Mimpi Bertemu Gusdur PART II

       Tadi pagi, saya bermimpi bertemu Gusdur kembali. Ini adalah kali kedua saya bertemu dengan beliau di dalam mimpi. Yang pertama terjadi di tahun 2019 dan yang kedua di tahun 2023. Perbedaannya, di tahun 2019, di dalam mimpi saya, Gusdur hanya diam saja. Namun, di tahun 2023, Gusdur berbicara. 
        Untuk yang kedua kalinya, saya bertemu Gusdur di dalam mimpi tanpa adanya ekspektasi. Di mimpi pertama pun juga sama sih. Saya sama sekali tidak berdoa atau berharap supaya saya mimpi bertemu beliau. Saya tidak tahu mengapa saya bermimpi bertemu beliau seperti itu. Perbedaannya di sini, di mimpi pertama, saya merasa bahagia sekali bertemu beliau walaupun lewat mimpi. Nah, di mimpi yang kedua saya merasa sedih sekali. Karena ada satu momen di mana Gusdur berbicara, tetapi sayangnya saya tidak mendengar isi dari pembicaraan tersebut. Jadi bisa dikatakan, saya melihat beliau berbicara dengan orang lain, namun saya tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan seperti itu. Nah, jujur itu saya sedih. Untungnya, di scene berikutnya, saya mendengar beliau langsung berbicara kepada saya. Simak ceritanya di bawah.
        Di mimpi kedua, itu ada beberapa scene. Scene pertama, saya melihat Gusdur terbaring di kamar inap rumah sakit. Saya perhatikan dari luar, beliau sedang berbicara dengan seseorang yang saya sendiri pun tidak kenal orang tersebut siapa. Seandainya beliau bicara dengan saya saat itu, mungkin saya tahu apa yang dibicarakan. Nah, ini part yang paling saya sedih. Setelah bangkit dari tidur, saya terus memikirkan dan mengingat-ingat di dunia nyata, "Gusdur itu ngomong apa ya tadi sama orang itu?"
      Scene berganti, di mana kemudian saya berada di sungai Copek, sebuah sungai yang terletak di kampung halaman saya. Saya masih ingat betul, waktu itu masih pagi dan berembun. Setiba di sungai, lalu saya menemukan ada dua pakaian yang diletakkan di dua tempat yang berbeda. Pakaian A terletak di atas batu yang biasa saya jumpai di sungai itu. Batu tersebut merupakan batu antik yang terletak di sungai tersebut. Orang-orang menyebutnya watu kebo, yang dalam bahasa Indonesia berarti batu kerbau, karena sekilas batu tersebut menyerupai badan kerbau. Konon katanya, batu tersebut digunakan orang dahulu untuk bertapa. Itu batu sudah ada sejak zaman kakek dan Mbah Yut saya. Sampai sekarang pun, batu tersebut masih ada. Saya juga heran kenapa batu tersebut bisa tidak hanyut terbawa banjir besar. Pakaian kedua terletak di atas tebing. Dari watu kebo ke atas tebing jaraknya sekitar 2,5 meter. Tebing tersebut merupakan sebuah tempat yang digunakan anak-anak untuk loncat ke bawah sungai. 
       Lalu, di sebelah Utara, saya melihat dua orang tengah menyelam lengkap menggunakan kaca mata renang, lengkap dengan kaki kataknya. Tapi saya tidak melihat mereka membawa tabung gas oksigen. Saya perhatikan saja dari atas tebing apa yang sedang dua orang itu kerjakan. Setelah saya perhatikan, rupanya kedua orang tersebut tengah mencari ikan, dengan cara menyelamkan tubuhnya dan memasukkan tangannya ke dalam sebuah lubang yang terletak di tepi sungai. Itu adalah kebiasaan yang sering saya lakukan ketika saya masih kecil. Kegiatan menangkap ikan dengan cara tersebut disebut dengan gerogoh iwak, yaitu dengan cara menyelamkan tubuh dan memasukkan tangan ke dalam lubang. Biasanya, ikan yang selalu tertangkap adalah ikan pembersih kaca. Lubang-lubang itu adalah sarangnya ikan pembersih kaca, boleh dikatakan seperti itu. Namun, saya tidak melihat kedua orang tersebut mendapat satu ekor ikan pun. Dalam hati saya "haduh nyari ikan seperti itu saja tidak bisa." Sayangnya juga di sini, saya tidak mengenali wajah kedua orang tersebut. Jadi yang hanya terlihat itu punggung dan kaki kataknya itu. 
    Tidak lama kemudian, tiba-tiba datang sebuah sampan membawa perangkap ikan berbentuk balok di sungai itu. Sampan itu datang pas di dekat dua orang yang sedang mencari ikan itu tadi. Saya masih ingat bentuk sampan dan alat perangkapnya itu seperti apa. Namun, susah sekali saya jelaskan di sini. Sekilas, sampan itu mirip dengan sampan atau perahu yang ada di sungai Musi Sumatera Selatan. Ya jadi sampannya itu ada kanopi atau tutupnya yang terbuat dari kayu. Ada mesinnya juga yang terletak di belakang. Kalau alat perangkap ikannya itu sederhana. Sisi-sisinya dari kayu, dan di tengah sisi tersebut terbuat dari kawat yang dianyam. Banyak sekali saya perhatikan ikan yang masuk ke perangkap tersebut. Dan ikannya macam-macam. Ada beberapa ikan yang saya perhatikan berwarna putih atau albino. 
