Apa Sih Yang Dimaksud Dekat dan Pendekatan?

       Pertama kali saya mendengar kata dekat itu saat saya kelas XII MA. Tetapi saat itu saya tidak berusaha untuk mencari tahu lebih dalam apa sih yang dimaksud dekat tersebut? Saya mendengar kata dekat dari teman bernama Inggrid. Ceritanya begini, saya itu hendak kembali ke kelas saya. Di tengah jalan ketemu Ardi sahabat dekat saya dan Inggrid ini. Ardi menyapa saya, saya respon "iya" saja. Inggrid bilang ke Ardi "hmm dulu padahal dekat dengan saya." Mendengar itu saya cuek dan jalan lurus saja ke depan. Ini saya saat MA seperti itu ya, cuek, bodoh amat, dan tidak memperdulikan perasaan teman. Itu saya jalan lurus saja tanpa memperhatikan Inggrid. Perlu diketahui Inggrid ini adalah teman saya saat di MTs. Mulai dari kelas VIII saya satu kelas dengan dia seperti itu. Namun, ketika kami MA, kami hampir tidak pernah menyapa sama sekali. Saya juga tidak ingat saya pernah nyapa atau bicara dengan dia begitu. 
       Memang saat Mts dulu saya itu pernah chat via SMS dengan Inggrid ini. Ceritanya begini, saya niat chat teman saya, namanya Sahrul. Saya terkejut setalah tahu rupanya yang balas itu bukan Sahrul, tetapi Inggrid ini. Dari sini saya tahu bahwa Sahrul dan Inggrid tengah berpacaran. Jujur saya itu tidak pernah tahu mereka ini berpacaran. Saya tanya "kok kamu yang balas?" Inggrid jawab "kita tukeran kartu hp." Dulu saya masih belum mengerti kenapa ya orang pacaran musti tukaran kartu hp begitu. Ini kan membuat orang bingung saja ya. Kini saya menemukan jawabannya, yaitu supaya orang tahu bahwa masing-masing dari mereka mempunyai pacar begitu. Cara itu bisa juga dilakukan supaya untuk mengkontrol pacarnya, apakah dia selingkuh atau tidak. Kan nanti ketahuan sendiri, siapa saja yang chat begitu. Isi chatnya apa seperti itu. Ya walaupun telah menggunakan cara itu Sahrul akhirnya juga putus pacaran dengan Inggrid, dan lanjut berpacaran dengan teman kelas saya juga bernama Viera. 
       Saat saya semester 7, ceritanya saya mau mengumpulkan tugas di ruangan dosen saya yang terletak di LP2M depan masjid Sunan Ampel UIN KHAS Jember. Tidak hanya mengumpulkan, melainkan kami disuruh menjelaskan secara lisan mengenai tugas kami seperti itu. Setelah selesai, saya turun ke lantai pertama, di situ saya bertemu dengan teman-teman kelas saya. Terjadilah sebuah obrolan di sini. Di tengah-tengah obrolan kami, tiba-tiba ada dua orang teman PPL saya, menyapa saya. Sontak saya kaget dan teman saya bertanya "sih siapa itu pak Galuh?" Saya jawab "teman PPL saya mbak." Teman saya ini bernama mbak Lutfi tiba -tiba berkata "Galuh ini calon laki-laki idaman semua wanita ini. Saya perhatikan dia tidak pernah dekat dengan perempuan." Respon saya saat itu diam saja. Saya gak ngerti yang dimaksud dekat dengan mereka itu apa. Di benak saya dekat yaitu kita duduk bersebelahan, saat presentasi misalnya. Saya dan teman-teman saya di LP2M lantai pertama ini juga dekat karena posisinya kita sedang ngobrol seperti itu. 
