Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2025

Teh Pucuk Dijual Rp.10.000 per Botol

       Tanggal 7 Mei kemarin,  saya pulang dari Malang menggunakan jasa layanan PT KAI. Mulai perjalanan pulang dari Malang hingga Probolinggo, saya hanya menemukan satu fenomena yang terjadi di dalam gerbong kereta api. Dann itu menurut saya kurang menarik untuk ditulis. Setelah kereta meninggalkan stasiun Probolinggo, nah di sini ada suatu fenomena yang menyita perhatian saya. Dan menurut saya itu menarik untuk ditulis.         Di stasiun Probolinggo, dua penumpang yang duduk di depan saya turun. Lalu ada penumpang baru lagi yang duduk di depan saya. Awalnya hanya satu orang ibu-ibu saja. Namun setelah saya tanya apakah beliau sendirian ke Banyuwangi, beliau jawab kalau beliau ke sana bersama dua anaknya. Saya tanya lagi lalu di mana anaknya sekarang, beliau jawab ada di gerbong tiga. Waktu itu ceritanya kami ada di gerbong satu. Mendengar itu, saya bilang ke ibunya untuk memanggil anaknya untuk duduk kemari saja mengingat di sebelah s...

Jangan Ajari Anak Anda Bahasa Indonesia di Rumah

       Pernah suatu ketika di ruang tamu, saya curhat pada ibu saya. Saya curhat panjang lebar karena merasa kesal setelah tahu hasil ulangan bahasa Jawa murid saya itu jelek semua. Sama sekali tidak ada yang menyentuh angka 60 nilainya. Di kelas lain, guru kelas yang lain pun juga mengeluhkan hal yang sama di mana hasil UAS Bahasa Jawa peserta didiknya hancur lebur. Mendengar itu, ibu saya teringat nasehat dari almarhum bapak Sukemi, tetangga saya.         Kejadian itu bermula saat saya berusia kurang lebih tiga tahun. Di sore hari, ibu saya tengah menyuapi saya di dekat pohon belimbing depan rumah bapak Maryadi. Di tengah waktu menyuapi saya, ibu juga mengajarkan saya bagaimana mengucapkan kata dalam bahasa Indonesia yang benar. Kira-kira ibu bilang seperti ini " Reza bentar lagi kan mau masuk TK, nanti kalau ditanya sama gurunya, namanya Reza siapa, Reza jawab apa? Terus kalau ditanya nama orang tuanya, Reza jawab apa? Terus kalau ditanya ...

Maunya Menyalahkan Tetapi Tidak Mau Disalahkan

       Saya kira, kita musti jujur pada diri kita sendiri bahwa hobi menyalahkan adalah tabiat kita. Tetapi kita tidak mau disalahkan anehnya. Jujur iya atau tidak? Nah, itu merupakan bagian dari pengamatan saya selama ini. Saya tidak tahu kenapa kita itu suka menyalahkan tapi enggan disalahkan.          Sedari kecil, kita memang telah mengalami pendidikan yang salah dari orang tua. Anak berusia 2 tahun misalnya, kepala dia kepentok pintu, pintunya yang jadi tersangka. "Oh sayang kasihan. Nakal ya pintunya. Uhh sudah mama pukul pintunya. Udah jangan nangis lagi cupcucup." katanya. Ada lagi anak jatuh sendiri, lantainya yang bisa disalahkan oleh orang tua kita. Nah, dari pendidikan yang keliru ini, secara tidak langsung memberikan efek besar tatkala anak sudah mulai beranjak dewasa nanti.         Seperti tadi misalnya, saya menemukan video pengendara sepeda motor yang hendak menerobos perlintasan kereta api. Menurut an...

Seketika Merasa Paling Bersalah

       Tadi pagi sekitar setengah delapan, saya bersama adik pergi ke tempat photo copy. Saya ke sana hendak print undangan rapat panitia pelaksanaan hari raya qurban 1446 H. Ada suatu momen di mana saya tak henti-hentinya merasa bersalah, setelah tahu bahwa petugas photo copy yang melayani saya adalah perempuan yang pernah saya dan teman-teman bully dulu.        Jujur, melihat dia itu sontak saya menjadi orang yang paling merasa bersalah. Saya tidak ingat dia namanya siapa. Tapi saya tahu dia itu dulu warga RT 02, sebuah RT yang terletak tidak jauh dari rumah kami. Dulu saat kami SD, kami sering bertemu dia tatkala hendak pergi ke sekolah. Kami dan perempuan itu memang benar tidak satu sekolah. Tetapi kami itu sering membuly dan menertawakannya ketika bertemu di tengah jalan. Karena mohon maaf dia cacat mata sedari bayi. Jadi mohon maaf, begitu dia lahir, dia hanya memiliki satu mata di sebelah kanan. Mata kirinya sudah cacat permanen. Informasi ...

Upil Oh Upil

       Apakah anda pernah ngupil? Jika pernah, kapan dan di mana terakhir kali anda meletakkannya? Apakah di kaki meja atau di sudut kaki kursi? Saya yakin, anda pernah menaruhnya di suatu tempat yang tidak bisa dijangkau oleh mata manusia lain. Terakhir, apakah anda sudah memeriksa bahwa upil anda tetap berada di tempat yang sama? Jika sudah, apakah upil anda tetap berada di situ atau mungkin upil anda hilang dengan sendirinya?        Tahukah anda bahwa mengupil sering kali kita lakukan di luar kontrol kesadaran? Tahu-tahu jari telunjuk kita masuk saja ke rongga hidung. Seperti penulis misalnya, tanpa penulis sadari, jari telunjuk penulis seperti tahu bahwa di rongga hidung banyak upilnya. Ada upil yang kering, pun ada juga yang agak basah. Setelah jari masuk, dia menari dan berputar searah jarum jam. Ketika upil didapat, penulis memelintirnya di jari layaknya adonan kue onde-onde versi kerdil. Lalu penulis menghempaskannya menggunakan jari telun...

Membaca Buku untuk Kepentingan Cari Perhatian

       Tadi tidak sengaja menemukan kutipan dari Betrand Russel. Isi kutipannya ialah "ada dua motif untuk membaca buku. Pertama kau menikmatinya. Dan yang lain kau bisa menyombongkannya. Membaca kutipan tersebut mengingatkan saya akan tulisan yang dulu pernah saya tulis. Judulnya adalah " Orang yang Hobi Posting Isi Buku di Story WA adalah Orang yang Baru Suka Membaca"  Tulisan itu saya tulis lantaran kesal saja setelah melihat story WA orang-orang. Mengapa musti dipost beserta bukunya begitu. Diketik sendiri kan bisa. Dulu, saya berpikir orang-orang seperti ini hanya cari perhatian semata. Ya agar terlihat rajin baca buku saja di mata orang lain. Aslinya dia malas kok membaca buku itu. Kalau nggak percaya silahkan tanya mereka sendiri.        Orang yang membaca buku dengan motif mencari perhatian dari orang lain mudah sekali dikenali. Pertama, biasanya mereka mencari tempat yang ramai. Pernah tepatnya tahun 2017 silam saat saya membeli tike...