Gugatan untuk Panitia dan Juri yang Tidak Kredibel dalam Pemilihan Pemenang Kostum Karnaval

      Tanggal 3 September yang lalu, diadakan  acara jalan sehat dalam rangka memperingati HUT RI  ke -77 di lingkungan RT kami. Tidak hanya jalan sehat saja, melainkan juga ada karnavalnya. Untuk peserta jalan sehat, kostumnya bebas, asal sopan begitu. Nah, untuk yang karnaval ini, peserta dituntut untuk mengenakan kostum sekreatif dan terbaik mungkin. Karena kostum tersebut nantinya akan dinilai oleh juri. Kostum terbaik akan memperoleh hadiah dari panitia. Sayangnya, dalam proses penilaian tersebut, penulis sama sekali dibuat kesal, karena penilaiannya yang tidak kredibel. 
        Jalan sehat yang diadakan di lingkungan kami, diikuti oleh semua kalangan. Ada anak-anak, remaja, dewasa, maupun lansia. Karnaval pun juga demikian, semua kalangan turut mengikutinya. Antusiasme warga RT kami besar sekali dalam memeriahkan HUT RI ke-77 tersebut. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya warga yang jauh-jauh hari tengah membuat kostum yang akan dikenakan saat karnaval jalan sehat nanti. Ada yang membuat pakaian adat dari Papua, kostum jaranan, dst. 
     Jalan sehat bertajuk karnaval diadakan ba'da dhuhur sekitar pukul 12:30 WIB. Semua peserta jalan sehat dan karnaval berkumpul di titik start yang terletak di poskamling RT kami. Dari banyaknya peserta yang ikut, bisa dilihat 90% peserta memakai kostum karnaval. Sisanya, berpakaian biasa. Bisa dikatakan 10% lainnya hanya mengikuti jalan sehat saja, termasuk penulis sendiri. 
        Pukul 12:30 lebih sekian, peserta jalan sehat maupun karnaval berangkat dari garis start. Peserta menuju Jalan Nusa Indah - Jalan Manggis - Jalan Cempedak - Jalan Dr. Soebandi, kemudian kembali lagi menuju Jalan Nusa Indah. Setelah itu, panitia meminta peserta jalan sehat untuk berkumpul di stage yang lokasinya berada di depan rumah Bapak Saikun. Di sinilah lokasi pengumpulan kupon, pengumuman pemenang kostum karnaval terbaik, pembagian hadiah/door prize jalan sehat, dst. 
        Ketika semua peserta, baik jalan sehat maupun karnaval menuju stage, panitia lupa tidak memberitahu, bahwa peserta karnaval dilarang melepas kostumnya terlebih dahulu. Karena kostum tersebut nanti akan dinilai saat semua peserta berkumpul di sekitar stage. Diketahui, ada beberapa peserta yang tidak mengetahui informasi, sudah terlanjur melepas pakaian karnavalnya terlebih dahulu di rumah, contohnya adalah dua sepupu saya. Alasan kedua sepupu saya melepas pakaiannya adalah gerah dan tidak nyaman. Alhasil, mereka berdua tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan hadiah pemenang kostum terbaik dari panitia. Saya minta mereka berdua untuk pulang dan memakai kembali kostumnya, mereka tidak mau ya sudah. Ada juga beberapa peserta yang baru tahu informasi tersebut, langsung kembali ke rumahnya dan memakai kembali kostum karnavalnya. Ya gimana lagi, panitia memberi informasi ketika semua peserta karnaval dan jalan sehat tiba di stage depan rumah Bapak Saikun (garis finish). Andai kata, sebelum berangkat dari garis start bilang dulu kan enak begitu. 