       Akhir perkuliahan S1, saya mendengar kata "dekat" itu lagi dari teman saya bernama mbak Awaliyah. Ceritanya begini, ada teman saya namanya mbak Sasha jatuh sakit. Teman-teman saya berinisiatif untuk menjenguk dia di rumahnya. Singkat cerita, setelah itu kami foto bersama di area rumah mbak Sasha itu. Kalau tidak salah saya berkata "ayo habis ini ke rumah siapa ini?" Mbak Awaliyah bilang "ke rumah kamu Luh. Kenalkan ini teman-teman semua ke ortu kamu. Nanti enak tinggal dipilih. Tapi sekarang Galuh lagi dekat sama mbak Luluk ya?" Kurang lebih seperti itu. Mendengar itu saya berpikir "kapan saya pernah dekat dengan mbak Luluk?" Ya Allah jujur polos sekali saya. Justru yang saya ingat adalah dekat dengan mbak Luluk ketika saya duduk di dalam bus. Dulu ceritanya saat di atas bus itu saya mabuk darat, oleh kernet busnya dipindah ke depan. Nah, di depan ada tempat yang kosong satu, saya duduk situ, tepat disamping mbak Luluk. Itu pun saya sebelumnya juga bilang maaf dan izin dulu sama mbak Luluk kalau saya duduk sana. Nah, dekat itu menurut saya itu seperti itu. Aduhh polos sekali pokoknya sudah ampun saya. Terus terang saya bingung mbak Awaliyah berkata demikian kepada saya. Setelah saya ingat-ingat, saya memang pernah sesekali komen statusnya teman-teman termasuk mbak Luluk ini. Dengan dia juga saya belajar mengenal apa sih itu cinta, wanita, dan pacaran. Ada satu momen saya ingat mbak Luluk screenshot percakapan kami di wa kemudian dijadikan status wa. Mungkin ya, namanya mungkin kan, mungkin mbak Awal mengira kami dekat ya dari status yang dikirim mbak Luluk itu. Tapi terus terang saya dengan mbak Luluk ini teman baik dan saya tidak pernah chat dia sampai berpikir ke arah sana, belum pernah sih. Ke arah sana maksudnya, chat karena ada maksud tertentu seperti menjalin hubungan asmara seperti itu. Nggak pernah saya berpikir seperti itu.  
       Selanjutnya saya mendengar kata "dekat" ini dari Bu Kunti dan Bu Nuris saat saya berkerja sebagai guru honorer di sebuah SDN di Jember begitu. Itu terjadi pada tahun 2022 itu. Ceritanya kami sedang istirahat di depan kelas setelah ikut kirab atau pawai tanggal 1 Muharram. Acara tersebut rutin dilaksanakan setahun sekali. Kami semua ngobrol di depan kelas, salah satu guru tanya "Pak Galuh ini gak pernah pacaran tah?" Saya jawab dengan nada rendah "tidak pernah Bu?" Salah satu guru lagi tanya "tapi pernah dekat dengan perempuan kan pak?" Saya diam saja saat itu. Jujur teman-teman, saya itu memang tidak mengerti apa sih yang dimaksud dekat dan pendekatan itu. Jujur saya tidak ngerti, bukan mau pura-pura berlagak tolol saya di sini bukan. Saya tanya ke Bu Kunti dan Bu Nuris "dekat itu bagaimana sih Bu?" Bu Kunti "saling chat gitu pak." Saya berpikir "oh kalau saya chat dengan perempuan itu tandanya saya sedang dekat ya?" Di situ saya sedikit gelisah karena sadar oh jadi selama ini saya dekat dengan wanita ya. Saya langsung takut dan khawatir kalau seandainya nanti ditanya istri saya, saya mau jawab apa. Padahal saya hanya sekedar chat saja gak punya maksud macam-macam. Saya benar-benar takut kena marah istri saya. Ini padahal saya belum nikah loh, tapi entah kenapa takut begitu. Takut dia berprasangka buruk dan berpikir yang aneh-aneh begitu. Takutnya terasa sampai sekarang. Namun, sebenarnya saya chat dengan teman-teman hanya sekedar chat saja begitu supaya tidak ada kesan sombong. Saya yakin 100% teman-teman itu tahu karakter saya dan gak akan berpikir negatif terhadap saya seperti saya sedang pendekatan seperti itu .
