Ikut Sahur Keliling untuk Pertama Kalinya
Selepas sholat tarawih yang pertama, adik sepupu saya meminta saya untuk begadang dan ikut menemaninya sahur keliling. Saat itu, saya abaikan saja permintaannya. Dia chat saya berkali-kali, tetap saya abaikan. Dia sekitar jam 12 malam, ketok jendela kamar saya, juga saya abaikan. Saya nggak respon dia apa-apa. Ya saya hanya diam saja saat itu. Dari cara saya diam, saya pikir dia pasti tahu apa artinya semua itu. Dalam benak saya saat itu, daripada begadang mending enak tidur saja di rumah.
Keesokan harinya pada tanggal 2 Maret 2025, tepat pukul 02:05 dini hari saya terbangun dari tidur. Saya terbangun karena bunyi keras dari suara pukulan bass dan snare yang dimainkan oleh anak-anak saat sahur keliling. Tiba-tiba saya ingat sepupu saya yang kemarin mengajak saya untuk ikut sahur keliling. Ya sudah di sini saya memutuskan untuk ikut sahur keliling menemaninya. Tentu, saya tidak lupa untuk cuci muka dan gosok gigi terlebih dahulu ya.
Saya saat itu memilih berjalan di belakang rombongan sahur keliling. Saya sengaja pilih bagian belakang karena alasannya nggak perlu nyanyi. Jujur, saya tidak hafal dengan lirik lagunya. Yang penting asal jalan saja begitu saya. Di tengah-tengah perjalan saya merasa "oh jadi gini ya rasanya ikut sahur keliling." Jujur itu pertama kalinya saya ikut sahur keliling di kediaman saya. Saya memandang diri saya "kasihan sekali saya."
Sampai di tengah perjalan, saya memberanikan diri mencolek punggung sepupu saya. Anak-anak yang lain tahu akan keberadaan saya, seketika merasa aneh begitu. Mereka pasti berpikir kok tumben saya ikut sahur keliling begitu. Ya karena jujur dari dulu saya nggak pernah ikut sahur keliling di tempat tinggal saya. Bukan karena dilarang oleh orang tua saya, tetapi saya merasa tidak perlu saja ikut sahur keliling.
Nah, dari mulai saya berjalan itu, saya merasa heran karena tak satu pun orang yang berani menyapa saya. Atau paling tidak basa-basi dengan saya begitu tidak ada. Padahal di sana itu ada beberapa teman masa kecil saya. Kami juga sebaya begitu. Nggak ada ini, nggak disapa saya oleh mereka. Sekilas, saya lihat mereka tampak segan dengan saya. Nah, ini saya tidak suka. Padahal niat hati saya ingin berbaur. Saya nggak peduli status sosial dan privilage yang saya miliki. Ketika kita bermasyarakat ya sudah berbaur jadi satu saja.
Pukul 02:35, kami selesai melaksanakan sahur keliling. Anak-anak semua kembali ke poskamling. Nah, itu saya juga ikut ke poskamling. Sengaja saya tidak langsung pulang ke rumah karena saya ingin dekat dan ngobrol dengan mereka. Tapi tidak ada ini satu pun dari mereka yang membuka pembicaraan dengan saya. Ya sudah kalau begitu, saya diam saja. Saya orangnya kalau nggak diajak ngomong ya nggak ngomong, mengingat saya baru bergabung di sana. Terlepas dari itu, saya merasa sangat senang bisa mengikuti sahur keliling bersama mereka.