       Tibalah waktu penjurian kostum peserta karnaval. Di sini saya amat kesal sebab yang ditunjuk menjadi juri adalah seorang peserta karnaval itu sendiri. Saya juga tidak tahu mengapa panitia menunjuk peserta karnaval tersebut sebagai juri. Padahal kalau dilihat, beliau bukan orang yang memiliki jabatan penting di RT kami. Beliau bukan Bu RT, bukan Bu RW, dan juga bukan Bu Lurah. Timbul tanda tanya kemudian di dalam benak saya "kok bisa ya?" Ketua panitia  jalan sehat juga bukan beliau ini. Beliau ini merupakan istri dari Bapak Kusno, seorang pendakwah sekaligus Kiai yang berkecimpung di organisasi Muhammadiyah Jember. Bingung saya, ini kan bukan lomba pidacil. Kenapa bukan ketua atau wakil panitianya saja yang jadi juri seperti itu. Yang kedua, penjurian dilakukan ketika semua peserta berkumpul di sekitar stage. Menurut saya, penjurian itu sebaiknya dilakukan ketika semua peserta karnaval dilepas dari garis start. Nah, nanti sediakanlah beberapa pos tertentu untuk melakukan penilaian. Pos satu sampai pos tiga cukup itu sudah. Jadi ketika semua peserta karnaval berkumpul di stage itu sudah tinggal nunggu pengumuman siapa-siapa saja yang menang seperti itu. Peserta karnaval yang mungkin gerah atau semacamnya, kan enak tidak khawatir dan bisa ganti kostumnya di rumah. Lah ngapain tetap dipakai? Kan sudah dinilai tadi di tengah jalan oleh panitia, kan seperti itu harapannya. 
Kalau penilaian dilakukan di jalan (saat peserta diberangkatkan dari start) itu enak, semua peserta bisa terlihat dengan jelas. Kalau di sekitar stage, pandangan juri terhalang oleh banyak pedagang. Selain itu, ada beberapa peserta yang berpencar untuk mencari tempat yang teduh, mengingat cuaca panas sekali. Bayangkan saja jalan sehat dan karnaval tersebut diadakan jam 12:30 WIB. Jelas ini mengganggu jalannya penjurian menurut saya. 
      Di poin penilaian kostum peserta karnaval, ada penghargaan kostum terbaik, terunik, dan kreatif untuk kategori anak-anak dan dewasa. Kemudian ada penghargaan kostum kreatif untuk kategori grup. Untuk kategori anak-anak, diketahui ada tiga pemenang yaitu Kinan, Aji, dan putrinya mas Taufiq. Saya lupa namanya siapa sudah. Kinan mendapatkan penghargaan kostum terbaik, Aji terunik, dan putri mas Taufiq kreatif. Saya asli kesal sekali di sini. Terutama saya kesal dengan panitia acara. Kok bisa beliau yang ditunjuk jadi juri seperti itu. Bayangkan jurinya melakukan penilaian hanya modal nunjuk-nunjuk saja. "Kali ini kostum terunik siapa ya? Aduhhhh, hmmmm, iya kamu le sini maju ke atas panggung" katanya. Jurinya nilai tidak membawa kertas penilaian, yang isinya mungkin bisa kriteria penilaian dan sebagainya. Aji memakai kostum A, skornya berapa untuk masing-masing kriteria, kemudian dijumlahkan, nggak ada ini yang seperti itu. Ya jurinya mencari pemenang dengan cara nunjuk-nunjuk saja. Ya bukan karena beliau sudah pengalaman, ya panitianya saja yang jadi setan di sini. 
       Penghargaan kostum terbaik kategori anak-anak adalah Kinan dengan pakaian yang saya sendiri gak ngerti tema dan konsepnya seperti apa. Sekilas tampak seperti pakaian Nyi Roro Kidul dengan memegang tongkat seperti itu. Kostum terunik diraih oleh Aji, dengan pakaian yang menurut saya cukup kreatif. Pakaiannya sih biasa saja, hanya saja yang membuat berbeda adalah kura-kura yang ditungganginya. Kaki yang ada di tempurung kura-kura itu adalah kaki palsu. Kostum kreatif dimenangkan oleh putrinya mas Taufiq , dengan pakaian yang terbuat dari kresek. Ini saya juga gak ngerti kenapa bisa terpilih jadi juara 3. Padahal yang memakai baju dari kresek banyak sekali. Ya kalau seperti itu, berarti gak layak untuk jadi juara. Cari yang sekiranya pakaiannya berbeda dari yang lain lah begitu. Kalau pakaiannya sama kita sebagai juri tidak punya daya pembeda. Contoh, kita tidak pernah menemukan seorang qori' mengikuti lomba MTQ dengan bacaan surah dan irama yang sama dengan qori' yang lain. Kalaupun nama surah dan ayatnya sama, pasti irama yang dilantunkan berbeda. Seorang siswa mengikuti lomba pidato bahasa Inggris, temannya tentang sumpah pemuda, saya yakin isi teks pidatonya tidak akan sama antara satu dengan yang lain. Kalau semua peserta sama isi teks pidatonya, ya akan jadi tidak menarik lomba itu. Peserta pertama dan kedua ok lah, nah peserta nomer 29 dan seterusnya, bosan sudah jurinya yang mau melihat. Nah ini kostum, jujur saya lihat ada yang lebih berwarna kostumnya daripada punya putrinya mas Taufiq. Tetapi justru gak dapat juara. 
