Seketika Merasa Paling Bersalah
Tadi pagi sekitar setengah delapan, saya bersama adik pergi ke tempat photo copy. Saya ke sana hendak print undangan rapat panitia pelaksanaan hari raya qurban 1446 H. Ada suatu momen di mana saya tak henti-hentinya merasa bersalah, setelah tahu bahwa petugas photo copy yang melayani saya adalah perempuan yang pernah saya dan teman-teman bully dulu.
Jujur, melihat dia itu sontak saya menjadi orang yang paling merasa bersalah. Saya tidak ingat dia namanya siapa. Tapi saya tahu dia itu dulu warga RT 02, sebuah RT yang terletak tidak jauh dari rumah kami. Dulu saat kami SD, kami sering bertemu dia tatkala hendak pergi ke sekolah. Kami dan perempuan itu memang benar tidak satu sekolah. Tetapi kami itu sering membuly dan menertawakannya ketika bertemu di tengah jalan. Karena mohon maaf dia cacat mata sedari bayi. Jadi mohon maaf, begitu dia lahir, dia hanya memiliki satu mata di sebelah kanan. Mata kirinya sudah cacat permanen. Informasi itu saya terima dari ibu saya dulu saat saya masih SD. Mohon maaf saya nulis ini seperti mau nangis saja bawaannya. Iya benar, merasa benci juga dengan saya yang dulu.
Saya dan perempuan itu sebaya ya. Seperti yang saya katakan, kami sering bertemu dia, baik berangkat maupun pulang dari sekolah. Kami semua ke sekolah jalan kaki. Nah, begitu bertemu dia, kami suka melontarkan candaan verbal yang sifatnya masuk ke ranah pembulian. Saya pun jujur tertawa saat bercanda demikian. Tapi isi candaannya tidak saya taruh di sini. Karena saya pribadi tidak kuat untuk menuliskannya. Menurut saya itu bahasa verbal yang amat keterlaluan sekali. Dan saya pantas mendapatkan hukuman setimpal. Namun yang saya salut, dia itu tidak marah, nangis, atau membalas kami. Dia sama sekali tidak melaporkan itu ke orang tuanya. Begitu dia dihina, dia terus jalan sambil menundukkan kepala. Tapi kalau saya coba ingat-ingat kejadian itu, saya jujur saat ini malu pada diri saya sendiri. Walaupun saya masih SD, tapi tindakan saya dan teman-teman yang dulu terhadap dia itu tidak dapat dibenarkan dan dimaafkan.
Jujur tadi pagi itu saya kaget setelah tahu dia bekerja di situ. Karena yang saya tahu, saya itu tidak pernah melihat dia bekerja di sana sebelumnya. Saya jadi berpikir apa dia pekerja baru di sana begitu ya. Begitu interaksi dengan dia, sepertinya dia lupa dengan saya. Dari cara dan gaya dia berbicara, menandakan bahwa dia itu benar-benar perempuan yang baik. Jujur saya merasa malu sendiri pada diri saya. Ya walaupun itu kejadiannya sudah sekitar 18 tahun yang lalu ya. Saya yakin Allah mempertemukan saya dengan dia kembali itu bukan tanpa alasan. Saya yakin ada alasannya untuk dapat saya jadikan renungan dan pelajaran nanti.