Bertanya Tanpa Berpikir terlebih Dahulu
Tadi sore, saya beserta keluarga berkunjung di rumah saudara, mengingat harum lebaran masih ada. Jujur, saya dan adik tidak begitu familiar dan mengenal saudara kami tersebut. Tapi kami tahu seperti itu. Nah, di sini ada momen yang menjengkelkan saya, di mana ada seorang wanita yang bertanya tanpa berpikir terlebih dahulu. Ya asal tanya aja begitu. Dengan kata lain, dia tidak mengerti metode bertanya yang benar seperti apa.
Masuk ke dalam rumah saudara, saya tidak lupa cium tangan dengan tuan rumah. Tadinya ada dua orang (laki dan perempuan). Ada saya temui perempuan tua di dalam kamar yang pintunya terbuka. Saya pun tidak kenal dia siapa karena sebelumnya tidak pernah bertemu di sana. Dan dia juga tidak keluar dari kamar untuk bersalaman dengan kami, ya sudah. Saya sebagai yang muda sebenarnya mau bersalaman. Tapi bagaimana dia ada di dalam kamar. Saya tentu merasa tidak sopan kalau saya nyelonong aja masuk ke dalam kamar dia. Singkat cerita, saya izin ke tuan rumah untuk ke kamar mandi.
Keluar dari kamar mandi, saya duduk di ruang keluarga bersama orang tua dan adik saya. Di saat yang bersamaan, seorang wanita duduk di antara kami. Lalu tiba-tiba dia bertanya pada saya "kerja di mana mas (dengan raut muka yang kurang sedap dipandang)?" Jujur saya mendengar pertanyaan itu jengkel sekali. Karena tiba-tiba begitu. Akhirnya saya jawab saja lah "kerja di SDN ... " Dia tanya lagi "oh ngajar?" Saya jawab "iya." Lalu dia membalikkan muka dengan wajah sinis seperti tidak suka mendengar jawaban saya. Kalau kata orang Jawa melengos seperti itu. Nah, setelah itu nggak ada pertanyaan susulan dari dia lagi sudah. Ya nggak ada cuma tanya gitu aja setelah itu selesai. Jujur, dia saja belum bersalaman dengan saya. Tiba-tiba tanya begitu. Ya paling tidak salaman dulu, baru setelah itu bertanya. Tidak langsung utuk-utuk bertanya demikian. Jujur pas saya masuk, saya nggak sempat melihat dia. Ngga tahu dia kemana. Nah, baru setelah selesai keluar dari kamar mandi itu, saya sudah melihat dia duduk santai di ruang keluarga bersama dengan orang tua, adik, dan tuan rumah yang lain.
Begini ya teman-teman semuanya, bertanya itu boleh-boleh saja. Siapa yang melarang orang bertanya? Tidak ada kecuali mahasiswa yang intoleran. Oh ada, sering saya jumpai mahasiswa yang melarang mahasiswa lain untuk bertanya. Ya nggak tahu kenapa bisa seperti itu. Oke kembali ke pembahasan awal bahwasanya tidak ada yang melarang seseorang untuk bertanya. Namun yang perlu diingat dalam mengajukan pertanyaan kita musti tahu kita sedang berbicara dengan siapa, kedua kita musti tahu sikon sebelum bertanya, dan terakhir kita perlu tahu metode dalam bertanya. Lah saya, baru saja keluar dari kamar mandi, setelah itu duduk nggak sampai tiga detik sudah ditanya "kerja di mana?" Siapa yang nggak jengkel?
Setelah beberapa menit kejengkelan saya hilang perlahan setelah tahu bahwa dia tidak pernah kuliah. Jadi ceritanya di tengah obrolan, ibu saya bilang kalau saya dalam waktu dekat mau sumpah profesi Guru. Saya ke rumah mereka itu tanggal 10 April, nah 12 April saya ada sumprof. Nggak tahu, ibu saya tiba-tiba cerita itu ke mereka. Ya benar, dari situ mereka tahu bahwa saya pernah kuliah lagi. Dari situ juga dia berkata bahwa dia tidak pernah kuliah. Dalam hati saya, maklum kalau dia metode bertanyanya seperti itu terhadap saya. Dia istilah sosiolinguistik phatic saya yakin tidak tahu. Jadi saya ya bisa terima itu. Kendati demikian, kuliah atau tidak pernah kuliah sekali pun, bertanya itu harus tahu sikon dan caranya bagaimana, terlebih dengan orang baru. Saya pernah kok berhadapan dengan orang yang gak pernah kuliah, tapi mereka tahu caranya berkomunikasi dan bertanya dengan baik. Nah, yang di luar nurul itu kan ada mahasiswa pernah kuliah tapi nggak paham caranya bertanya. Ya asal bunyi gitu aja. Yang penting bertanya gitu sudah. Jujur saya pernah ditanya sama mahasiswa "itu jas almet kamu basah kena air ya?" Ini termasuk ke dalam pertanyaan retoris ya. Saya yakin mahasiswa yang bersangkutan nggak ngerti pertanyaan retoris itu apa. Ada juga mahasiswa yang bertanya pada saya "itu kamu pas zoom pake baju putih? Nggak kamu ganti emang setelah pulang PPL bajunya?" Lah dalam hati saya, mau ganti atau tidak kan urusan saya bukan urusan kamu. Cuma perkara baju tidak ganti saja sampe repot sendri.
Kembali ke pembahasan awal, jujur saya tidak mengerti dia itu siapa ya. Anaknya atau menantu dari mereka saya tidak tahu. Saya pribadi juga tidak menanyakan itu. Saya kalau ke rumah saudara banyak diamnya sih. Ditanya ya saya jawab, nggak ditanya ya sudah diam. Kenapa? Karena sudah ada orang tua saya yang mewakili saya untuk mengobrol sehingga ritme komunikasi di dalam ruangan tetap terjaga. Saya ikut ngomong kalau nggak ditanya nggak mungkin karena jelas memotong pembicaraan mereka. Tapi apa pun itu, di sini saya mengajak pembaca untuk lebih bijak dan berpikir terlebih dahulu sebelum bertanya. Saya akhiri tulisan ini dengan kutipan Carl Jung Gustav "berpikir itu sulit. Itu sebabnya banyak orang suka menilai." Orang yang suka menilai itu mahasiswa contohnya. Ya asal nilai aja gitu pokoknya hahaha.