       Yang saya bingung lagi adalah kostum Syakira yang tidak terpilih dan memenangkan penghargaan di jalan sehat bertajuk karnaval tersebut. Dia ini adalah murid saya di sekolah yang saya ajar. Dia menjadi satu-satunya delegasi sekolah kami yang mengikuti JFC KIDS tiga Minggu sebelum jalan sehat bertajuk karnaval tersebut diadakan. Selain itu, Syakira juga menjadi salah satu perwakilan sekolah yang mewakili gugus 1 kecamatan Patrang untuk mengikuti lomba karnaval pelajar tingkat SD se-kabupaten Jember. Dan gugus 1 kecamatan Patrang berhasil mendapatkan juara 1 tingkat SD se-kabupaten Jember. Lomba karnaval pelajar tingkat SD tersebut diadakan pada tanggal 28 Agustus 2023. Sedangkan karnaval tingkat RT yang penilaiannya tidak kredibel itu diadakan pada tanggal 3 September 2023. Sehingga di sini, kostum yang dikenakan oleh Syakira bisa dikatakan masih bagus dan layak untuk dikenakan kembali. 
       Tahun lalu, saya pernah mendampingi anak-anak dari sekolah kami yang ikut JFC Kids. Mereka adalah Kashva dan Nabila. Saya tahu betapa susahnya mengikuti event ini. Saya harus kepontal-pontal dan kesana kemari. Saya itu sampai bosan sudah mengantar mereka ke gedung Dinan Fariz berkali-kali. Kemudian, saya juga mengantar mereka ke gedung serba guna dekat GOR Kaliwates. Di sini, kostum mereka dinilai oleh juri. Jurinya semua ada empat saya lihat. Dan mereka semua berkompeten dan berpengalaman. Selama menjuri, beliau semua membawa catatan tersendiri. Di sini yang dinilai adalah kostum peserta, cara peserta catwalk, make up peserta, dst. Nah, Kashva dan Nabila ini berkali-kali ada saja catatannya. Yang kostumnya warna ungunya kurang dominan lah, sayapnya perlu dihias lagi lah, dst. Sebagai akibatnya, saya dan rekan-rekan guru kembali memperbaiki kekurangan kostum mereka. Jadi dari pengalaman ini, saya tahu betul betapa susahnya mendesain dan menghias kostum JFC. Setelah kostum selesai, kemudian juri kurang cocok, ya terpaksa harus diperbaiki lagi. Begitu terus, hingga kostum JFC Kids tersebut tidak ada catatan dari Juri. Mereka yang kostumnya sudah tidak dapat catatan dari juri, artinya kostum tersebut siap dikenakan di hari H. Kalau masih ada catatan, ya menghias lagi gitu aja. Boleh dikatakan, mereka-mereka yang mengikuti JFC Kids dan tampil di hari H, telah melalui serangkaian penilaian, termasuk kostum dan lain sebagainya. Jadi kostum yang mereka kenakan di hari H ya sudah bagus-bagus semua dan siap ditampilkan. Berikut saya tampilkan kostum Kashva dan Nabila yang dikenakan di hari H JFC Kids. 