      Beberapa hari kemudian, saya bertemu Bu Jihan di kelas 2A dan menanyainya "Bu yang dimaksud dekat itu apa sih? Ini saya chat dengan perempuan, apakah saya boleh disebut sedang dekat dengan perempuan?" Bu Jihan mendengar pertanyaan saya sambil tertawa dan menjawab "beda pak laki-laki yang mau pendekatan dan tidak, kelihatan dari isi chatnya." Asli saya benar-benar takut loh. Takut dimarahin dan dicurigai istri saya nanti. Asli saya sebelum tidur itu ya menyesal dan kecewa. Di situ saya memutuskan untuk tidak chat teman perempuan lagi sudah. Jujur saya chat teman saya itu hanya sekedar tidak ingin dibilang sombong. Karena di kelas itu banyak teman perempuan yang tidak menyukai saya karena saya terlalu diam jarang interaksi. Kalau lewat chat berani saya, kalau secara langsung itu saya malu, walaupun sudah kenal baik. Tanya saja sudah teman perempuan saya itu, kan benar saya pendiam dan pemalu orangnya. Saya itu selama pegang handphone gak pernah kirim vn ke teman perempuan saya, apalagi telpon wa dan vc gak pernah saya. Saya itu hanya main chat saja. Saya percaya teman saya kenal pribadi saya dan mereka pasti tidak berpikir aneh-aneh kalau saya chat mereka seperti contohnya ingin pendekatan begitu. Tapi takutnya itu terbawa loh sampai kena mental saya. Ya ini gara-gara jawaban dari Bu Nuris dan Bu Kunti sampai saya berpikir demikian. Saya mikirnya sempit, kalau saya chat perempuan itu tandanya saya dekat dan pendekatan begitu. Padahal faktanya tidak seperti itu. 
       Saya itu sempat belum puas dengan jawaban Bu Jihan, saya tanya mbak Savira lewat wa. "mbak apa benar kalau saya chat perempuan itu artinya saya dekat dan pendekatan?" Mbak Savira jawab "heh yo nggak mesti lah Luh. Kamu suka gak sama perempuan yang kamu chat itu?" Saya jawab "nggak mbak" Mbak Savira bilang "nah ya bukan pendekatan itu berarti. Kalau pendekatan itu luh, karena di dasari unsur suka, terjadi chat yang intens antara keduanya bahkan setiap hari, setiap waktu (pagi, siang, sore, malam) chat-chatan terus dan saling balas membalas dan memberi perhatian. Kalau kamu emang begitu juga nggak?" Saya jawab "gak pernah saya chat sampai seperti itu mbak." "Nah berarti kamu tidak sedang dekat dengan perempuan Luh? Dapat dilihat dari chatnya, biasanya salah satu di antara mereka yang pendekatan memberikan perhatian begitu seperti tanya apakah sudah makan, jaga kesehatan, deep talk lah begitu. Kamu loh gak gitu aku lihat." Mendengar jawaban mbak Savira saya jadi tenang "huh berarti saya aman ini." Lagian saya chat dengan perempuan, itu pun perempuan yang sudah saya kenal, teman kelas saya sendiri. Masa iya mereka tidak tahu karakter saya begitu. Kalau belum kenal, ya jelas malu lah saya. 
       Seiring berjalannya waktu, saya masih belum mengerti apa yang dimaksud dekat dan pendekatan. Mengapa dia melakukan pendekatan dan bagaimana dia melakukan pendekatan, itu saya tidak ngerti. Namun sekarang saya ngerti bahwa dekat itu merupakan suatu hubungan. Hubungan yang melibatkan kontak, baik primer maupun sekunder. Dengan adanya kontak memungkinkan terjadinya komunikasi. Komunikasi yang dilakukan secara terus menerus menimbulkan interaksi. Nah pada interaksi ini lah seseorang yang dekat mulai mengenal lebih dalam. Mereka mulai saling terhubung dan terikat, baik batin maupun emosional. Hubungan antar sesama laki-laki atau perempuan yang dekat dikenal sahabat. Nah, hubungan antar laki-laki dengan perempuan yang dekat itu saya belum tahu. Gebetan atau crush mungkin ya. Tapi masih belum berpacaran seperti itu. Ya dekat gitu lah, selangkah lagi bisa pacaran itu sudah mereka. Memang sebelum pacaran, kedua lawan jenis ini kan melalui fase pendekatan terlebih dahulu. Masa iya langsung ngajak pacaran kan gak mungkin. Tapi ini ya, menurut ilmu laduni yang saya peroleh, dalam fase pendekatan ini riskan seseorang mengambil keputusan sebab lawan bicara kita tidak akan menunjukkan yang jelek-jelek kepada kita. Yang bagus-bagus saja begitu yang ditunjukkan. Supaya yang mendekati itu tertarik. Selain itu, riskan juga terjadi sifat manipulasi dari salah satu pihak yang membuat kita seolah-olah merasa bersalah. Kedua membuat kita merasa kasihan. Muncul rasa perhatian kemudian agar lawan bicara kita tidak marah kepada kita atau justru bahkan kita merelakan hati kita untuk seseorang agar dia itu tidak marah dan meninggalkan kita. Memang dasarnya orang Indonesia itu kan gak enakan. Ada lawan bicara yang marah tehadap kita, kita itu kepikiran terkadang. Walaupun sebetulnya marahnya itu dibuat-buat sebagai bentuk mencari perhatian saja. Nggak beda jauh dengan drama lah seperti itu. 
