Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2025

Blok Kontak Seseorang bukan Sikap Kekanak-Kanakan, Tapi ....

       Saya kalau sudah dibuat kesal berkali-kali oleh seseorang, saya blok aja kontaknya. Daripada saya pendam rasa kesal itu, lalu jadi perilaku yang aneh-aneh, mending saya blok sekalian saja kontaknya. Kontak diblok itu bagi saya berarti sudah nggak ada ikatan lagi. Mau mereka makan paku pake sambal balado, bangun mall di dalam sekolah, bikin pesawat emprit air, bukan urusan saya sudah.         Saya nggak peduli mau dibilang saya kekanak-kanakan atau ketua-tuaan. Keremaja-remajaan juga bodoh amat saya. Karena bagi saya, blok kontak itu bukan sikap kekanak-kanakan, tapi sikap self-respect. Orang yang membiarkan dirinya terus terlarut dalam rasa kekesalan, lalu dia punya cara untuk meredam rasa kesal itu, tapi oleh dia tidak digunakan, artinya dia sama sekali nggak punya sikap self-respect. Ya tolol aja itu namanya. Paling enak kan blok kontaknya. Dapat dua hari sudah tenang hidupnya. Bukan justru malah didiemin sampe kiamat rasa kekesalan ...

Hanya Perkara Seragam tidak Dicuci sampai Rela Membohongi Gurunya

      Terus terang saya ini kesal ya dengan tingkah laku wali murid saya. Tadi pagi saya dapat pesan WA, isinya permintaan izin bahwa anaknya tidak bisa upacara karena seragamnya baru dicuci. Dalam hati saya, saya nggak mau tahu itu bukan urusan saya. Jengkel asli saya melihat isi chat itu. Akhirnya nggak saya balas itu.       Loh, hari Sabtu tanggal 16 Agustus pukul 11:18 itu sudah saya umumkan di grup kelas,  bahwa hari Minggu besok tanggal 17 Agustus ada upacara dalam memperingati kemerdekaan RI ke-80 di sekolah. Saya juga sudah umumkan besok itu anak-anak mengenakan seragam merah putih. Ibu satu ini read chat saya pukul 11:23. Artinya dia punya banyak waktu toh untuk menyiapkan seragam anaknya. Tahu-tahu besoknya jam 6 pagi chat ke saya izin anaknya gak ikut upacara karena seragam merah putihnya baru dicuci.         Lagipula ya, seragam merah putih itu kan dipake hari Senin dan Selasa saja kan. Hari Rabu sampai Sabtu k...

Tidak Ada yang Peduli dengan Lukanya

      Pertengahan Mei tahun lalu, saya melaksanakan Kursus Mahir Dasar (KMD) di lapangan Cadika yang terletak tidak jauh dari Roxy. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri dari 10 anggota. H-1 sebelum acara, kami diminta untuk cek dan membersihkan lokasi. Siapa tahu ada daun kering jatuh dan rumput yang tumbuh liar di area tenda kami. Nah, dalam momen ini ada satu kejadian yang menyita perhatian saya. Di mana banyak anggota  yang tidak peduli dengan luka yang dialami oleh salah seorang anggota kelompoknya sendiri.         Saat tiba di lokasi, saya lihat banyak anggota saya yang sudah berkumpul kerja bakti membilah bambu. Bambu-bambu tersebut nantinya mau dibuat pagar dan jemuran. Di saat yang bersamaan, saya melihat jari telunjuk teman saya berwarna merah. Warna merahnya sudah mengering. Saya berpikir, itu pasti berdarah saat membilah bambu tadi. Saya kan datangnya agak telat ya jadi nggak tahu. Tapi bukan itu yang jadi s...

Bukan Soal Uang, Ini Soal Respect

       Dua Minggu yang lalu, saya dipanggil ke ruang kepala sekolah. Saya sempat bertanya-tanya "ada apa gerangan?" Sampai di sana, saya oleh kepala sekolah ternyata diberi tanggung jawab untuk memegang Lab IPA. Beliau lalu meminta saya untuk mengerahkan siswa-siswi saya untuk ikut membersihkan Lab tersebut Minggu depan.         Saya kembali bertanya-tanya kenapa saya yang diberi amanah untuk memegang Lab. Kenapa tidak ruangan yang lain begitu. Ruang UKS atau apa misalnya. Kalau UKS kan enak ruangannya kecil, sudah bersih lagi. Apalagi kalau mushola juga lumayan enak. Setiap hari sudah bersih, apalagi yang mau dibersihkan. Saya sempat membagikan keluhan saya itu ke rekan sesama guru. Rekan saya berkata "sampean sih mas terlalu rajin. Makanya sampean disuruh pegang Lab." Dalam hati saya, masak saya harus menunjukkan bahwa saya ini tidak rajin di depan orang-orang. Ya kan gak mungkin begitu.        Minggu depannya, saya meng...