       Dari pengalaman tersebut, saya jadi kembali berpikir, kok bisa ya Syakira yang sudah mengikuti serangkaian penjurian JFC Kids, tidak mendapat penghargaan di acara jalan sehat bertajuk karnaval di kampung kami. Kok yang dapat penghargaan mereka-mereka yang tidak ikut JFC KIds. Padahal JFC Kids itu acara tingkat Kabupaten ya, bukan tingkat RT. Ya seharusnya kalau begitu, paling tidak Syakira dapat penghargaan lah. Secara, dia sudah berhasil memantaskan diri untuk tampil di acara JFC Kids tersebut. Satu sekolah, dia saja yang ikut JFC Kids. Jadi menurut saya, dengan mengikuti JFC Kids tersebut, menjadi nilai plus tersendiri seperti itu. 


       Foto di atas merupakan foto Syakira saat mengikuti JFC Kids dan lomba Karnaval pelajar tingkat SD se-kabupaten Jember. Pembaca pasti juga bingung kenapa dia tidak dapat penghargaan di acara jalan sehat yang diadakan di RT kami. Padahal dia berhasil mengantarkan gugus 1 Patrang menjadi juara satu lomba karnaval pelajar se-kabupaten Jember. Di tingkat RT, yang cakupannya lebih kecil, justru dia tidak dapat penghargaan. Yang dapat penghargaan justru mereka yang memakai kostum dari kresek, Nyi Roro Kidul, dan model kura-kura. Ya sangat di luar Nurul dan tidak habis Fikri saya. Saran saya untuk Syakira, tahun depan kenakan kostum Nyi Roro Kidul saja supaya dapat penghargaan. 
        Selanjutnya adalah penghargaan kostum terbaik, terunik , dan kreatif untuk kategori remaja dan dewasa. Di sini diketahui, penghargaan kostum terbaik didapat oleh saya tidak tahu namanya, kostum terunik pak Mistar, dan kostum kreatif saya tidak tahu namanya. Kedua pemenang tersebut (kostum terbaik dan kreatif) berasal dari blok bawah, sedangkan saya blok atas. Jadi wajar-wajar saja kalau saya tidak kenal, mereka berdua pun juga tidak kenal saya. Jadi begini, di RT kami saking banyaknya KK, maka dibagilah menjadi dua blok, ada blok atas dan bawah. Nah, jurinya itu dari blok bawah. Di sini saya juga kembali dibuat kesal sebab pemilihannya terkesan nepotisme sekali. Mereka yang dapat penghargaan kostum terbaik dan kreatif tersebut adalah kerabat dekat juri begitu. Begitu pun yang kategori anak-anak tadi, peraih penghargaan kostum kreatif adalah kerabat dekat juri. Kategori anak-anak, yang dapat penghargaan kostum terbaik itu adalah tetangga juri di blok bawah. Pak Mistar itu seandainya tidak diminta berdiri oleh orang-orang, dia tidak akan dapat penghargaan. Jadi posisinya beliau sedang berteduh di samping stage, dan beliau duduk sudah di sana. Hal itu membuat juri tidak melihat keberadaan pak Mistar mengingat ukuran stage lumayan tinggi. Kalau tidak salah sekitar 2 meteran lah. Karena itu, orang-orang memintanya untuk berdiri dan pindah di depan stage. Akhirnya beliau pun dapat penghargaan kostum terunik. Walaupun konsep kostumnya tidak jelas. Temanya juga apa tidak jelas. 