       Dengan menyelami kata dekat dan pendekatan ini saya jadi semakin tahu kenapa ya teman-teman sekolah saya dulu itu selalu minta nomer hp wanita yang menurut mereka cantik. Tentu, dia ingin chat dengan wanita tersebut. Sehingga terjadi lah sebuah pendekatan. Pertama pendekatan dulu, kalau sudah pendekatan baru dekat sudah. Dekat adalah hasil akhir dari adanya proses pendekatan. Mohon maaf ya kalau salah. Namun, saya itu kadang sulit mengidentifikasi mana dekat dan tidak dekat seperti itu. Justru mereka yang sedang dekat itu yang tahu bahwa mereka sedang pendekatan seperti itu. Kalau dekatnya laki-laki dengan laki-laki itu mudah saya identifikasi. Misal ditanya "siapa dia? Kamu kenal dia?" Bisa kan saya jawab "oh dia itu teman dekat saya pas MAN." Nah kalau laki-laki dan wanita itu bagaimana ya? Kalau saya jawab "dia teman dekat saya." Saya khawatir penanya akan curiga dan berpikir yang tidak-tidak begitu. Ngapain kamu dekat dengan perempuan seperti itu kalau gak ada apa-apa? Jawaban yang ada di benak saya ya bukan dekat tapi sekedar teman begitu. 
       Lalu yang membuat saya sulit mengidentifikasi lagi adalah yang tahu sedang pendekatan adalah mereka yang pendekatan. Pernah saya dengar dari mbak Luluk itu, dia itu pendekatan selama enam bulan begitu, pacaran hampir empat tahun. Nah yang saya bingung pada masa enam bulan itu kok dia tahu dia sedang pendekatan? Misalnya ini ya saya buat sederhana. Teman perempuan saya chat saya, saya balas. Saya nyaman chat dengan dia, begitu pun dia. Terjadi sebuah interaksi kan di sini. Saya tanya "apakah boleh saya bilang kalau kami pendekatan?" Yang saya bingung itu kok mereka sadar kalau mereka sedang melakukan pendekatan begitu. Saya saja ketika chat perempuan gak ada sadar-sadarnya ini kalau saya sedang pendekatan. Saya yakin pendekatan di sini bisa diidentifikasi kalau isi chat itu cenderung mengarah pada hal-hal yang selanjutnya menempatkan kita ke arah pacaran. Asli takut saya karena ini. Takut wanita yang saya ajak chat berpikir saya sedang melakukan pendekatan, dan takut kalau saya itu gak sadar kalau apa yang saya lakukan itu termasuk pendekatan. Kalau saya bisa menjaga perasaan saya, nah lawan bicara saya ini loh kan saya gak tahu. Tetapi saya telah menanamkan pada diri saya bahwa teman perempuan yang saya chat itu tidak akan ada perasaan sama saya.
      Saya itu pernah cerita ke Dadang, teman saya. Bahwa saya dulu itu pernah belajar mengenal apa itu cinta, wanita, dan pacaran dengan seseorang dari Makassar. Begitu saya belajar pacaran, teman saya ini tidak tahu begitu. Dikira saya ini berpacaran sungguhan dengan dia. Namun saya sudah beri klarifikasi kalau saya itu ingin belajar dulu seperti apa sih itu pacaran. Itu pun belajarnya saya lewat chat saja. Saya tanya Dadang, "apakah kita bisa disebut pacaran ya Dang? Soalnya dia tidak tahu begitu kalau saya belajar?" Dadang jawab "ya nggak lah, cuma dekat saja itu. Kan kamu sudah klarifikasi sama dia." Tapi dulu itu saya berpikir "kok dekat ya? Saya gak pernah dekat dengan dia padahal." Kejadian ini juga pernah membuat saya sampai takut kalau suatu hari ditanya istri saya begitu. Sejak saat itu saya membatasi diri saya untuk  chat perempuan lagi. Karena saya takut dikira ini dan itu. Hampir tiga tahunan itu saya gak pernah chat teman sekelas saya saat menempuh S1 dulu. 
