Pesta Perayaan Tahun Baru 2025 di Jember: Kembang Api Jadi Sorotan

       Selain aktifitas bakar-bakar bersama keluarga, perayaan tahun baru identik dengan pesta kembang api. Kembang api tersebut lazimnya disulut tepat pada pukul 00:00. Itu merupakan makna simbolik bahwa tahun telah berganti. 
       Di Jember, masyarakat banyak yang meramaikan tahun baru di alun-alun. Terpantau sekitar pukul 20:30 WIB, alun-alun Jember sudah dibanjiri lautan manusia. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam bersama keluarga di sana sambil menunggu malam pergantian tahun. 
      Setelah makan bersama sekitar pukul 21:30 WIB, pak de saya mengajak saya untuk menonton pesta kembang api di area dekat persawahan. Sebetulnya ingin saya tolak ajakan itu, namun saya terima semata-mata ingin menghargai pak de saya. Kalau dipikir-pikir lagi, sudah lama saya tidak menonton pesta kembang api dalam rangka pergantian tahun di Jember. Terakhir itu saya nonton di sawah ditemani ibu saya saat tahun 2007 silam. Saya masih ingat betul beliau saat itu mengandung adik saya. Jadi ceritanya beliau sedang ngidam kembang api begitu. Iya tidak apa-apa lah, kali ini saya coba nonton saja. 
      Pukul 23:50 WIB, kami bergegas ke sawah. Rupanya sampai di sana, banyak sekali orang yang mau menonton kembang api juga. Tampak dari kejauhan, dua drone diterbangkan di area alun-alun Jember. "Wah pasti meriah ini" dalam hati saya. Pukul 23:58, banyak orang mulai mengarahkan ponselnya ke langit. Singkat cerita pada pukul 00:00, kembang api diluncurkan. Saya yang sudah lama tidak pernah melihat pesta kembang api saat pergantian tahun ya merasa senang jujur. Tapi tidak dengan kebanyakan orang di sana. Dalam hati saya "loh aneh orang-orang ini, ngapain menggerutu semua?"
       Menurut mereka pesta kembang apinya tidak semeriah tahun lalu. Adik saya juga berpikiran demikian. Adik dan sepupu saya pulang dengan raut wajah kecewa. Mereka sudah berharap kembang apinya lebih meriah dari tahun lalu, mengingat alun-alun Jember tahun ini tampil dengan wajah baru. Menurut saya, wajar ekspektasi masyarakat tinggi seperti itu. Setelah saya coba cari tahu, saya akui memang kembang api pada perayaan tahun baru kali ini tidak semeriah tahun lalu. 
      Saya kira hanya mereka yang berpikiran demikian, rupanya keesokan harinya kami lihat di sosial media, banyak netizen yang berkomentar masalah kembang api. Banyak yang menanyakan kenapa tidak semeriah tahun lalu kembang apinya. Tetangga saya yang kebetulan waktu itu nonton langsung di alun-alun juga merasa kecewa. Mereka menunggu berjam-jam di sana untuk menyaksikannya pesta kembang api. Namun ternyata kembang apinya tidak semeriah tahun lalu. Menurut mereka kembang api yang disulut adalah kembang api yang biasa dijual di tepi jalan. Saya pribadi juga tidak tahu kenapa. Lagipula mau kembang api meriah atau tidak, masyarakat masih tetap belum bisa menjaga kebersihan lingkungan setelah pesta tahun baru berakhir. Berapa ton sampah dalam sehari yang dihasilkan setelah pesta tahun baru di alun-alun Jember itu. Pembaca bisa googling sendiri. 
         Menurut saya kembang api tetaplah kembang api. Dan tahun baru itu bukan soal kembang api maupun terompet, tetapi soal membagikan momen indah bersama keluarga, seperti permohonan maaf barangkali ada salah selama satu tahun dan disertai dengan doa ke depan semoga lebih baik di tahun baru. Bagi saya pribadi, menonton kembang api di area sawah dengan pak de, Bu de, sepupu, dan adik merupakan hal yang baik. Saya nggak peduli mau kembang api meriah atau tidak. Sama saja akhirnya, masyarakat belum bisa belajar membuang sampah di tempatnya. Coba belajar caranya membuang sampah di tempat, besar kemungkinan tahun depan pesta kembang apinya lebih meriah. 
      
      

Postingan populer dari blog ini

Rupanya Ada Yang Mengendus Blog Saya

Tiga Tipe Teman Saat Kau Jatuh di Dasar Jurang

Sejak Kapan Presentasi Dilarang Tanya?