      Penghargaan kostum terbaik untuk kategori dewasa dan remaja, memakai kostum yang konsepnya tidak jelas. Sekilas terlihat seperti pakaian kerajaan bercorak Hindu. Kemudian membawa tongkat. Peraih penghargaan kostum terunik,ntambah tidak jelas lagi, pak Mistar mengenakan pakaian adat Jawa Surjan Lurik, kemudian memakai penutup kepala dari tutup dandang, alat dapur yang bisanya digunakan untuk menanak nasi. Kemudian diletakkan beberapa sendok dan garpu pada ganggang telinga tutup dandang tersebut. Next, pak Mistar memakai tali pinggang, yang mana hampir semua alat dapur seperti wajan, dandang, panci, dll, juga diikatkan di sekitar pinggangnya. Dan beliau membawa perlengkapan sesajen yang ditaruh di atas baki. Aduh macam-macam sudah, ada bunga mawar, dupa, beras kencur, dst. Terakhir, beliau memakai kaca mata hitam dan meletakkan bendera di atas tutup dandang yang dikenakan di atas kepalanya. Orang-orang yang melihat pak Mistar berjalan ini tertawa terpingkal-pingkal. Sebab beliau jalan, bunyi "klinting-klinting", (suara perlengkapan dapur). Totalitas dan niat sekali beliau ini menurut saya. Untuk kostum kreatif, dia mengenakan pakaian hitam, baju dan celana hitam. Kemudian memakai gelang dari tomat, kalung dari wortel, kacang panjang dijadikan ikat pinggang, dan sayuran yang lain dijadikan gelang kaki. Jadi bisa dikatakan peraih penghargaan kostum kreatif adalah manusia sayur begitu. Dari ketiga peraih penghargaan tersebut, kostum terbaik dan kostum kreatif dari blok bawah, tempat juri tinggal, dan penghargaan kostum terunik dari blok atas, tempat penulis tinggal. 
       Kemudian pengumuman pemenang kostum terbaik kategori grup, merupakan salah satu momen yang paling saya benci. Perlu diketahui, di sini hanya ada satu pemenang saja. Jadi tidak ada untuk pemenang kostum terbaik dan terunik. Penghargaannya ditujukan untuk grup kreatif saja begitu. Nah, ketika pengumuman lomba, juri ini mengumumkan " pemenang kostum kreatif kategori grup adalah grup saya sendiri, ayo naik ke atas panggung semua (sambil tertawa terbahak-bahak)". Ayo, siapa yang tidak kesal kalau sudah begitu. Mana lagi semua anggota grupnya adalah saudara dia sendiri lagi. Iya benar, tidak objektif sama sekali setan ini. Seharusnya kan juri tidak boleh memihak seperti itu. Gak masuk sudah kriteria untuk menjadi juri untuk dia ini. Lah iya, kok setan ini malah dipilih jadi juri oleh panitia gitu loh. Apa gak nemu orang lain apa panitia ini dalam menunjuk juri? Nah, yang dapat penghargaan grup kreatif, mereka mengenakan pakaian dalam hitam, kemudian di bagian luarnya, diselimuti selendang batik sehingga nantinya terlihat sedikit mirip dengan kebaya. Kemudian memakai bando yang di atasnya terdapat semacam bulu ayam da dihias dengan warna merah dan putih. Sudah gitu saja. Jujur, saya melihat ada beberapa yang layak untuk mendapatkan penghargaan kostum kreatif kategori grup ini, seperti kostum adat Papua, kostum buatan Rizky dkk, dan masih banyak lagi. Namun sayang, mereka justru tidak mendapatkan penghargaan tersebut. 
       Untuk para pembaca, jujur awalnya saya ingin sekali menampilkan foto para pemenang kostum terbaik tersebut di blog ini. Tetapi sayangnya saya tidak menemukan foto tersebut. Saya sudah minta ke ketua sie acara, ketua sie dokumentasi, dan terakhir adalah ketua panitia. Dan mereka rupanya tidak memiliki foto para pemenang tersebut. Sedih rasanya, ya karena kalau ada foto tersebut kan pembaca juga bisa ikut menilai betapa berat sebelahnya juri dalam menentukan pemenang kostum terbaik. Sekali lagi sayangnya, saya tidak memiliki foto tersebut. Karena itu, saya mohon maaf. Posisi saya di sini bukanlah panitia, saya juga tidak bergabung di grup panitia, atau dengan kata lain saya sama sekali tidak terlibat dalam kepanitiaan jalan sehat bertajuk karnaval tersebut. 