     Kejadian takutnya saya chat dengan perempuan ini mengingatkan kejadian saat saya PPL di salah satu SMAN di Jember tahun 2019 silam. Saya itu nggak tahu apa-apa, dalam sebuah ruangan tempat kami guru-guru PPL berkumpul, salah satu teman saya namanya Bu Dina pernah berkata bahwa dia itu ingin sekali sholat tahajud, namun sering kebablasan, padahal sudah ada alarm. Kemudian saya menawarkan diri supaya saya saja yang bangunkan dia. Karena mohon maaf, saya orangnya Alhamdulillah juga rajin tahajud. Setiap pagi dini hari sekitar jam tiga lah, saya itu chat dia "Bu bangun." Kemudian saya telpon singkat, habis itu saya matikan lagi. Memang sengaja singkat supaya gak diangkat oleh dia. Ini berlangsung sekitar hampir 10 hari lah. Tiba-tiba pas di tempat kumpul PPL, Bu Dina ini cerita ke teman namanya Bu Faridah kalau saya ini selalu membangunkan dia sholat tahajud. Dulu saya itu mikirnya biasa dan santai saja. Apa yang salah kalau kita menolong teman dalam hal kebaikan? Saya gak ada maksud tertentu kok. Kalau dia terbangun untuk tahajud karena saya itu artinya kan saya kecipratan pahalanya juga. Seiring berjalanya waktu, saya kembali berpikir oh Bu Dina dan Faridah ini sepertinya mikir yang nggak-nggak tentang saya. Contohnya dikira saya sedang pendekatan seperti itu. Jujur saya takut ya komunikasi dengan perempuan itu sampai dengan sekarang. Saya hanya komunikasi ala kadarnya saja begitu. Saya takut saya dikira sedang pendekatan seperti itu. Walaupun faktanya bukan seperti itu. Pernah saat mau mengumpulkan laporan PPL, kami berkumpul di sebuah tempat ibu-ibu jual gorengan. Ada Bu Dina sama Tarom, lalu saya mendekat ke mereka, tiba-tiba Bu Faridah tidak mengizinkan saya. Saya nggak tahu kenapa begitu. Rupanya Tarom dan Bu Dina ini tengah berpacaran seperti itu. Bu Faridah takut kehadiran saya mengganggu mereka berdua begitu. Padahal saya itu hanya ingin cerita-cerita saja bukan menggangu mereka pacaran. 
       Saya itu pernah dengar kata-kata dekat tapi saya lupa siapa yang mengatakan. Oh iya, saya pernah dichat nomer misterius. Isinya itu ada sebuah gambar lengkap diberi caption bahwa si pengirim dapat pesan dari seseorang kalau seseorang itu ada perasaan pada saya. Saya hanya bilang terima kasih saja saat itu. Tapi saya tidak tanya dia ini siapa. Saya mengira ini mbak Rere, teman kelompok PPL PPG saya, karena berdasarkan pengalaman saya, dia ini suka goda-goda saya begitu secara langsung. Namun saya hanya anggap itu sekedar gurauan saja. Temen-temen yang lain pun saya perhatikan suka begitu menjodohkan saya dengan mbak Rere ini. Dari situ, saya coba tanya mbak Rere kemudian. "Sampean tahu nomer ini?" Ada namanya tapi saya lupa. Rupanya mbak Rere gak tahu itu nomer siapa dan berkata "hayo sedang dekat dengan siapa?" Apa sih dekat itu teman-teman? Saya jujur nggak paham rumus-rumus dunia asmara. Kemarin saya juga dibingungkan dengan istilah overthinking. Teman saya berkata saya ini overthinking katanya. Padahal tidak demikian. Saya mohon maaf sudah, orang Indonesia itu banyak yang pintar masalah asmara dan relationship. SD pun banyak yang pandai masalah percintaan seperti itu. 
