hasil yang dicapai dalam rapat tersebut ialah; pengurus takmir Masjid Al Ikhlas yang anggotanya berasal dari luar RT 03, menolak ajakan ketua RW untuk mengadakan acara PHBI di Masjid Al-Ikhlas yang lokasinya berada di RT 03. Mereka menolak sebab mereka merasa mampu untuk mengadakan PHBI di lingkungan RT mereka sendiri. Selain itu, di lingkungan RT mereka terdapat masjid yang masih bisa digunakan. Kedua, rencana menaikkan daya listrik masjid sudah disetujui oleh ketua RW dan ketua RT 01-04. Sudah itu saja. Habis itu rapat ditutup dan selesai. Dan tidak ada pembahasan perihal penunjukan sekretaris yang baru. Pun tidak ada pembahasan seperti poin empat pada undangan di atas. Mana yang katanya rapat sangat penting? Kalau penting, semuanya ya harus dibahas, kan gitu?
Selain menunggu pembahasan terkait dengan penunjukan sekretaris yang baru, saya juga menunggu pembahasan perihal lain-lain yang perlu seperti yang ditunjukkan pada gambar di atas. Saya ingin menyampaikan satu hal, yakni tentang penambahan petugas kebersihan di masjid kami. Sebab di masjid kami, petugas kebersihan yang aktif hanya satu orang saja. Bayangkan saja, masjid kami ukurannya besar, terdiri dari dua lantai, dan petugas kebersihannya hanya satu orang. Kan lucu sekali ini. Saya tahu itu karena setiap sore saya ngajar anak-anak mengaji, dan selalu melihat beliau bersih-bersih masjid seorang diri. Pernah suatu hari, saya tahu istrinya post status wa yang isinya foto anaknya yang masih TK membantu ayahnya bersih-bersih masjid. Ibunya memberi caption "pinter adek bantuin ayah bersihkan masjid". Nah, kalau begini ini bukan nyindir lagi namanya, nabrak ini. Harusnya ketua takmir atau ketua RT maupun RW peka dengan hal ini. Saya juga tidak tahu kenapa bisa jadi satu orang petugas kebersihannya ya. Awalnya itu petugas kebersihannya ada lima. Mas Inggus Mas Pras, Mas Wondo, Mas Fajar, dan terakhir yang kerja seorang diri ini Mas Ipung.
Mohon maaf, sebetulnya saya tidak ada niatan untuk menulis hal ini. Menurut saya sama sekali tidak penting untuk ditulis. Hanya saja saya merasa kesal begitu dan akhirnya terciptalah tulisan ini. Ya saya kesal, sebab selama rapat pengurus takmir, saya diam saja. Rasanya kehadiran saya di rapat tersebut hanya sebagai pelengkap saja. Supaya rapat terlihat ramai gitu saja. Saya jadi merasa seperti daun kemangi di atas hidangan lalapan. Ya hanya sebagai hiasan seperti itu. Orang mau makan lalapan, yang pertama kali diburu kan ikannya, bukan kemanginya.
Jujur saya merasa kesal sekali selama hadir di rapat kepungurusan takmir masjid. Saya pernah hadir rapat, rapat katanya diadakan bada isya, ternyata dimulai jam 20: lewat sekian menit. Dengan kata lain, rapatnya molor seperti itu. Nah, kemudian ada rapat lagi, yaitu tentang penyampaian program masing-masing seksi. Saya ada di dalam seksi pendidikan tuh. Seksi pendidikan yang datang saya saja saat itu. Kebetulan teman saya yang sama-sama seksi pendidikan, sedang kerja. Begitu rapat dimulai, semua seksi menyampaikan proker, uneg-uneg, ide-ide dan lain-lain perihal manajemen masjid. Sedangkan saya, oleh ketua RW sekaligus moderator, tidak diperkenankan untuk berbicara. Alasannya adalah kalau seksi pendidikan berbicara, khawatir akan memakan waktu lama. Jadi uneg-unegnya disampaikan di rapat mendatang saja katanya. Tahiiii gitu batin saya. Semua seksi diberi kesempatan untuk berbicara, kecuali seksi pendidikan yang saat itu diwakili oleh saya. Untuk apa saya diundang rapat kalau gitu caranya. Mana anggota yang lain tidak ada satu pun yang bela saya. Bagi saya ini jelas tidak adil. Saya sudah siapkan apa-apa yang harus disampaikan, gak tahunya saya tidak diberi kesempatan untuk berbicara. Ketua RW bilang disampaikan di rapat selanjutnya. Ketika ada rapat lagi, saya sama sekali tidak dilirik oleh beliau ini. Asli jadi daun kemangi saya. Ada dan tidak adanya sama sekali tidak memberikan perubahan yang signifikan. Tapi saya hadir rapat begitu. Di dalam rapat seperti daun kemangi.
Sampai Bulan Oktober sekarang, tidak ada lagi pembahasan perihal penunjukan sekertaris masjid yang baru. Ustad Santoso juga tidak pernah mengabari saya lagi terkait hal itu. Rapat pun juga belum diadakan. Jadi saya ya hanya menunggu saja sampai waktunya tiba. Ketika pembahasan tersebut dibahas di rapat, saya hanya mau bilang bahwa saya tidak tertarik untuk menjadi sekretaris Masjid. Silahkan cari orang yang lain saja. Biarkan saya nyaman di seksi pendidikan saja.