Hanya Perkara Seragam tidak Dicuci sampai Rela Membohongi Gurunya

      Terus terang saya ini kesal ya dengan tingkah laku wali murid saya. Tadi pagi saya dapat pesan WA, isinya permintaan izin bahwa anaknya tidak bisa upacara karena seragamnya baru dicuci. Dalam hati saya, saya nggak mau tahu itu bukan urusan saya. Jengkel asli saya melihat isi chat itu. Akhirnya nggak saya balas itu. 

     Loh, hari Sabtu tanggal 16 Agustus pukul 11:18 itu sudah saya umumkan di grup kelas,  bahwa hari Minggu besok tanggal 17 Agustus ada upacara dalam memperingati kemerdekaan RI ke-80 di sekolah. Saya juga sudah umumkan besok itu anak-anak mengenakan seragam merah putih. Ibu satu ini read chat saya pukul 11:23. Artinya dia punya banyak waktu toh untuk menyiapkan seragam anaknya. Tahu-tahu besoknya jam 6 pagi chat ke saya izin anaknya gak ikut upacara karena seragam merah putihnya baru dicuci. 

       Lagipula ya, seragam merah putih itu kan dipake hari Senin dan Selasa saja kan. Hari Rabu sampai Sabtu kan gak dipake. Empat hari itu kemana saja memang sampai gak punya waktu untuk mencuci? Anaknya nggak bilang apa kalau hari Minggu itu akan ada upacara bendera di sekolah? Hari Jumat itu loh sudah saya umumkan secara langsung di kelas bahwa Minggu anak-anak ada upacara di sekolah. 

       Tanggal 16 Agustus itu ada lomba di sekolah. Nah, tanggal 15 Agustus malam Ba'da Maghrib saya infokan di grup bahwa besok anak-anak mengenakan seragam olahraga. Ada wali murid bilang, seragam olahraga anaknya baru dicuci katanya. Saya respon, kalau besok pagi masih belum kering, pake seragam Pramuka saja tidak apa-apa. Keesokan harinya, anaknya mengenakan seragam olahraga. Saya tanya ke anaknya "katanya dicuci seragam olahragamu?" Dia jawab "iya pak ini diseterika makanya kering." Nah wali murid seperti ini yang saya suka. Effortnya ada untuk anak. 

       Jujur, pas hari H upacara HUT RI ke-80 itu saya dalam keadaan sakit diare. Saya bela-belain datang ke sekolah untuk mengikuti upacara tersebut. Bisa dibayangkan, saya jadi petugas upacara sambil nahan-nahan buang air besar saat itu. Oh iya, sampai berkeringat saya nahan BAB itu. Alasan kuatnya adalah saya ingin bertanggung jawab sebagai guru kelas untuk memantau siapa saja anak didik yang belum dijemput seusai upacara. Satpam ada di sekolah. Tapi saya kurang lega kalau bukan saya sendiri yang memantau anak didik saya. Ya takutnya mereka ada yang belum dijemput. Terus ada wali murid lain yang kebetulan tetangga satu rumah, ikut menjemputnya sekalian, kan repot nanti. Apa gak bingung nanti itu wali murid yang bersangkutan setiba di sekolah terus anaknya sudah pulang duluan tanpa ada kabar? 

      Saya nggak ngerti ya semakin kemari bukannya semakin maju pemikirannya, malah semakin primitif. Di rumah masak nggak ada seterika itu. Tinggal keringkan pake seterika kan beres itu seragam basah. Saya curiga sudah disengaja itu dari awal. Bilangnya dimepetkan pagi hari supaya saya mengizinkan anaknya libur. Ya Allah kesal sekali saya jujur ini. Itu izinnya secara chatpri, nggak berani izin di grup. Malu nanti wali murid tersebut dengan wali murid yang lain. Nggak saya balas chatnya itu biar sudah. 

Postingan populer dari blog ini

Rupanya Ada Yang Mengendus Blog Saya

Tiga Tipe Teman Saat Kau Jatuh di Dasar Jurang

Sejak Kapan Presentasi Dilarang Tanya?