        Scene berganti, di mana saya berada di suatu tempat yang sekilas mirip SPBU. Nah, SPBU itu besar dan luas sekali. Setelah itu, saya perhatikan, ada banyak orang yang akan menyambut sebuah perayaan. Di depan kerumunan orang tersebut ada sebuah truk besar yang memuat gas elpiji berukuran jumbo. Ukuran jumbo di dunia nyata mungkin yang kita tahu adalah ukuran 8 kg. Nah, yang di mimpi saya itu jauh lebih berat dari itu. Saya juga perhatikan, pakaian yang dikenakan oleh banyak orang di SPBU itu adalah pakaian dinas, yang berwana coklat itu loh. Ada juga yang memakai pakaian putih. Salah satu orang membuka tutup truk bagian belakang, sontak tiba-tiba gas beberapa gas elpiji jatuh dan meledak. Semua orang lari berhamburan. Di sini saya perhatikan, tidak ada korban jiwa. Tapi ada beberapa rumah warga yang juga ikut terbakar karena ledakan tabung gas tersebut. Kemudian ada satu orang mendekati truk itu, ada satu tabung gas lagi jatuh dari truk, menggelinding, dan kemudian meledak. 
       Scene berganti, di mana banyak orang memasuki sebuah basement. Saya perhatikan basement tersebut mirip sekali dengan bengkel di depo lokomotif. Lantainya itu hitam pekat karena oli dan solar. Ada banyak pekerja yang memukul besi dengan palu, ada yang ngelas, ada yang lalu lalang. Nah, orang-orang yang memakai baju dinas dan putih itu memasuki basement dengan cara menunduk dan lari berhamburan. Saya pun juga ikut demikian. Mereka saya tanya kenapa lari-lari seperti itu. Salah satu dari mereka ada yang jawab takut ada yang meledak katanya. Padahal di sekitar tidak saya jumpai ada tabung gas. Ada satu orang lari dan melompati tumpahan minyak atau solar itu saya tidak tahu. Saya bilang "pak jangan lari-lari nanti terpeleset." Orang itu masih lari, ya saya kejar dia. Dia memakai baju putih, helm arsitek atau kontraktor, dan membawa map kertas. Saya hampiri beliau, dan rupanya beliau adalah Bapak Fauzan, kepala sekolah di tempat saya mengajar. Saya bilang "pak jangan lari-lari". Beliau jawab "saya takut ada yang meledak. Makanya lari". Saya bisa bilang " ya sudah pak, kalau lari lewat pinggir saja". Bisa seperti itu respon saya, bingung saya. 
       Scene berganti, di mana ada beberapa wartawan sedang menanyai seseorang. Seseorang itu adalah Bapak Ganjar, salah satu capres RI. Ya, di dalam mimpi saya juga ada pak Ganjar. Ditanya kan beliau "ada tujuan apa ya pak datang kemari?" Beliau jawab "tidak ada, saya mau memeriksa saja apakah rumah saya ikut meledak atau tidak. Ternyata yang meledak itu rumah bapak Seneli dan bapak Mistari (nama tetangga saya), bukan rumah saya". Lokasi wawancara tersebut di depan masjid Al Ikhlas lama. Sekarang masjidnya kan baru begitu. 
       Scene berganti, di mana saya dan pak Ganjar berada di ruangan inap Gusdur. Saya dan pak Ganjar berada di dekat Gusdur saat itu. Gusdur berbicara kepada saya dan pak Ganjar. Beliau berkata "anak usia 10 tahun bisa mendebat orang tuanya, itu dikarenakan hp." Di momen selanjutnya, Gusdur berbicara kepada pak Ganjar, dan saya tidak mendengarnya dengan jelas. Sampai pada akhirnya saya memotong pembicaraan beliau "gimana-gimana Gus?" Di sini saya mencoba untuk menyimak dan mendengarkan secara seksama. Saya dan pak Ganjar mendekatkan telinga kami ke Gusdur yang tengah terbaring di kamar inap. Gusdur berkata "di akhir bulan Agustus ini dan mendekati tahun pemilu ini, Indonesia akan mendapatkan banyak masalah. Zaman saya sebelum menjabat jadi presiden dulu juga begitu." Hanya dua pernyataan itu saja yang dikatakan oleh Gusdur di dalam mimpi saya, sebelum akhirnya saya terbangun dari tidur. 
       Bangun dari tidur, saya melihat jam di hp saya. Waktu menunjukkan pukul 04:30 lebih sekian menit. Saat itu saya duduk termenung sambil mengingat-ingat apa yang dikatakan oleh Gusdur di dalam mimpi saya. Namun, saya hanya mampu mengingat dua perkataan itu saja dari beliau. Terasa amat kecewa sekali saya. Sebab hanya mampu mengingat dua perkataan itu saja begitu. Berbeda dengan mimpi yang pertama pada tahun 2019 lalu, saya amat gembira sekali mimpi bertemu Gusdur. Sekian terima kasih 
      
   

      



 

Postingan populer dari blog ini

Rupanya Ada Yang Mengendus Blog Saya

Tiga Tipe Teman Saat Kau Jatuh di Dasar Jurang

Sejak Kapan Presentasi Dilarang Tanya?