Utopia Pribadi: Kebijakan Personal Vehicle Free Every Morning di Kreongan Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur
Kreongan merupakan sebuah daerah yang terletak di Kelurahan Jember Lor, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur. Nama Kreongan sendiri berasal dari bahasa Madura ngreong yang berarti ramai. Nah, kreongan artinya keramaian, menandakan sebuah wilayah yang ramai. Tidak ada yang tahu pasti, kapan pertama kali nama Kreongan itu ada. Namun, menurut sumber yang saya peroleh dari Katreka.blogspot.com, nama Kreongan ini sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka, tepatnya sekitar tahun 1830-1897.
Dulu, ketika naik angkutan umum bersama ibu, sopir selalu bertanya kepada kami "turun mana?" Ibu menjawab "Kreongan pak." Saya yang waktu itu masih kecil meyakini bahwa tempat tinggal saya di Kreongan. Bahkan, saat masih SD saya menuliskan alamat pada buku tulis saya di Kreongan. Perlu diketahui alamat rumah saya di Jalan Nusa Indah VII gang Anker. Semua orang meyakini bahwa alamat tersebut terletak di Kreongan, dan itu memang benar. Gang Anker, anker sendiri merupakan singkatan dari Anak Kereongan. Orang yang tidak tahu beranggapan gang Anker itu ya banyak hantunya, tetapi tidak demikian faktanya ya.
Ketika saya mulai beranjak dewasa, saya berpikir "saya ini tinggal di Kreongan, tetapi Kreongan ini sebenarnya apa ya? Desa bukan, kelurahan juga bukan, apalagi kabupaten ya jelas bukan." Jujur, saya tidak menemukan nama Kreongan di alamat yang tercantum pada kartu keluarga kami. Bahkan di KTP saya pun juga tidak saya jumpai nama Kreongan ini. Keraguan saya saat itu mulai terjawab, "jangan-jangan nama Kreongan ini adalah sebutan orang-orang pada zaman dahulu." Dan sebutan itu masih tetap eksis dan melekat hingga sekarang. Bukti nyata eksistensi dari nama Kreongan itu sendiri ialah adanya pasar Kreongan sampai sekarang. Lokasinya dekat dengan rumah saya, sekitar 350 meter lah.
Lagi dan lagi saya kembali berpikir Kreongan ini batasnya dari mana hingga mana ya. Perlu diketahui, Kreongan ini dibagi menjadi dua wilayah, ada Kreongan atas dan Kreongan bawah. Nah, saya tinggal di Kreongan bawah. Dan jujur saya tidak tahu pasti pembagian wilayah Kreongan ini sampai mana begitu. Tetapi saya bisa tahu wilayah A dan B itu bukan termasuk wilayah Kreongan saya tahu. Begitu saya lihat di google map, pembagian wilayah Kreongan hanya ditemukan Kreongan atas saja. Oleh karena itu saya mencoba untuk menggambar sisanya sendiri, dan mohon koreksi jika ada kesalahan.
Kreongan setiap pagi selalu ramai akan kendaraan, entah itu roda dua maupun empat. Sangat cocok sekali daerah ini disebut Kreongan (keramaian) begitu. Tetapi Kreongan tidak selamanya ramai. Kreongan hanya ramai di jam 06:30 pagi saja. Sekitar jam 16:00 sebetulnya ya juga ramai, tapi tidak seramai di pagi hari. Itu di hari-hari biasa. Nah, kalau di bulan suci Ramadhan, sore hari ramai sekali orang berburu takjil melewati Kreongan. Tetapi menurut saya tetap, tidak seramai di pagi hari. Jadi boleh dikatakan Kreongan itu puncak atau klimaks ramainya di pagi hari pukul 06:30. Aduh banyak ditemui kendaraan macet di sana.
Tatkala libur kuliah dulu, saya selalu menyempatkan diri untuk mengantarkan ibu saya ke pasar Kreongan. Kami biasa pergi ke sana sebelum pukul 06:30. Sambil menunggu ibu, saya amati kendaraan yang semakin lama semakin membludak. Apalagi jam 06:30 pas begitu, aduh macet sekali. Seperti tidak ada ruang untuk kendaraan roda dua menyalip begitu saking ramainya. Saya pernah pas kuliah, mengantarkan adik saya yang sekolah di SMKN 3 Jember. Sekolah tersebut kan masih dalam jangkauan wilayah Kreongan tuh. Nah, saya nganter dia itu mepet mau jam 07:00 begitu. Aduh ramai sekali saya perhatikan kendaraan di kanan kiri saya. Lewat jam 07:00 sepi kembali Kreongan itu sudah.