      Foto di atas adalah chat saya dengan Eci, ketua sie acara jalan sehat kemarin. Saya meminta foto kepadanya karena saya yakin dia memiliki foto yang saya maksud. Saya sudah nunggu dari tanggal 8 hingga 19 November lamanya, tetapi rupanya dia bilang tidak ada. Yang saya sesalkan adalah kenapa dia tidak bilang dari awal kalau dia tidak memiliki foto tersebut. Kalau dia bilang dari awal kan enak saya bisa langsung minta ke panitia yang lain. Dia justru chat "bentar mas". Nah, saya duga pasti dia punya, akhirnya saya menunggunya. Setelah sekian lama, eh tidak punya ternyata. Ironis betul, dia ketua sie acara bisa tidak hadir saat acara berlangsung. Hari Minggu emang dia kemana begitu? Rapat paripurna? Saya yakin dia punya grup khusus panitia, grup pemuda artega (arek RT 3), atau bisa saja grup karang taruna RT 3. Kalau memang dia tidak hadir saat itu, saya yakin foto yang saya maksud pasti dikirim oleh salah satu panitia di grup-grup wa tersebut. Menurut saya, untuk punya foto tersebut, tidak harus dia yang memfoto seperti itu. Nah, dia bisa cari deh fotonya di grup tersebut. Tetapi ternyata tidak ada respon yang menunjukkan sikap bahwa dia mau memberikan foto tersebut kepada saya. Contohnya seperti "sebentar mas, saya cari di grup panitia, siapa tahu ada" atau bisa "saya tidak punya mas, sampean chat ketua panitianya saja, sebentar saya kirim nomernya setelah ini", "saya tidak punya mas, sebentar ya saya lihat di galeri hp saya dulu, siapa tahu ada" kira-kira seperti itu.                                            Foto di atas adalah isi chat saya dengan ketua panitia. Dilihat dari balasannya, sama seperti ketua sie acara, dia tidak menunjukkan sikap usaha untuk mencarikan foto yang saya maksud. Ya dia hanya bilang tidak ada gitu saja. Saya yakin dia pasti masuk di grup khusus panitia. Feeling saya, foto yang saya maksud itu ada di grup tersebut. Masa iya ketua panitia tidak masuk grup panitia, kan lucu. Apalagi yang parah panitia tidak membuat grup khusus panitia. Saya percaya ada grup khusus panitia di sana, pas rapat dulu pernah disinggung itu. Soalnya saya juga ikut hadir di rapat itu. Dalam rapat itu, saya oleh kepala RT juga ditunjuk untuk menjadi penanggung jawab lomba keagamaan. Nah, kemudian saya buat grup untuk membahas lomba keagamaan ini. Di grup tersebut, isinya ada ketua panitia, si Vela itu. Kemudian ada Eci yang tadi, sebagai ketua sie acara. Terakhir adalah Randika sebagai ketua sie dokumentasi. Bisa dikatakan dari grup itu lah saya bisa tahu kontak mereka bertiga seperti itu. Perlu diketahui, di sini posisi saya bukanlah panitia, saya hanya pembantu dan penyumbang saja, ya bantu-bantu pekerjaan panitia seperti itu. Dan menyumbangkan ide, dana, dan tenaga. 




         Chat di atas merupakan chat saya dengan Randika, salah satu sie dokumentasi. Seingat saya dia ketua sienya. Saya chat dia sebagai solusi setelah gagalnya saya meminta foto ke ketua panitia dan ketua sie acara. Namun rupanya, Randika juga tidak memiliki foto yang saya maksud. Ironi betul, mengingat setiap ada acara di RT kami, dia ini selalu memiliki dokumentasinya. Contoh saja, acara keagamaan pada tanggal 30 Juli kemarin, dia saya perhatikan selalu mendokumentasikan kegiatan lomba. Saya pun akhirnya meminta foto lomba keagamaan ke dia ini. Lah kok pas acara jalan sehat bertajuk karnaval itu dia tidak ada dokumentasinya ya. Acara ini lebih besar loh dibandingkan dengan lomba keagamaan yang saya pimpin. Sebetulnya dia ada fotonya,  tetapi yang foto bareng katanya. Foto bareng yang seperti apa saya juga tidak tahu, ya sudah itu saya anggap keluar dari permintaan foto yang saya maksud. 