     Simpulan yang didapat dari tulisan ini ialah seseorang yang tengah dekat dan pendekatan itu dia sadar. Sedangkan yang tidak sadar itu bukan dekat dan pendekatan dalam tanda kutip dekat untuk mengenal dia lebih jauh dan mengajaknya menjalin hubungan di jalan yang salah. Contohnya saya, saya itu tidak pernah tahu kalau dengan chat teman perempuan itu disebut dekat. Iya asal chat saja begitu sudah. Nah, chat itu kadang sering saya lakukan secara kontinuitas, karena teman saya ini responnya cepat. Misalnya ditanya "kamu lagi dekat dengan dia?" Jujur saya tidak tahu. Itu polosnya saya di sana. 
       Bikin pusing saya saja membahas masalah ini. Jujur bingung saya sampai sekarang. Kelompok PPL saya semuanya perempuan kecuali saya, kadang sulit sekali menghindari chat dari mereka. Oke, saya tidak chat mereka, lah mereka kadang chat saya untuk bertanya masalah tugas, lantas saya harus bagaimana? Ada teman kelas saya perempuan chat saya, dia izin gak ikut mata kuliah A, kebetulan saya penangguhan jawab mata kuliah tersebut. Masa iya harus saya abaikan? Sangat sulit sekali bagi saya untuk menghindari chat perempuan itu. Mohon maaf saya benar-benar takut disangka dekat. Oke saya tidak merasa dekat, lah bagaimana dengan mereka? Ini saya sekarang sedang berusaha mengurangi chat dengan perempuan. Tapi susah sekali begitu. Setiap saya chat teman perempuan, mesti dibalas dan berlanjut. Nggak ada temen perempuan yang cuek dengan saya. Mohon maaf kalau keluar dari tema, dari situ saya juga tahu, kalau kita lama balas mereka, chat kita juga bakal dibalas lama. Kita read saja misalnya chat mereka, mereka bisa saja cerita ke teman-temannya. "Aku chat dia cuma diread aja sombong. Padahal aku cuma nanya tugas." Saya jadi teringat Ikhsan, teman kelas saya. Dia dulu pernah berkata sama saya "wanita itu jahat." Ikhsan ini setiap dipegang perempuan tangannya, dia gosok-gosok pake telapak tangannya sendiri bekas pegangan tangan perempuan tersebut. 
       Dari sini saya sadar bahwa saya telah melakukan kesalahan besar yakni pernah chat perempuan. Walaupun saya meyakini bahwa saya chat perempuan tidak ada maksud tertentu, hanya sekedar chat saja, itu juga salah. Yang menyalahkan saya sendiri mohon maaf. Karena saya ambil jalan tengah saja, untuk hati-hati. Bagi saya chat perempuan itu ya riskan disebut dekat. Biar tidak disebut demikian, nggak usah chat perempuan saja. Bahaya lewat chat ini teman-teman, sangat bahaya bahkan. Bahayanya yaitu, kita chat normal, perempuan menerimanya tidak demikian. Walaupun itu teman yang sudah kenal atau bukan, saran saya jangan dichat sudah. Chat teman laki-laki saja. Teman PPL saya itu awalnya hanya chat tanya tugas saja, lama-lama ya dekat. Tanya tugas itu barangkali dijadikan sebagai alat tipu daya, karena memang tujuannya ingin dekat dengan si perempuan. Intinya jangan chat wanita saja, bahaya sekali teman-teman. Kalau kita yang dichat, mending gak perlu dibalas. Biar saja mereka emosi-emosi sendiri. Nggak perlu kasihan karena kita melakukan sesuatu yang benar di mata Allah. Misal kamu suka sama wanita itu, tapi belum waktunya karena kamu masih sekolah, sabar saja sampai waktunya tiba ya. Jika kau dekat dengan Allah, Dia akan menjaga kesucianmu sampai waktu itu tiba. Mintalah perlindungan pada-Nya. 

      

Postingan populer dari blog ini

Rupanya Ada Yang Mengendus Blog Saya

Tiga Tipe Teman Saat Kau Jatuh di Dasar Jurang

Sejak Kapan Presentasi Dilarang Tanya?