Melihat keramaian dan macetnya kendaraan di Kreongan yang nggak normal seperti itu, membuat saya melukis sebuah imajinasi dalam benak saya. Saya berpikir yang membuat Kreongan jadi ramai itu kan manusianya. Banyak dari mereka yang suka menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan kendaraan umum. Itu yang pertama, yang kedua itu faktor yang gak bisa dirubah (paten), yaitu banyaknya tempat kerja dan sekolah di area sekitar maupun di dalam Kreongan, sehingga wilayah Kreongan ini menjadi titik temunya keramaian. Karena nggak ada jalan lagi selain lewat Kreongan, ya ada tapi kan jauh nanti. Tetapi kalau boleh cerita, mulai dari zaman saya TK (2002-2004), Kreongan ini selalu ramai di pagi hari begitu. Sudah menjadi sesuatu yang tidak dapat dirubah. Apalagi di era sekarang, manusia begitu mudahnya membeli sebuah kendaraan. Oleh karena itu, izinkanlah penulis untuk berandai-andai dalam imajinasi.
Andai penulis ini bupati, penulis akan mengeluarkan kebijakan personal vehicles free every morning di Kreongan. Biarlah Kreongan ramai, tapi bukan karena ramainya kendaraan, melainkan ramainya pejalan kaki. Kalau masyarakat mau berangkat kerja atau sekolah boleh, tapi jalan kaki atau naik kendaraan umum. Kendaraan umumnya tidak boleh motor, mobil, atau bus, tetapi becak dan delman begitu. Kebijakan itu saya keluarkan dengan alasan untuk mencegah kemacetan. Kedua, mengajak masyarakat untuk hidup sehat dengan berjalan kaki, layaknya warga di negara Eropa. Dan yang ketiga ialah untuk mengurangi polusi udara. Nah, kebijakan ini mulai berjalan dari jam 05:00-11:00 WIB. Di atas jam 11:00 bebas warga sudah, mau naik kendaraan pribadi atau umum silahkan. Nanti, di pertigaan dekat pasar Kreongan saya beri tugu besar yang di tengahnya terdapat jam raksasa lengkap dengan sirinenya. Ketika sirine pada jam tersebut berbunyi satu kali, maka artinya jam satu, bunyi lima kali ya jam lima, dst. Tentu gelombang bunyi sirinenya saya buat sekeras dan semenarik mungkin agar warga masyarakat di Kreongan semuanya bisa mendengar.
Saya sebagai bupati akan turun langsung meninjau wilayah Kreongan. Wajib pada pukul 05:00-11:00 tidak boleh ada kendaraan berbahan bakar bensin berkeliaran. Kalau ada, langsung tilang saja. Nanti saya tugaskan polisi untuk berjaga di titik-titik tertentu wilayah Kreongan. Dan kalau ada yang beralasan jarak rumah ke tempat kerja jauh ya terserah cara mereka menuju ke tempat kerja bagaimana, wong punya otak kok. Kan sudah saya sediakan becak dan delman itu sudah. Naik becak dulu sampai luar batas wilayah Kreongan, setelah itu naik taxi atau angkutan umum yang lain terserah. Yang paling penting di dalam teritorial Kreongan, tidak boleh ada kendaraan pribadi atau kendaraan berbahan bakar bensin berkeliaran dari jam 05:00-11:00. Kalau mau naik sepeda ondel boleh, itu kan tidak berbahan bakar bensin, tapi di atas jam 11 ya.
Untuk masa percobaan, kendaraan yang boleh berkeliaran di Kreongan di pagi hari adalah becak dan delman. Kasihan saya, tukang becak sekarang kan sepi peminat. Orang lebih memilih naik ojek daripada becak. Kalau tukang delman ini saya kurang tahu ya, karena di Kreongan tidak ada delman. Maka dari itu saya adakan saja karena delman mampu membawa empat hingga lima penumpang. Kalau becak kan maksimal dua penumpang saja. Khusus ASN baik PPPK atau PNS, wajib jalan kaki ketika melewati Kreongan. Kalau protes, saya mutasi saja mereka, wong saya bupatinya kok. Gaji dapat dari negara, jalan saja malas. Nah, selama dua Minggu saya amati terlebih dahulu, dan saya adakan evaluasi bersama tokoh-tokoh yang ahli dalam bidang tata kota.