       Saya bingung harus bagaimana lagi. Minta ke tiga orang itu tidak ada fotonya rupanya. Di tengah termenung, tiba-tiba saya teringat Bintang, sepupu saya. Akhirnya saya temui dia. Saya tanya ke dia "Bin kamu punya foto para pemenang kostum terbaik pas jalan sehat kemarin? Yang ada Aji, Pak Mistar, dll maju di atas panggung" Dia jawab "tidak ada mas". Saya tanya kembali "kamu masuk grup artega, karang taruna RT 3, atau panitia lomba Agustusan?" Dia bilang "masuk mas". Saya bilang lagi ke dia "coba saya carikan fotonya, saya tunggu tidak apa-apa ". Dia tanya lagi "buat apa sih mas?" dengan wajah sedikit kesal dan malas untuk mencarinya. Saya bilang "sudah cari saja". Dia cari kemudian. Lalu dia berkata "tidak ada mas". Mendengar itu ya sudah saya pulang. Tidak lama kemudian dia bilang "oh ada ternyata mas" sambil dia tunjukkan fotonya ke saya "ini tah mas?". Saya bilang "nah iya itu". 
       Nah, di saat termenung saya tiba-tiba teringat Bintang karena dulu dia pernah bilang ke saya. Saya masih ingat betul dia bilang ke saya pas ada acara pawai obor tingkat SMP dan SMA dalam rangka memperingati tahun baru Islam. Dia bilang setiba di rumahnya  "mas Reza tidak ikut rapat lomba Agustusan kedua? Ini aku dapat info dari grup katanya malam ini diadakan rapat kedua panitia. Sekarang ini baru dimulai mas Rez rapatnya. Tempat rapatnya di masjid lantai dua. Ini di grup ramai mas." Saya bilang "kamu saja yang rapat, saya malas yang mau datang ke sana." Terus dia bilang "puhh saya capek mas Rez baru pulang dari acara pawai obor. Jalan kaki saya mas Rez dari KCP ke alun-alun. Dari alun-alun ke rumah ini saya jalan kaki lagi mas karena tidak ada yang mengantarkan. Ya sudah begitu dalam hati saya. Saya itu malas yang mau datang ke sana karena saya tidak pernah tertarik untuk jadi panitia. Saya lebih tertarik untuk jadi pembantu panitia saja. Tetapi saya bukan bagian dari panitia atau jadi panitianya seperti itu. Tetapi jujur saya hadir pas rapat pertama itu. Rapat yang kedua dan selanjutnya ini saya yang tidak hadir. 
      Saya bingung kok Bintang itu bisa masuk grup panitia itu. Padahal dia tidak pernah terlibat dalam kepungurusan kepanitiaan. Dia sie apa saja dia sendiri tidak tahu. Rapat juga dia tidak pernah hadir. Masih mending saya hadir satu kali. Nah ini yang saya heran, dia saja yang bukan panitia bisa punya foto-foto yang saya maksud. Lah, ketua panitia, ketua sie acara, dan dokumentasi yang sudah jelas bagian dari kepanitiaan justru tidak punya foto yang saya maksud, kan lucu. Tetapi pas ada lomba keagamaan kemarin, saya libatkan dia untuk membantu saya dalam mensukseskan jalannya acara. Saat itu saya oleh ketua RT ditunjuk sebagai penanggung jawab lomba keagamaan. Saya pun di lomba tersebut menjadi jurinya. Saya mengajak dia ini karena saya kekurangan orang. Pas briefing saja yang hadir hanya tiga orang; saya, Eca, dan Eci. Saya masih ingat itu H-1. Bayangan saya, yang hadir tiga orang  berarti yang membantu saya saat hari H itu ya dua orang. Padahal di grup lomba keagamaan yang dibuat Eci itu anggotanya berjumlah delapan, bersama saya. Tetapi yang bisa hadir tiga karena sisanya ada acaranya seperti itu. Ya karena itu akhirnya saya ngajak Bintang itu tadi, supaya dia bisa belajar sosialisasi seperti itu. Ya walaupun ironisnya, pas hari H panitia yang hadir di lokasi berjumlah 18 orang. Dalam hati saya "tahu seperti ini saya tidak ngajak Bintang dari awal." Jujur 18 orang itu menurut saya terlalu banyak. Ya akhirnya sampai di sana banyak panita yang tidak tahu tugasnya apa. Banyak juga panitia yang diam main hp saya perhatikan. Ya sebab mereka tidak hadir pas briefing. Tahu-tahu yang ada makanan juri dimakan oleh mereka. Plastiknya dibuang sembarangan di dalam masjid. Saya tanya "loh kok banyak ini yang hadir? Sari kamu juga ikut?" Salah satu di antara mereka menjawab "saya panita mas, saya anggota karang taruna mas, dst. " Maksud saya panita lomba apa begitu. Kalau lomba keagamaan itu panitianya ya delapan orang jumlahnya. Ini ditambah lagi sepuluh. Sampai masjid selfie seperti itu. 
      
       Foto di atas merupakan foto peraih penghargaan kostum terbaik, terunik, dan kreatif kategori anak-anak. Pembaca bisa menilai sendiri sudah apakah ketiga anak di gambar benar-benar layak untuk mendapatkan sebuah penghargaan. Foto tersebut saya peroleh dari Bintang sepupu saya. Menurut penilaian saya, masih ada peserta lain yang lebih layak mendapatkan penghargaan tersebut. 

 
       Selanjutnya, foto dia atas merupakan foto peraih penghargaan kostum terbaik, terunik, dan kreatif kategori remaja dan dewasa. Dari ketiga peraih penghargaan, yang saya kenal hanya pak Mistar saja. Dua orang lainnya adalah kerabat juri. 

       Gambar di atas merupakan peraih kostum kreatif, kategori grup. Di mana jurinya sendiri termasuk di dalam grup tersebut. Ini jelas sangat memihak sekali. Ya mau bagaimana lagi. Dari awal sudah salahnya panitia ini. Menunjuk juri di mana jurinya juga seorang peserta, kan lucu itu namanya. "Ya sudah, ini kan hanya acara kecil saja, tidak apa-apa sudah,  yang penting RT kami sudah mengadakan jalan sehat gitu saja beres." mungkin seperti itu pemikiran semua panitia yang ada di sana. 
       Yang saya kecewa dari panitia adalah mereka gayanya besar sekali. Jalan sambil menggunakan name card, bertuliskan panita lengkap dengan foto mereka. Dari cara jalannya mereka saja kelihatan, kalau mereka ingin menunjukkan "ini loh saya". Hal itu bisa saya simpulkan sebab mereka kerjanya mondar-mandir kesana-kemari. Ya gak tahu ngapain mereka itu. Angkat galon atau barang juga tidak. Ya kesannya hanya ingin menunjukkan bahwa mereka panitia seperti itu. Dan mondar-mandirnya mereka itu di tengah keramaian. Sambil sok cantik seperti itu. Saya tanya jabatan panitia itu sebesar apa sih? 
       Terus terang, panitianya itu banyak. Hanya saja yang terlibat dalam kepentingan jalan sehat kemarin itu juga banyak yang bukan panitia. Contoh saja, MC bukan panitia. Yang mengundi undian benar tiga orang. Dari ketiga orang itu, panitianya hanya satu yaitu ketua panitanya sendiri. Ya boleh dikatakan pembagian tugas panitia di sini tidak merata. Si A tugasnya apa, si B apa, dst, tidak jelas masih tupoksinya. Kemudian yang mengocok kupon peserta adalah Mas Aril. Dia juga bukan panitia. Terus saya tanya, panitianya ngapain? Ya sebagian besar tidak ada. Mereka kerjanya hanya jalan kesana-kemari tanpa ada tujuan yang jelas. Dari sini, saya malas yang mau bantu panitianya. Mau bantu gimana, posisi saya juga sedang memeriksa nomer undian pada kupon saya. Lagi pula, saya mau bantu panitia, mau bantu apa? Yang ada nanti saya malah jalan mondar-mandir kesana-kemari, seperti orang kebingungan seperti itu. Supaya orang yang melihat berpikir "oh ini panitia, mereka sedang sibuk bekerja ini. Ini dari tadi jalan-jalan terus." Terima kasih 

Postingan populer dari blog ini

Rupanya Ada Yang Mengendus Blog Saya

Tiga Tipe Teman Saat Kau Jatuh di Dasar Jurang

Sejak Kapan Presentasi Dilarang Tanya?