Setelah diadakan evaluasi, muncul pertanyaan dari Mas Budi "pak saya setuju dengan kebijakan bapak Bupati, tetapi apakah semua kendaraan pak wajib tidak boleh lewat Kreongan dari pukul 05:00-11:00? Bagaimana dengan ambulans yang mau ke RS Dr. Soebandi? Bukannya akses jalan tercepat adalah lewat Kreongan?" Saya jawab "bagus pertanyaannya ya mas Budi. Saya tidak kepikiran juga ke arah sana. Baik, khusus untuk truk damkar dan ambulans boleh lewat Kreongan, kalau itu sifatnya benar-benar darurat. Tetapi kalau tidak darurat ya muter arah saja jangan lewat Kreongan." Dari arah pojok Mas Yanto bertanya "lalu bagaimana dengan truk sampah yang beroperasi di TPS Jalan Cendrawasih pak? TPS tersebut kan masih di dalam wilayah Kreongan." Saya jawab "wah bagus pertanyaannya ya, sopir truk sampahnya suruh ngambil sampah di TPS sebelum jam 05:00 saja. Atau di atas jam 11:00 juga bisa." Mas Teguh kemudian bertanya "maaf pak, bagaimana dengan nasib para petani yang lazimnya berangkat ke sawah mengunakan mobil pick up di pagi hari?" Saya jawab "suruh berangkatnya sebelum jam 05:00".
Pertanyaan terakhir dari Mas Wawan "pak Jam 05:00 itu apa tidak terlalu pagi ya? Kenapa tidak jam 06:00 saja pak batasnya. Tolong berikan alasan kenapa harus dimulai jam 05:00 pak?" Saya jawab "bagus pertanyaannya, kalau saya keluarkan kebijakan mulai dari jam 06:00, banyak orang kaya yang datang ke tempat kerja sebelum jam 06:00. Dan dalam kurun waktu satu jam, mulai dari jam 05:00-06:00, Kreongan pasti akan dipadati oleh kendaraan pribadi dan tentu berbahan bakar bensin. Karena bangun tidur jam 05:00 itu mudah sekali sekarang. Nah, yang ada kita akan kecolongan di sini mas Wawan. Akhirnya tukang becak dan delman sepi mendapatkan penumpang. Padahal niat awal saya yaitu salah satunya membuat kehidupan mereka jadi sejahtera. Anda ini mohon maaf ya seperti tidak tahu dengan warga kita saja. Warga kita ini malas jalan kaki mas Wawan. Wong tempat kerjanya dekat 500 meter saja loh masih naik motor. Kan sudah ada penelitiannya itu mas dari Universitas Standford bahwa Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara yang warganya malas jalan kaki. Lalu kenapa harus jam 05:00? Sekarang orang kalau mau kerja atau sekolah naik kendaraan artinya kan sebelum jam 05:00 pas, paling mentok jam 04:55 lah. Untuk itu, mereka harus bangun awal paling tidak jam 04:00, itu masih belum dihitung dengan mandi, sarapan, ganti baju, dll. Artinya kalau orang bangun jam 04:00 apa? Besar kemungkinan sholat subuhnya tidak akan terlewat, dan ini tentu bagus untuk orang-orang yang sering terlambat sholat Subuh . Jujur mas Wawan, saya ingin melihat ASN jalan kaki supaya tidak ada yang namanya gap sosial di antara kita dan masyarakat menengah ke bawah. Jangan salah, saya dari rumah ke kantor juga jalan kaki mas. Nah makanya ini kan evaluasi baru dua Minggu, kita lihat saja kelanjutannya. Kalau memang dalam kurun waktu 04:00-05:00, Kreongan masih tetap macet karena kendaraan, ya dirubah saja mulai pukul 04:00 tidak boleh ada kendaraan berbahan bakar bensin berkeliaran di Kreongan. Sekarang logikanya orang gila mana yang mau berangkat kerja dan sekolah sebelum jam 04:00?
Setelah satu tahun diadakannya kebijakan tersebut, rupanya warga Kreongan khususnya, mulai rajin datang ke tempat kerja dan sekolah dengan jalan kaki. Ibu-ibu yang ke pasar Kreongan pun tampak senang jalan kaki tanpa takut diserempet oleh sepeda motor lagi. Udara pagi hari di Kreongan pun senantiasa tampak sejuk. Sementara itu, kicauan burung-burung turut menambah suasana yang menggembirakan. Tampak seorang dokter berjalan kaki sambil menyapa penjual gorengan di dekat Rumah Sakit Paru. ASN turun dari becak sembari memberikan uang kepada tukang becak. Anak-anak sekolah dasar lari riang gembira di depan stadion Notohadinegoro. Seorang guru jalan ke tempat kerja sambil mampir ke penjual durian yang terletak di area pertigaan Kreongan. Tampak tidak ada perbedaan status sosial antara warga Kreongan di sini. Semuanya terlihat sama dan berbaur satu sama lain.
Perlu diketahui, tulisan ini hanya sekedar utopia saja. Jujur penulis sangat mendambakan Kreongan seperti dalam khayalan penulis. Kreongan yang ramai bukan karena kendaraan, tetapi pejalan kaki. Dan mereka semua berjalan kaki dalam keadaan bergembira begitu. Tidak ada wajah lusuh atau pun mengeluh. Kalau pun ada kendaraan, cukup becak dan delman saja. Sekian terima kasih